Beberapa rasa sakit terburuk yang dapat dialami oleh siapa pun yaitu; "trauma". Trauma adalah ketika seseorang mengalami semacam pengalaman yang melanggar asumsi dasar kemanusiaan. Jika kita pernah mengalami rasa sakit trauma, dia akan hidup di dalam kita selamanya. Dan ketika kita menolak trauma itu sakit, maka kita menolak bagian dari diri kita sendiri.
Kita akan menekankan bagian-bagian penting dari siapa kita. Kita harus berdamai dengan mereka, karena tidak ada waktu untuk menjadi utuh lagi.Â
Kita tahu di beberapa budaya kapan hal-hal istirahat mereka meletakkan potongan kembali bersama-sama dan mereka mengisi celah dengan hal-hal seperti bubuk emas, perak, platinum. Ketika trauma memecah kita menjadi beberapa bagian, hal itu merupakan kesempatan kedua bagi kita untuk membangun kembali, mendesain ulang diri kita sendiri.
Lalu pertanyaannya berikutnya; bagaimana caranya kita mendesain ulang diri kita yang baru dan apa yang akan kita gunakan untuk mengisi kekosongan tersebut.Â
Mari manfaatkan pandemi virus ini menjadikan momen terbaik untuk mengevaluasi diri, tidak pasrah dan menyerah, tetap berkreasi dan berkarya, munculkan kreativitas-kreativitas terbaik kita yang inovatif dan solutif. Demi kehidupan yang lebih baik buat diri kita dan anak cucu kita ke depannya. (BIS)
Sumber Referensi : 1) The Neuroscience of Pain, TEDx Talks, TEDxMississauga, Marwa Azab, 2019, 2) The Neuroscience of Pain, Stress, and Emotion, Psychological and Clinical Implications, 2016.
Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H