Tapi saat kita mengekspresikan diri dan pandangan kita dihargai, penurunan 'bahan kimia pertahanan' di otak dan neurotransmisi dopamin ini mengaktifkan hormon penghargaan yang membuat kita merasa diberdayakan dan dapat meningkatkan harga diri kita. Keyakinan tersebut memiliki dampak mendalam pada kimia tubuh kita, inilah mengapa plasebo bisa sangat efektif.
Harga diri atau kepercayaan diri terkait erat dengan neurotransmitter jenis serotonin. Bila kekurangan zat itu terjadi pada proporsi yang parah, sering menyebabkan depresi, perilaku merusak diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Validasi sosial meningkatkan kadar dopamine dan serotonin di otak, dan memungkinkan kita melepaskan fiksasi emosional, dan menjadikan lebih sadar diri.
Cermin Neuron dan Kesadaran
Psikologi sosial akhirnya melihat kebutuhan dasar manusia agar sesuai dan menyebut ini sebagai pengaruh sosial normatif. Ketika kita dewasa, kompas moral dan etika kita hampir seluruhnya ditempa oleh lingkungan kita, sehingga tindakan kita seringkali merupakan hasil dari validasi yang kita dapatkan dari masyarakat.
Tapi perkembangan baru dalam neurosains memberikan kita pemahaman budaya dan identitas yang lebih baik. Penelitian neurologis terkini telah mengkonfirmasi adanya neuron cermin secara tegas. Saat kita mengalami emosi atau melakukan suatu tindakan, neuron-neuron tertentu akan menyala. Tapi ketika kita mengamati orang lain melakukan tindakan ini atau ketika kita membayangkannya, banyak neuron yang sama akan menyala kembali, seolah-olah kita melakukannya atau mengalaminya sendiri.
Neuron-neuron empati ini menghubungkan kita dengan orang lain, membiarkan kita merasakan apa yang orang lain rasakan. Dan karena neuron ini merespons imajinasi kita, kita dapat mengalami umpan balik dari mereka seolah-olah berasal dari orang lain. Sistem inilah yang memungkinkan kita untuk merenung sendiri.
Neuron cermin tidak mengetahui perbedaan antara keduanya dan yang lainnya, serta merupakan alasan mengapa kita begitu membantah validasi sosial dan mengapa kita ingin menyesuaikan diri. Kita berada dalam dualitas konstan antara bagaimana kita melihat diri kita dan bagaimana orang lain melihat kita.
Hal ini bisa mengakibatkan kebingungan dalam hal identitas dan harga diri. Dan pemindaian otak menunjukkan bahwa kita mengalami emosi negatif tersebut bahkan sebelum kita menyadarinya. Tapi saat kita sadar diri, kita bisa mengubah emosi yang salah tempat karena kita mengendalikan pikiran yang menyebabkannya. Ini adalah konsekuensi neurokimia dari bagaimana mereka dipulihkan melalui sintesis protein.
Pengamatan diri sangat mengubah cara kerja otak kita. Hal ini akan mengaktifkan daerah kontrol neo-control yang mengatur, yang memberi kita kendali yang luar biasa atas perasaan kita. Setiap kali kita melakukan ini, rasionalitas dan ketahanan emosional kita diperkuat.
Ketika kita tidak sadar diri, sebagian besar pemikiran dan tindakan kita bersifat impulsif dan gagasan bahwa kita bereaksi secara acak dan tidak membuat pilihan sadar, secara naluriah membuat frustasi. Otak memecahkan hal ini dengan menciptakan penjelasan untuk perilaku kita dan secara fisik menuliskannya kembali ke dalam ingatan kita melalui restorasi memori, membuat kita percaya bahwa kita dapat mengendalikan tindakan tersebut.
Hal tersebut juga disebut rasionalisasi ke belakang, dan ini bisa membuat sebagian besar emosi negatif kita tidak terselesaikan dan siap dipicu kapan saja. Mereka menjadi bahan bakar konstan karena kebingungan kita, karena otak kita akan terus berusaha untuk membenarkan mengapa kita berperilaku tidak rasional. Semuanya kompleks, dan hampir semua perilaku bawah sadar skizofrenia ini adalah hasil dari sistem terdistribusi pararel menyebar ke bagian-bagian di otak kita.