Tetapi ingat setiap otak itu unik, oleh karena itu, dalam memperkenalkan informasi baru, guru harus memberikan siswa beberapa celah masuk ke pembelajaran, multiple entry points to the learning. Hal ini berarti memanfaatkan minat awal siswa dan pengalaman masa lalunya.
Kemudian siswa sering membutuhkan beberapa jalur solusi untuk terhubung dengan pembelajaran yang baru. Ketika informasi baru diperkenalkan, otak harus menemukan cara untuk menyelaraskan dengan pembelajaran sebelumnya. Proses ini disebut konflik kognitif.
Guru sering mencoba untuk melindungi siswa mereka dari konflik kognitif karena prosesnya dapat membuat frustasi. Tetapi untuk benar-benar memastikan bahwa informasi yang dikuasai para siswa harus diperbolehkan untuk berjuang dan menyelesaikan sendiri konflik kognitif mereka.
Bagaimana kita dapat memotivasi para peserta untuk bertahan dari perjuangan ini. Ya, inti penelitian psikologi kognitif mengatakan kepada kita bahwa ada tiga bahan utama untuk motivasi intrinsik.
Yang pertama adalah "otonomi" memberikan siswa kesempatan untuk membuat pilihan bermakna selama proses pembelajaran, akan memberi mereka rasa pemberdayaan. Yang kedua adalah "koneksi". Bahan ini memiliki dua bagian. Siswa perlu terhubung satu sama lain secara kolaboratif dan juga ke dunia nyata. Hal ini mengaitkan kebutuhan relasional di otak yang akan memotivasi siswa. Yang ketiga adalah mengejar "keingintahuan" dalam pencapaian penguasaan materi (mastery).
Hal itu semua membutuhkan keseimbangan antara dua variabel, yaitu; "tantangan" dan "kemampuan". Jika tantangannya rendah dan kemampuannya tinggi, otak menjadi bosan. Sebaliknya, jika tantangan terlalu tinggi dan kemampuannya terlalu rendah, otak menjadi stres.
Keseimbangan diperlukan antara keduanya. Dan ketika otak menemukan tantangan yang sangat seimbang dengan kemampuan, hasilnya disebut "aliran". Dan hal itu merupakan kenikmatan yang paling kuat dari penghasilan yang dapat dialami otak.
Ketika tiga bahan; koneksi, otonom, dan progres pencapaian penguasaan materi dicampur bersama di otak, hasilnya adalah "badai motivasi". Tetapi otak masih memiliki dua kebutuhan kunci lainnya, untuk dapat berjuang melalui dan menyelesaikan perilaku kognitif.
Yang pertama adalah "aktivitas". Jika otak menemukan informasi baru dalam keadaan pasif hasilnya pun adalah pembelajaran pasif yang memiliki sedikit perubahan yang dikodekan dalam memori jangka panjang.
Dengan mengaktifkan biologi siswa - melalui gerakan dan pengalaman panca indera, otak mulai mengalami pembelajaran aktif yang jauh lebih mudah diingat. Bahan terakhir untuk pembelajaran ingatan jangka panjang adalah "refleksi diri". Inilah pilar yang menopang siswa melalui perjuangan konflik kognitif untuk menerjemahkan hasil memori jangka panjang.
Ketika strategi-strategi yang cocok untuk otak tadi diaplikasikan setiap hari di setiap kelas, hasilnya akan meledak secara eksponensial dari tahun ke tahun. Para siswa akan mengingat lebih banyak dan lebih banyak lagi pembelajaran-pembelajaran sebelumnya, dari ingatan jangka panjang dan siklus pembelajarannya yang terus bertumbuh. (BIS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI