Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Buruh - abahnalintang

Memungsikan alat pikir lebih baik daripada menumpulkan cara berpikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Kesadaran Kreatif di Kalangan Seniman Pada Masa Pandemi

15 November 2020   13:43 Diperbarui: 15 November 2020   14:45 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Beragam upaya dilakukan untuk menjaga kesadaran kreatif di kalangan para seniman di masa pandemi. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah melakukan dialog secara virtual dengan mengusung topik Filsafat Seni dan Kreatifitas.Budayawan yang sekaligus seniman asal Kota Bandung Rahmat Jabaril mengemukakan, dibatasinya ruang bertemu dalam kondisi pandemi, berakibat pada munculnya pikiran di kalangan pelaku seni merasa sulit menemukan ide.

"Prinsipnya ide akan didapat selama ada kegaduhan. Di era pandemi setiap diri dipaksa untuk mengalami kesunyian seiring adanya pembatasan aktifitas," kata Rahmat Jabaril usai memberikan materi Filsafat Seni dan Kreatifitas pada Sabtu, (14/11) sore.

Mengantisipasi dampak dari pikiran tersebut sebuah upaya menjaga kesadaran kreatif di kalangan para pelaku seni, diciptakan. Salah satunya dengan mengadakan ruang komunikasi atau dialog kesenian secara virtual.

Adapun topik yang diusung, mengenai Filsafat Seni dan Kreatifitas. Dialog virtual ini dimaksudkan untuk mengisi ruang sunyi yang dialami para pelaku seni.

"Karena pandemi kesadaran kreatif kita diuji. Setiap seniman harus mampu meloloskan diri dari ujian pandemi ini," ungkapnya.Dialog virtual dengan mengusung topik-topik hakikat seni akan dilangsungkan selama dua bulan ke depan. Adapun untuk pelaksanaannya sendiri dilakukan seminggu sekali.

Menurutnya, semua tokoh-tokoh pelaku seni yang tergabung dalam komunitas seni dari sabang sampai merauke, turut serta dalam kelas dialog virtual ini.

"Ini sudah masuk semester dua. Semester satu sudah dilakukan selama dua bulan ke belakang," ucapnya.

Di akhir semester satu, pada Bulan Agustus-September, peserta yang turut serta mencapai seratus. Adapun di semester dua, peserta yang turut serta mencapai seratus lima puluh orang.

Semua peserta harus membuat karya berupa teks untuk dipamerkan sebagai bentuk menyumbang karya di masa pandemi. Sekaligus sebagai bentuk menjaga kesadaran kreatif di kalangan para pelaku seni.

"Menjaga kesadaran kreatif di era pandemi, peserta dituntut untuk membuat  karya untuk dipamerkan secara virtual," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun