Jakarta, 22 Februari 2020. Di dunia yang terus berubah semakin cepat bergejolak, penuh ketidakpastian, sangat rumit dan membingungkan, serta semakin diwarnai dengan keberagaman, manusia dituntut terus meningkatkan kemampuan berpikir dan berperilakunya. Kita harus agile, lingkungan bisnis terus berubah, salah satunya dampak dari disrupsi teknologi.Â
Setiap individu yang berbisnis maupun yang bekerja, terutama mereka yang ingin mengejar karirnya, harus terus mempersiapkan dan mengayakan diri dengan senantiasa meng-upgrade ilmu-ilmu pengetahuan dan keterampilan barunya (new skills and the latest knowledge).
Namun, ternyata juga terpenting bagaimana cara kita menyikapinya, bukan kemajuan teknologi itu sendiri. Bersikap, attitude toward behavior, atau berpikir sebelum bertindak.Â
Bagaimana kita merespon perubahan itu sendiri. Masing-masing mempersiapkan diri lebih baik lagi dengan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam bekerja agar tidak tergantikan dan tersingkirkan oleh kemajuan teknologi. Mulai dari semakin mengenal dirinya lebih dalam, tidak menebak-nebak. Seperti apa preferensi pola pikir dan pola perilaku kita.Â
Fokus hanya pada kekuatannya, tidak usah terjebak oleh ketakutan yang tidak perlu - mencari kelemahan yang menjadi threat-nya. Setiap orang unik, karena setiap connectome otak manusia tidak ada yang sama di dunia ini. Kita tidak dituntut untuk berubah menjadi orang lain.
Setelah itu mereka mengejar untuk mengerti dan dapat memahami orang lain lebih baik. Karenanya soft skills baik intrapersonal maupun interpersonal keduanya sama-sama dibutuhkan dan harus ditingkatkan.Â
Bahwasannya setiap orang berbeda mempunyai latar belakang masing-masing dengan pola pikir dan perilakunya tadi. Sementara dihadapi fakta kehidupan setiap aktivitas hariannya senantiasa harus berhadapan, berkomunikasi dan bekerjasama dengan manusia lainnya. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya.Â
Keberagaman semakin banyak. Hari ini tidak hanya hadir perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, agama, kepercayaan dan keyakinan. Namun semakin banyak faktor perbedaannya, karena setiap orang memegang gadget memiliki akses informasi dan pengetahuan yang sama dengan latar belakang pendidikan serta kebiasaan membaca yang berbeda-beda. Tidak ada lagi yang bisa membatasinya.
Tahap berikutnya yang lebih sulit adalah orang lain yang ingin bekerjasama dengan kita juga harus bisa memahami bagaimana diri kita secara baik persisnya seperti apa. Beberapa teman kurang berhasil bukan karena pola berpikir dan berperilakunya, namun orang-orang di lingkungan sekitarnya yang tidak memahami diri teman kita tersebut secara baik.Â
Sebaliknya early judgment kepada orang lain harus dihindarkan. Ingat bahwa setiap manusia yang di hadapan kita adalah sama-sama mahluk ciptanNya yang sempurna, hanya saja berbeda pola pikir dan perilakunya.Â
Dunia semakin flat. Kita tidak boleh berprasangka buruk, dan kita sendiri harus mengembangkan diri dengan beradaptasi kepada siapa pun terutama yang terkait dengan urusan pekerjaan. Baik internal; atasan, bawahan, atau teman sejawat. Maupun pihak eksternal; pelanggan, pemasok, termasuk mitra bisnis lainnya.