Banyak aksi sosial bila dikemas dengan baik memunculkan ekuitas merek yang kuat. Serta boleh mendatangkan revenue streaming, namun dengan margin yang sangat tipis.Â
Dalam hal ini yang perlu diingat; yang penting setidaknya dapat menutupi biaya operasional. Terkadang malah logikanya terbalik; untuk menggalang dana dan mengumpulkan sumbangan diperlukan program yang dikemas dengan brand semenarik mungkin dan yang meyakinkan.
Metodeinya bermacam, menstimulus neurotransmitter oxytocin di otak, misalnya, sehingga menimbulkan rasa percaya (trust) publik untuk berpartisipasi. Kemudian janji dan harapan itu perlu direalisasi dan dipelihara. Bagi konsumen brand is promise.
Kepedulian, empati, dan cinta kini menjadi alat untuk building brand yang paling ampuh di tengah merajalelanya wabah.
Dengan making impact dan memberikan solusi terhadap kesulitan yang dialami masyarakat, maka perusahaan akan mendapatkan reputasi sebagai brand yang bertanggung jawab dan penuh empati. An empathic brand.Â
Berbagai gerakan kepedulian dan aksi solidaritas dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat secara tulus mengurangi penderitaan orang-orang yang terdampak.
Rasa simpati yang luar biasa diberikan kepada para pekerja medis dan sukarelawan yang telah berjuang menyelamatkan para korban dengan risiko nyawa.
Begitu pula dengan peluang bisnis di bidang medis. Di mana masyarakat akan dengan berhati-hati untuk memutuskan perlu tidak pergi ke rumah sakit.
Karena mereka menyadari betapa sibuknya sekarang aktivitas rumah sakit yang sedang terfokus menangani wabah virus ini. Mereka juga menghindari resiko tertular COVID-19.Â
Sebelumnya perilaku masyarakat telah dimanjakan dengan layanan BPJS. Sehingga sedikit-sedikit ke rumah sakit. Sekarang masyarakat sadar dan berperilaku hidup sehat, menjaga jarak sebisa mungkin untuk tidak ke rumah sakit.Â