Mohon tunggu...
Bambang Agus
Bambang Agus Mohon Tunggu... wiraswasta -

(Wiraswasta/Pedagang/Pemburu Peluang [Yang mau nawari peluang ditunggu !!] tinggal di Jambi Sumatera Indonesia. \r\nFB : Bambang Agus Jambi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Petualangan SMA #2

21 April 2013   00:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dilanjutkan!!!. Biar nyambung and gak penasaran kalo sempet baca yang part-1 (DISINI) ..... (pakai Bahasa Inggris satu kata biar dibilang pinter, hehehe..). Cerita petualangan seruku ini merupakan kelanjutan dari kenekatanku  berpetulangan dengan jalan kaki dari Salatiga sampai Kedong Ombo ketika kelas 3 SMA dalam kondisi "rak duwe duwit babar blas".  Kenapa aku berani melakukan itu, tentu saja ada sejumlah motivasi yang mudah2an mampu memberi arti. Ini cerita tentang kenekatan, cinta dan kamu harus tau cerita ini... Ini ceritaku ketika aku merindukanmu.... Cerita langsung dilanjutkan.  Cukup lama aku jalan kaki di pagi itu, aku jalan mengikuti jalan beraspal.  Terus saja aku jalan kaki,  jalan terusss dan terus berjalan. Akhirnya aku sampai di Desa Dadap Ayam. Waktu kelas 2 SMA pernah sampe di lokasi ini tapi naek mobil dengan keluarga di Salatiga. Dulu sampai disini malem hari kareana kesasar n mau nyekar (ziarah  kubur).  Di desa ini  Embahku (kakaknya Mbahku meninggal saat mengungsi jaman penjajahan dulu). Aku tau kalo di daerah ini ada Petilasan Cinde Laras dari cerita keluarga di Salatiga.  Aku sempet mencari dimana ada petilasan Cinde Laras ini. Setelah aku cari-cari akhirnya ketemu batu  bertumpuk-tumpuk setinggi hampir 20 meter mirip tai ayam tapi bertumpuk-tumpuk tinggi banget berada tepat di pinggir sungai.   Konon batu itu berasal dari kotoran  ayamnya Cinde Laras.  Ada yang inget dengan Legenda Ayam Cinde Laras ini ???.  Menurut warga setempat disinilah tempatnya  Cinde Laras memelihara ayamnya. Mungkin sebagian dari kita masih bisa mengingat kokok ayam Cinde Laras yang beda dengan kokok ayam yang laen. Ini bunyi kokok ayam Cinde Laras itu, “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”, ini bunyi kokok ayam itu... ditempat inilah Cinde Laras memelihara Ayamnya dan aku menemukannya dan melihatnya lebih deket. Melihat ada batu bertumpuk-tumpuk tinggi mirip kotoran Ayam jelas aku heran,  aku sempetin mendekat. Sesuatu yang luar biasa kok bisa,  batu itu bertumpuk-tumpuk menjulang ke atas. Aku sempet istirahat dan bermain-main air disini. Karena Posisi batu itu persis di samping sungai,  aku juga sempetin mandi di sungai ini. wis pokok’e sueger..... Kembali aku bergegas untuk melanjutkan perjalananku pas aku mo naek tiba-tiba ada orang tua menyapaku, “mau kemana dan dengan siapa ?” ini kata orang tua itu tapi dalam bahasa Jawa ya. Aku cuma menjawab : “mau ke Kedong Ombo n sendirian !!!”. Terus kita berdua sempet ngomong-ngomong dan dikasih tau kalo di dekat batu itu juga ada gua alam tapi gak ada yang berani masuk, Guanya besar letaknya di sebelah kanan atas  batu-batu bertumpuk itu.  Mendengar ini malah jadi pengen liat dan masuk ke gua itu, aku sempet lama mencari-cari gua itu dan akhirnya ketemu. Guanya cukup besar berbentuk segitiga..  Aku nekat masuk ke gua itu,  makin lama makin gelap,  sementara kotoran kelelawar setebal mata kaki terasa menutupi kakiku.  Terus saja aku masuk ke gua itu sementara kelelawar pada terbang ke sana kemari. Kelelawar yang berterbangan ini menimbulkan suara kegaduhan dan  makin lama terdengar suara auman. Suara auman ini makin lama makin jelas, meski di dalam gua itu terdengar suara auman aku  gak takut n terus saja aku jalan di gua itu. Suara auman itu makin lama kok makin keras dan kedalaman Gua sekitar 15 sampe 20 meter ... terus aku cari-cari lagi mungkin ada lubang laen yang bisa aku masuki,  tapi suara itu makin keras n mulai ada rasa takut. Akhirnya aku ketemu lubang sebesar badanku berada di tengah bawah bentuknya juga segitiga... aku mencoba memasukkan kepalaku ke lobang itu, .tapi suara itu makin keras n bersumber dari lubang itu. Suaranya begini,  "haaummmmmmmmmmmm... hauuuuuurmmmmmmmmm... arhhhhhzzzmmmmmm...." Suara itu membikin aku terkejut, suara itu terdengar semakin keras ketika kepalaku aku coba masukkan ke lubang dinding gua itu. Mendengar suara auman itu, aku jadi inget Harimau,  langsung aku melompat n balik kanan berlari keluar. Wah... pengalaman yang tak terlupakan, pas aku sampe diluar aku sempet melihat ke gua itu sebentar, yang kepikiran cuma suara apa itu  kok membikin aku takut. Belum lama aku jalan, aku ketemu lagi sama orang yang ngasih tau tentang posisi gua itu,. aku ditanya ketemu apa di dalam gua dan aku cerita kalo di gua itu ada suara mirip harimau tapi gak tau suara apa. Mendengar ini orang tua itu malah yang ketakutan dan belum sempet cerita banyak udah  pergi duluan. Kembali aku jalan kaki n sampai di pasar Dadap Ayam kembali,  di pasar ini ada jalan setapak dan aku sempet nanya kalo jalan ini kalo aku ikuti nanti sampe dimana. Dapat keterangan kalo jalan itu menuju ke Desa Kali Nanas... mendengar nama desa itu aku jadi inget temen SMPku. Ada banyak temen SMP yang tinggal di desa ini, jalan setapak itu tidak seperti jalan waktu aku naek gunung. Jalan setapak itu banyak terputus, aku sering bingung mo ngikuti jalan yang mana. Di tengah kebingunganku  aku jalan aja melewati  kebun-kebun penduduk. Aku berjalan melalui kebun-kebun pendukung tak tentu arah. Aku terus saja berjalan sesuka kakiku melangkah. Aku tidak perlu menggambarkan kondisi jalan melalui kebun-kebun itu,  yang jelas tiba-tiba udah sore dan aku melihat ada bukit di dekatku. Melihat bukit ini yang kepikiran cuma aku mesti naek ke bukit itu. Yang kepekiran cuma kalo nanti malam aku bermalam di atas bukit itu pasti enak. Sampe diatas bukit tiba-tiba aku ketemu mata air, airnya jernih banget. Aku sempetin mandi dan aku minum air itu sampe puassss. Selesai mandai waktu udah mo magrib.  Aku mencari tempat untuk istirahat dan aku putuskan untuk tidur di atas bukit saja. Malam kedua aku tidur diatas bukut hanya beralaskan jas hujan (ponco) n memegang Pisau Komando. Sebelum tidur aku sempet berdoa dalam hati...... “ojo di ganggu niatku apik” ini yang keluar dari hatiku sebelum aku tidur.. O.... iya ada info tambahan hari kedua itu aku cuma makan Telo di pagi hari n tidak makan apa-apa lagi... paling minum, tapi aku kok gak kelaparan ya.... sampe akhirnya aku tertidur pulas .... z z z z z z Udara malam yang dingin... bintang-bintang dilangit yang menemani tidurku gak aku anggap blast... mungkin karena capek jadi aku terus saja tertidur... di tengah tidur panjangku aku bermimpi...... Dalam mimpiku aku didatangi kakek  tua berbaju putih dan  berjengkot putih, memakai tongkat putih..... (persis kayak orang tua sakti dalam cerita2 silat itu) kakek itu menegurku dan menyapaku..... “sopo kowe n arep jaluk opo ?’’. Mendengar sapaan ini aku menjawab persis sama yang aku ucapkan waktu aku mau tidur, aku menjawab “aku ojo diganggu n niatku apik !!”. Mendengar jawaban ini kakek tua itu langsung ilang n aku terbangun. Ketika terbangun, aku takut.... udara malam yang dingin... bintang bintang dilangit n daerah yang sama sekali tidak aku kenal menambah rasa takutku menjadi jadi. Ditengah ketakutanku yang ku inget cuma kata-kata itu....... “aku ojo diganggu n niatku apik !!”... “aku ojo diganggu n niatku apik !!” ... “aku ojo diganggu n niatku apik !!” Aku  gemetaran ketakutan, lari ?.. lari kemana coba. Pengen juga teriak.. tapi gak yakin ada yang nolong. Ya udah akhirnya cuma bisa ngomong dalam hati “aku ojo diganggu karena  niatku apik !!” ini terus sing  tak iling-iling..... Aku gak perlu mendramatisir rasa takut ini yang jelas aku ketakutan !!!.... aku gemetaran... opo salahku yo...... Akhirnya aku tertidur kembali n ketika terbangun tiba-tiba hari udah terang n segera aku kemasi jas hujan,  sarung pisau komando dll. Belum lama aku terbangun dan baru beberapa langkah tiba-tiba udah ada orang tua yang menyapa..... “sopo kowe n arep neng ngendi ?” waduh mak tratap aku terkejut lagi. Ternyata ada pemilik kebun baru aja nyampe di kebun  menyapaku. Aku jelasin kalo semalem aku tidur di kebun ini dan orang tua itu ngomong gini.... “mugo-mugo terkabul sing dijaluk lan sing dadi keinginan”. Aku yo mung tersenyum mendengar doa orang tua itu... wong aku ra nduwe keinginan opo-opo kok didoakan  mugo-mogo keinginan terkabul... qeqeqeqe..... Kembali aku berjalan menuruni bukit itu, berjalan dan terus berjalan keliling-keliling gak karu-karuan kayak gak ada tujuan... abis gak tau arah  n gak kenal daerah... (tidak menguasai medan). Cerita seruku akan dilanjutkan di #3. Kalo sempet baca yang ini "aku-tersesat" (udah dibaca hampir 15 ribu orang) coba di klik..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun