Di posisi kedua yang mereka sukai adalah karakter dari kandidat, dan posisi terakhir adalah pengalaman (experience) dan kecerdasan kandidat. Sebagai rakyat pemilih, tentu saja kita juga boleh menilai kualitas para kandidat pemimpin daerah kita., misalnya apakah mereka akan lebih fokus dan memiliki konsep dalam mengatasi masalah-masalah yang ada di setiap provinsi, kota dan kabupaten seperti soal kemiskinan, pengangguran, persoalan banjir, dan sebagainya.Â
Kita juga bisa mencermati kesungguhan para calon pemimpin daerah tersebut dari konsep mereka menangani masalah-masalah yang spesifik seperti persoalan tempe, beras murah, minyak tanah, pedagang kaki lima, pasar tradisional dan semacamnya. Mengenai karakter para kandidat kita, tentang kepribadiannya, dan tentang sifat-sifat kemanusiaannya tentu amat menarik untuk disimak kalau kita tidak ingin membeli kucing dalam karung. Perlu diamati tentang rekam jejak dan  reputasi para kandidat saat ini.
Wajib dipertanyakan juga apakah para kandidat pemimpin daerah akan mampu mengembangkan potensi kecerdasan dan pengalamannya untuk melakukan pendidikan politik kepada calon pemilihnya. Hal ini berhubungan dengan kemampuan mentranformasi kebijakan pemerintah dan program-program pembangunan bangsa secara jernih dan mudah dipahami.
Para pengamat pada umumnya juga mengamati seputar  praktek-praktek kampanye politik. Apakah para kandidat akan menggunakan kekuatan uang dalam mencapai tujuan akhir? Sulit diramalkan untuk tidak, karena dengan berbagai alasan, uang memang sedang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat kita, terutama mereka yang miskin. Namun sangatlah jelas bahwa kita tidak boleh menyalahgunakan uang untuk kepentingan meraih kekuasaan.
Marilah kita cermati apakah kontestan mampu menjalankan proses kontestasi pilkada mendatang secara bersih, bermutu, mencerdaskan dan bermanfaat bagi masyarakat. Â Selamat berkontes kalau tidak ada penundaan, tapi jangan lupa patuh dan disiplin mengikuti protokol kesehatan.
(Bambang Siswanto, PhD, mantan dosen FISIP UNS, peneliti dan pengamat sosial politik, tinggal di Australia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H