Obrolan kami seputar bagaimana mengembangkan potensi desa agar lebih maju dan sejahtera. Seusai ngobrol penulis sholat Asar dulu supaya tidak gugup saat wawancara di depan kamera. Mulanya penulis ingin enggak pakai kopiah. Namun karena kopiah itu ada di laci meja kerja saya akhirnya itu yang penulis pakai saat wawancara berlangsung.
Sambil mencari angel dan pencahayaan yang pas dan terang, jurnalis dan kru TVRI menyuruh penulis bersiap-siap dengan teik agar tidak gugup. "Seperti mengobrol biasa ya Pak Bambang, jangan pidato dan gugup. Biasa seperti mengobrol," ujarnya.
Kendati begitu pesannya, penulis tetap gugup saat diwawancarai yang pertanyaannya sangat menukit ke jantung persoalan. Yah penulis jawab apa adanya permasalah dunia kesehatan dan dampak positif keberadaan RSUD Selaparang di tengah-tengah masyarakat. Awalnya lancar jawaban penukis, namun saat pertanyaan ketiga dan keempat terkesan penulis terbata-bata dan mengulang-ulang jawaban sebelumnya. Tapi mereka bilang tidak apalah dan sudah bagus. He.. ternyata dari pengalaman pertama ini kita harus mempersiapkan materi yang relevan dari sebelumnya agar jawaban kita aktual sesuai kondisi lapangan.
Pengalaman adalah guru yang sempurna untuk kita umat manusia. Selamat dan terimakasih kepada TVRI yang telah memberikan penulis masuk media nasional plat merah TVRI. Sekali lagi penulis menyampaikan terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H