Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 12 Maret 2020. Sudut otak manusia adalah pemandangan lanskap kental yang terbagi rata ke sisi kiri dan sisi kanan. Struktur tersebut telah menginspirasi salah satu gagasan yang paling meresap tentang otak; bahwa sisi kiri otak mengendalikan logika dan kreativitas pada sisi kanan otak. Namun hal ini hanya lah merupakan mitos belaka yang tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Bagaimana ide konsep keliru ini bisa muncul dan di mana letak kesalahannya?
Seperti yang disampaikan oleh Elizabeth Waters, directed by Daniel Gray, dalam tayangan videonya di TED-Ed youtube channel, memang benar bahwa otak memiliki sisi kanan dan sisi kiri, yang sangat jelas terlihat dari lapisan luar atau daerah internal korteks, seperti; striatum, hypothalamus, thalamus dan brain stem atau batang otak, yang tampaknya terlihat seperti dibuat dari jaringan selaput continuous tissue. Namun fakta sebenarnya masing-masing diorganisasikan atau diatur juga oleh sisi kiri dan sisi kanan.
Pada abad ke-19, penelitian tentang orang-orang dengan cedera otak tertentu, memungkinkan untuk mencurigai bahwa "pusat bahasa" di otak umumnya terletak di belahan kiri. Seseorang telah mengamati bahwa orang dengan lesi di dua area spesifik di belahan kiri kehilangan kemampuan untuk berbicara, misalnya. (sumber: nobelprize.org)
Bukti terakhir mengenai hal tersebut, bagaimanapun, berasal dari studi terkenal yang dilakukan pada 1960-an oleh Roger Sperry dan rekan-rekannya. Hasil penelitian ini kemudian menyebabkan Roger Sperry dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1981. Sperry menerima hadiah untuk penemuannya mengenai spesialisasi fungsional dari belahan otak. Dengan bantuan yang disebut pasien "otak terbelah", ia melakukan eksperimen, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, pengetahuan tentang belahan otak kiri dan kanan terungkap.
Jadi belahan kiri dan kanan otak secara fisik memang ada. Temuan Roger Sperry tersebut juga menjadi landasan pengetahuan tentang ini. Namun beberapa orang menyikapinya terlalu ekstrim dan fanatik, sehingga menjadi berlebihan. Hingga melabelkan orang dengan sebutan "si otak kiri" atau "si otak kanan". Hal ini yang tidak benar. Kecenderungan fungsi otak bekerja masing-masing belahan otak itu memang ada. Tapi cara kerja otak tetap simultan, berbarengan, tidak sendiri-sendiri.
Otak kanan dan otak kiri mengendalikan fungsi tubuh yang berbeda seperti gerakan dan penglihatan. Otak kanan dijelaskan berfungsi mengendalikan gerakan lengan kiri dan kaki kiri, juga sebaliknya. Sistem visual bahkan lebih kompleks. Setiap mata memiliki bidang visual kiri dan visual kanan. Kedua bidang visual kiri dikirim ke sisi kanan otak, dan kedua bidang kanan dikirim ke sisi kiri. Sehingga otak menggunakan kedua sisi untuk membuat citra dunia yang lengkap. Para ilmuwan tidak tahu secara pasti alasan mengapa kita memiliki crossing neural pathways, jalur silang tersebut.
Sebuah teori itu dimulai sesaat setelah sistem saraf hewan berkembang menjadi lebih kompleks, karena untuk keberlangsungan hidupnya - membutuhkan refleks yang lebih cepat. Jika seekor binatang melihat pemangsa datang dari sisi kiri, hal itu merupakan yang terbaik untuk menghindar ke arah kanan.
Jadi, kita dapat mengatakan bahwa kendali penglihatan dan kendali gerakan adalah dua sistem yang mengandalkan struktur kiri-kanan ini. Namun masalah muncul saat kita melampaui gagasan itu terhadap logika dan kreativitas.
Kesalahpahaman ini terjadi dimulai pada pertengahan tahun 1800-an di mana dua orang neurologis: Broca dan Wernicke, memeriksa pasien yang mengalami masalah berkomunikasi akibat terluka. Para periset menemukan kerusakan pada lobus temporal kiri pasien, sehingga mereka menyarankan kalau berbahasa itu ternyata dikendalikan oleh sisi kiri otak. Dugaan sementara itu ditangkap menjadi imajinasi yang terlanjur populer.