Namun kebutuhan konsultasi dan pemeriksaan jarak jauh tetap dirasa perlu. Seperti halnya remote working dan online learning, konsumen dipaksa untuk mengadopsi gaya baru berobat, yaitu secara virtual. Blessing in disguise, krisis pandemi akan menjadi akselerator revolusi di dunia kesehatan, yaitu telemedicine dan virtual health.
Nah, bagi provider dan perusahaan terkait hal ini juga merupakan suatu tantangan untuk menjadi peluang bisnis. Bagaimana tetap dapat melayani kebutuhan kesehatan tersebut. Startup telemedicine akan tumbuh lebih cepat pasca COVID-19, dan persaingan untuk menghasilkan layanan terbaik akan kian ketat.Â
Otak konsumen pada dasarnya pintar dan pelit. Namun juga sangat emosional. Begitu konsumen mendapatkan user experience (convenient, less-costly, time efficient)Â yang memuaskan maka layanan ini akan memasuki fase mainstream dengan pasar yang besar. Kalau sudah begitu, tak tertutup kemungkinan pemimpin pasar di layanan ini akan menjadi the next unicorn.
Terkait dengan urusan kemanusiaan, konsumen pada umumnya lebih religi. Terutama memasuki bulan suci ramadhan.
Pada hakikatnya mendekat diri kepada Allah pencipta manusia, dalam deep subconscious mind-nya adalah melawan ketakutan. Listrik otak amygdala masyarakat sedang aktif-aktifnya menyala. Dengan mendekati diri diharapkan tidak terjadi banjir kortisol di kepalanya.Â
Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan pekerjaan, takut usaha bangkrut, takut tak mampu bayar hutang bank, takut diri dan keluarga terpapar virus, dan puncaknya takut terenggut nyawa.Â
Fear of death, fear of economic, dan fear of actualization. Bersyukur kita di negeri ini termasuk bangsa yang beragama.
Namun, bulan puasa kali ini pun sangat berbeda. Karena semuanya dilakukan di rumah. Di sinilah peluang bisnisnya, artinya timbul lagi permintaan-permintaan baru untuk memenuhi kebutuhannya.
Sholat tarawih yang biasanya diadakan berjamaah di masjid, tahun ini digantikan dengan sholat di rumah. Namun, dakwah atau pengajian masih bisa dilakukan secara virtual.Â
Mendengarkan ceramah agama secara virtual sebenarnya sudah sering dilakukan sebelum-sebelumnya. Bahkan belajar membaca alquran secara online sudah banyak dilakukan oleh para netizen.Â
Namun berbeda kali ini; tingkat intensitas, jumlah user, dan durasi time consuming-nya akan melonjak tinggi. Memelihara pertumbuhan interkoneksi synaps antar neuron di kepalanya terjalin.