Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 25 Februari 2020. Salah satu tujuan bangsa ini yang belum tercapai secara optimal adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menjadi perhatian yang super khusus oleh para pemimpin bangsa kita.
Indonesia sudah unggul dengan kekayaan sumber daya alamnya. Syarat mutlak untuk memajukan bangsa dalam kompetisi global yaitu dengan memajukan mutu kualitas sumber daya manusianya. Harus pintar, namun tetap berahlak mulia. Sehingga dapat diberhentikan perilaku kebiasaan buruk tindak korupsi yang sangat merugikan bangsa dan masih terus sering dilakukan oleh para pejabat kita.
Menyiapkan 'SDM Unggul' tidak terlepas dengan memajukan mutu sistem pendidikannya. Beberapa upaya telah banyak dicoba untuk dilakukan. Mulai dari menempatkan menteri yang berusia relatif muda dibanding dengan menteri-menteri pendidikan sebelumnya, namun diyakini dapat membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Kita harus mengapresiasi upaya-upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah sekarang maupun pemerintah-pemerintah sebelumnya. Namun salah satu fakta di lapangan yang paling menyedihkan dari jaman ke jaman; departemen pendidikan justru masih termasuk salah satu lembaga pemerintahan yang terkorup. Progres perbaikannya terkesan cukup lambat. Hal ini dapat dipastikan terkait juga dengan kualitas dan integritas seluruh tenaga kerja SDM di departemen itu sendiri.
Bagi penulis dan masyarakat pada umumnya yang sedang giat-giatnya menyekolahkan anak banyak perihal pelik yang sebenarnya dihadapi di tengah-tengah kondisi ekonomi yang masih mencekik belum terlalu baik. Biaya pendidikan sekolah anak di Indonesia masih dirasakan sangat mahal. Selain biaya yang tinggi mereka juga dibingungkan untuk memilih sekolah mana yang tepat bagi anak-anaknya. Bagus kualitas dan cocok dengan masing-masing situasi dan kondisinya.
Persepsi mutu prestasi sekolah yang akan dipilih. Kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkan. Total biaya yang harus dihitung minimal selama setahun. Lokasi sekolah yang diharapkan tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hubungan sesama orang tua murid maupun dengan para guru dan staf pengajarnya. Kondisi fisik gedung dan fasilitas serta sarananya. Peraturan dan tata tertib sekolah, serta disiplin guru dan murid yang diterapkan. Jumlah lulusan siswanya yang diterima ke perguruan tinggi. Kualitas inteligensi dan moralitas tenaga pengajarnya, dan seterusnya.
Terlalu banyak variabel yang menjadi pertimbangan orang tua. Belum lagi mereka sering mempertimbangkan untuk memberikan kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan belajar tambahan sesuai dengan kebutuhannya. Banyak orang tua akhirnya ragu dengan mutu pendidikan secara keseluruhan di negeri ini. Karenanya jangan disalahkan bila terutama orang tua yang lebih mampu secara finansial dan memiliki akses akhirnya mengirim anaknya untuk melanjutkan sekolahnya ke luar negeri.
Salah satu concern yang menurut penulis diyakini bahwa disiplin ilmu pengetahuan baru seperti neurosains menjadi urgen untuk dapat diterapkan sebagai salah satu upaya mendongkrak mutu pendidikan sekolah. Perlu diberikan juga pencerahan atau sharing session untuk pengantar ilmu neurosains modern dengan durasi cukup sekitar 2 sampai dengan 3 jam kepada para pimpinan yayasan atau pimpinan sekolah dan jajaran manajemennya. Bentuknya memang harus disesuaikan. Penyampaiannya sebaiknya tidak dalam bentuk dengan gaya mengajarkan. Tapi lebih kepada paparan dan diskusi interaktif.
Tahap kedua perlu juga diberikan kursus singkat kepada para guru dan staf pengajarnya. Pelatihan yang diberikan bisa seminggu atau minimal 3 hari. Topik penekanannya lebih memiliki pemahaman ilmu neurosains dan aplikasinya di bidang pengajaran (neuroteaching) dan pengasuhan anak (neuroparenting). Biasanya kami mengadakan dalam bentuk kelas-kelas workshop. Mulai setiap harinya minimal jam 9 pagi sampai dengan jam 5 sore.
Namun supaya anak atau siswa tidak menjadi korban kebingungan karena apa yang disampaikan para guru di sekolah berpeluang berbeda apa yang disampaikan oleh kedua orang tuanya di rumah. Oleh karenanya perlu diberikan penyuluhan atau sosialisasi neuroparenting dan neuroscience for better life kepada semua orang tua murid. Supaya program neurosains apa yang disampaikan oleh guru di sekolah praktiknya akan sinkron dengan yang dilakukan atau dididik sehari-hari di rumah yang diterapkan oleh kedua orang tuanya. Biasanya yang sering telah dilakukan program sosialisasi untuk para orang tua murid tadi dalam bentuk seminar sehari atau seminar setengah hari. Bagi para orang tua yang memiliki kondisi ekonomi yang di atas rata-rata, biasanya seminar diadakan di hotel berbintang. Sering kali juga didukung penuh atau bahkan menjadi program silaturrahim bersama orang tua murid. Jadi penyelenggara acaranya bisa dari pihak sekolah atau oleh komunitas persatuan orang tua murid.