Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Nusa Tenggara Barat, mengaku bangkrut miliaran rupiah  per tahun. Hal itu diungkapkan di acara Sosialisasi  Penyesuaian Tarif PDAM Tahun 2022 di aula kantor camat Pringgabaya, Kamis (21/7/2022) pagi.
"Selama 3 tahun berturut-turut mengalami kerugian. Di tahun 2019 kerugian mencapai Rp 1.37 miliar, tahun 2020 Rp 1.9 miliar, dan 2021 kerugian PDAM mencapai Rp 1.26 miliar," kata pihak PDAM dalam presentasenya.
Menurutnya, PDAM Lotim sudah tidak mampu membeli peralatan, pipa dan perlengkapan PDAM lainnya yang tiap tahun harga semakin naik. Padahal, pipa jaringan PDAM saat ini sudah lapuk berumur lebih 15 tahun.
"Barang-barang sudah naik tiap tahun. Sementara tarif perkubik tidak pernah kita naikkan sampai sekarang yakni Rp 350 per meter kubik. Terendah se-Indonesia," ujarnya.
Dengan kondisi itu, kata Andi Budiman selaku pengawas PDAM Lotim, mengindikasikan PDAM sedang sakit parah. Sehingga tarif pelanggan, mau tidak mau harus dinaikkan dengan catatan : PDAM harus meningkatkan kinerja dan pelayanannya sebaik mungkin.
"Perusahasaan sakit. Maka diputuskan Rp 350 rupiah perkubik. Dengan uang wajib Rp 6000 perbulan. Ketika kewajiban (palanggan) ini nantinya sudah lancar. Tapi PDAM masih pakai pola lama. Silahkan cari saya! Saya yang bertanggungjawab. Kane ku sedak ya. (Nanti saya rusak dia)," Â jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Andi Budiman menyampaikan perkataan yang pernah dilontarkan Wakil Bupati Lotim Haji Rumaksi, SH, bahwa kalau PDAM mengalami kerugian terus tiap tahun lebih baik dibubarkan daripada menambah beban daerah.
Ia berkali-kali mengkritik para karyawan PDAM yang tidak becus mengelola distribusi air. "Mental karyawan kurang baik. Mudah-mudahan ada perubahan mental dari semua karyawan pusat (Selong ibu kota Lotim) maupun daerah-daerah (pelosok-pelosok desa)," katanya.
Sedangkan dari perwakilan pelanggan yang hadir, banyak mengeluhkan pembayaran PDAM Lotim selama ini yang tidak akurat dan airnya sering macet. Terutama di wilayah Kecamatan Pringgabaya.
"Mewakili pelanggan Desa Seruni Mumbul, banyak pelanggan yang tidak menikmati air tapi tetap bayar. Terus anehnya tidak ada bukti pembayarannya. Terus kapan mereka akan menikmati air? Terus tiba-tiba mau dinaikkan. Nantilah tahun 2024 dinaikkan. Waktunya kurang pas. Pelanggan juga banyak dari masyarakat kurang mampu," kata Aunurrafik perangkat Desa Seruni Mumbul yang juga hadir dalam sosialisasi tersebut.Â