Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Buruh - abahnalintang

Memungsikan alat pikir lebih baik daripada menumpulkan cara berpikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyempurna Dosa

21 November 2020   13:49 Diperbarui: 21 November 2020   13:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar ucapan yang begitu genit, seketika seolah ada kekuatan sihir yang merasuki dirinya, sehingga ia terbuai, serta memberikan ijin kepada wanita tersebut untuk duduk di roda dua miliknya. Selama di perjalanan, begitu eratnya Zeta memeluk Roni bahkan mulutnya tak henti melahirkan ketajaman kata-kata yang menjinakkan.

Keakraban yang disuguhkan, kedekatan yang disodorkan tak urung membuat perbincangan antara kedua insan yang belum saling mengenal itu terjerumus ke dalam sebuah ruang kehangatan. Saking asyiknya perbincangan yang dututurkan, keduanya tiba di salah satu warung kopi, yang menjadi tujuan.

Zeta itulah nama wanita yang merengek untuk diantar mencari warung kopi. Tanpa perkenalan, lewat percakapan di atas roda dua, Roni tahu nama wanita yang sedang dibonceng di atas roda duanya itu.

Tiba di salah satu warung kopi, Roni terperanjat karena melihat penjual kopinya merupakan sepasang kakek nenek yang terbilang sudah renta. Kulit-kulitnya sudah terlihat keriput mengering.

Selama menemani Zeta, dalam pikiran dan perasaan Roni, pertanyaan siapa aku, siapa kamu menjadi hal yang terlintas menghiasi suasana kenyatan yang tengah dialami.

Sementara Zeta sendiri terus saja berbicara tentang perempuan malam, yang tak sedikit pun Roni mengerti tentang apa yang dibicarakannya. "Aku ini wanita malam, mas cakep. Cintaku kandas dan aku sakit hati sehingga aku menjadi seperti ini," tuturnya tanpa dipinta.

Roni yang kebingungan akibat tidak memahami yang disampaikannya, dengan penuh kepolosan di wajahnya, ucap maaf pun terlontar ke hadapan Zeta. Maaf yang disodorkan berisikan mengenai ketidakmengertian Roni  atas apa yang diucap-ucapkannya.

Suara adzan subuh mengalun bahkan terngiang di telinga, sementara Zeta tak hentinya mengisi pikiran dan perasaan Roni dengan kisah realita malam yang menggugah birahi kelelakian.

Akhirnya keduanya memilih mencari tempat untuk melanjutkan percakapannya. Hal itu pun lagi-lagi Zeta yang mengajukan. Sehingga Roni terpengaruh untuk membawanya ke kontrakan yang kebetulan tidak jauh dari lokasi warung kopi tersebut.

Di dalam kontrakan, Roni tercengang, "mengapa kau seterbuka itu, kita baru ketemu dan tidak pernah berkenalan jauh sebelum ini, Zet?" Tanyanya kepada Zeta.

Sementara Zeta sendiri terus saja bercerita kepada Roni mengenai dirinya bahwa ia adalah seorang pemuas hidung belang. Bahkan dalam tuturannya ia menegaskan setiap malam keluar mencari pria hidung belang yang hendak dipuaskan dengan jasa kasih buatan yang diobral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun