Akhirnya dia mendapatkan tawaran barter diperiksa dengan fMRI yang ada di University of Minnesota. Pada saat kepalanya sedang di-scan, dipindai dengan fMRI, Dessa diminta melihat gambar sang mantan kekasih di platonic acquintance.
Kemudian dia diminta melihat kembali secara berulang. Terlihat di monitor fMRI bagian VTA Dessa sinyal menyala tanda aktif fungsinya di area tersebut. Berbeda pada saat Dessa diperlihatkan gambar sosok orang lain yang bukan mantannya.
Selanjutnya Dessa mencoba untuk bisa diinterferensi, dengan harapan akan dapat merubah pola perilaku di otaknya. Kemudian dia datang ke Penijean Gracefire, seorang mental health clinician yang menggunakan terapi yang dinamakan: "EEG neurofeedback".
Begini cerita awalnya yang mendasari gagasan dari neurofeedback; jika kita dapat memperoleh insight dari aktivitas dalam otak kita - maka kita akan dapat mempelajari bagaimana caranya untuk merubah hal tadi terjadi.
Di dalam EEG neurofeedback, ada sebuah topi atau tutup kepala yang dilengkapi dengan kabel-kabel yang mampu mendeteksi frekwensi gelombang-gelombang otak kita. Sinyal elektromagnetik yang dihasilkan dari tembakan neuron-neuron.
Hal itu lah yang merupakan salah satu cara bagaimana Dessa dapat melacak aktivitas otaknya. Dia menginginkan untuk dapat merubah aktivitas otak tadi, untuk melupakan fiksasi romantisnya.
Kemudian selama sesi ini ketika aktivitas otaknya bergeser, Dessa akan mendengarkan nada bunyi ping. Dengan memperoleh umpan balik tersebut diharapkan dapat melatih kembali otaknya, untuk keluar dari kebiasaan cinta yang lama ini bisa bekerja dengan baik. Terapi jenis tersebut telah digunakan untuk mencoba dan mengobati semua jenis masalah kesehatan mental.
Tetapi tidak ada banyak penelitian yang ketat untuk mendukungnya. Masih neurofeedback yang mulai membuat penasaran semakin banyak para ilmuwan. Mereka sedang menyelidiki apakah itu dapat digunakan untuk membantu orang-orang yang mengalami depresi kecemasan dan ADHD.
Dr. Hickey tertarik dalam melihat apakah orang mampu belajar untuk memotivasi diri mereka sendiri. Menurutnya orang dengan ADHD sering mengalami kesulitan memotivasi dirinya, terutama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Para peneliti masih bertanya-tanya apakah neurofeedback bisa membantu?
Lalu, mereka menempatkan orang-orang dalam mesin fMRI dimaksud di Duke University dan umpan balik yang ditampilkan sebagai termometer yang menunjukan kepada mereka jika aktivitas di wilayah otak terkait dengan motivasi apakah meningkat atau menurun. Pada akhir pelatihan, para peserta berhasil belajar untuk membangun memetakan wilayah tersebut, bahkan tanpa umpan balik.