Mohon tunggu...
Bambang Eko Supriyanto
Bambang Eko Supriyanto Mohon Tunggu... -

Staff Pengajar, Freelance Graphic Designer, Outbound Service Provider

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memanusiakan Manusia, Jadilah Manusia Terlebih Dahulu

10 Januari 2018   16:16 Diperbarui: 10 Januari 2018   16:20 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah catatan kecil seorang Parinkrafer's

Setelah mengikuti sebuah workshop di kampus Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) hari Selasa (09/01/2018) tentang "Penguatan Manajemen Perguruan Tinggi Untuk Meningkatkan Mutu Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT)" dengan narasumber Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd (Koordinator Kopertis IV -- Jabar Banten), ada tiga hal menarik yang membuat saya berpikir dan merenungi apa yang yang beliau katakan. Hal pertama yang dikatakan adalah "memanusiakan manusia, jadilah manusia terlebih dahulu". 

Sebagai insan akademis yang berprofesi sebagai dosen, tentunya kita harus selalu berupaya mengambil sebuah makna dari apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain, terlebih orang itu adalah seseorang yang telah memiliki keilmuan dan pengalaman yang mumpuni. Sepulangnya mengikuti workshop saya pun berpikir dan mencoba mencari makna dari apa yang beliau katakan. 

Beragam pertanyaan muncul dalam benak saya. Ya, sebagai dosen apakah kita sudah menjadi manusia sebelum memanusiakan orang lain, dalam hal ini adalah mahasiswa? Lalu bagaimana cara menjadi manusia? 

Dan bagaimana cara memanusiakannya? Itulah sekelumit pertanyaan yang ditanyakan dan dijawab oleh diri sendiri, dan dituangkan dalam sebuah catatan kecil ini.

Saya pun mengambil sebuah pendapat bahwa yang dimaksud manusia dalam konteks hubungan dosen dan mahasiswa adalah bagaimana cara kita bisa menjadi seorang dosen yang hebat agar bisa menjadi tumpuan harapan serta masa depan mahasiswa. Kenapa harus seperti itu? 

Ya, karena mahasiswa tidak membutuhkan ilmu saja, karena mahasiswa tidak membutuhkan nilai saja, dan karena mahasiswa tidak membutuhkan selembar ijazah plus transkrip akademik saja, tapi lebih dari itu. Apa?. 

Sebagian besar mahasiswa menempatkan diri dan berharap bahwa masa depan mereka ada pada dosen. Ya, dosen haruslah bisa menjadi "creator" atas suksesnya mahasiswa di masa depan berkat keilmuan, keahlian, dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian digunakan untuk mewujudkan harapan para mahasiswa di masa depan.

Hal menarik kedua, masih mengutip apa yang disampaikan Prof. Uman, "jangan remehkan mahasiswa, jadikanlah mereka memiliki nilai jual, dan jangan salahkan mahasiswa jika mereka tidak menjadi pintar, tapi tanyalah pada diri kita sendiri, sudah benarkah kita mendidik mereka?". 

Sebuah pernyataan dan pertanyaan yang membuat saya kembali merenungi peran dan fungsi seorang dosen untuk lebih baik lagi dalam menjalankan sebuah tugas dalam rangka menjadi tumpuan harapan mahasiswa dan untuk kemajuan program studi serta institusi tempat dimana saya mengajar.

Hal menarik ketiga yang beliau katakan adalah "jika ingin menjadi pemain sepakbola, maka harus tahu posisi bola, tetapi jika ingin menjadi pemain sepakbola yang hebat, maka harus tahu kemana arah bola". 

Saya pun kembali mencoba menerjemahkan kutipan pernyataan menarik ini. Ya, jika hanya ingin menjadi dosen saja, jadilah dosen yang rajin masuk mengajar, memberikan materi, memberikan ujian, memberikan nilai, selesai dan pulang. Hanya itukah....???? Tidak dalam pandangan saya. Jika ingin menjadi dosen yang hebat, maka harus tahu kemana arah masa depan mahasiswanya. Kenapa? Arah masa depan mahasiswa ditentukan mulai dari sekarang dan empat tahun ke depan. 

Dimasa itulah kita menempa mereka menjadi seorang mahasiswa yang hebat, seorang mahasiswa yang tidak hanya sekedar hadir di kelas, tidak hanya mengumpulkan tugas yang dianggap sebagai penggugur kewajiban, tetapi menjadi mahasiswa yang tangguh dan tidak mudah menyerah menghadapi segala tantangan di era yang serba cepat berubah dan berkembang seperti sekarang ini.

So, apa yang harus kita lakukan? Ya, untuk merealisasikan itu semua mulailah dari diri kita sendiri. Sudah menjadi keharusan sebagai insan akademis untuk selalu mau dan mampu meningkatkan potensi diri, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualifikasi akademik. 

Jangan lah berpuas diri dengan apa yang sudah kita miliki, jadikanlah salah satu ciri profesi dosen yaitu "long life learner" sebagai motivasi yang selalu tertanam di dalam hati kita masing-masing untuk terus belajar sepanjang hayat. 

Hal lain yang harus dilakukan adalah dengan selalu melakukan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagai rangkaian aktivitas dosen untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Dengan begitu, maka kita akan lebih matang dan bisa memberikan lebih banyak manfaat bukan hanya untuk mahasiswa saja, tetapi tentunya ini pun akan berimbas pada naiknya mutu akreditasi program studi dan juga institusi.

Akhirnya, kesimpulan yang dapat saya ambil dari kalimat "memanusiakan manusia, jadilah manusia terlebih dahulu" adalah "jadilah dosen yang hebat terlebih dahulu untuk mencetak mahasiswa yang lebih hebat". Maka marilah kepada teman-teman seprofesi untuk tidak hanya menjadi dosen yang terbaik saja, tetapi mampu menjadi dosen yang terdepan.

Terima kasih Prof. Uman. Terimakasih UMT. Maju Terus Pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun