Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Roman

Tabir

3 September 2024   19:29 Diperbarui: 3 September 2024   19:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berjalan kurang lebih satu jam, kita semua briefing sambil menyeduh kopi agar tubuh kita terus hangat, dan tanpa terasa semakin kita banyak berhenti ternyata semakin dingin, sadar akan kondisi fisik saya pak john ngomong ke temen-temennya untuk duluan saja dan segera mendirikan tenda di puncak sana, dan selang beberapa saat temen-temennya berangkat duluan sesuai perintah pak john.

Kemudian pak john menyuruhku untuk segera berjalan " ayo put jalan pelan-pelan saja, karena kalau semakin kita lama berhenti, nanti semakin dingin tubuh kita" dan aku pun menjawab "iya pak". Dalam hati aku berpikir kenapa pak john suka sekali naik gunung, naik gunung itu capek, kotor dan ternyata menguras tenaga yang sungguh luar biasa, aku pikir keindahan yang aku lihat di media sosial tidak se melelahkan ini, dan aku mulai berpikir kapok untuk kembali naik gunung, atau kalau pak john nanti kembali ngajak, aku pura-pura tidak bisa saja.

Sejam berjalan tanpa sadar puncak sudah mulai terlihat, ditandai oleh lampu-lampu tenda di atas sana yang sudah mulai kelihatan, dan aku pun bertanya pada pak john "yang kelap-kelip lampu itu puncaknya ya pak" dan pak john pun menjawab "iya put, itu puncaknya, kalau capek berhenti dulu aja put" dan aku menimpali "nggak pak, nanggung kan udah deket", pak john tidak menjawab, hanya melempar senyuman kecilnya yang di bibirnya terselip rokok khasnya.

Dan tidak sampai setengah jam tepatnya jam 22:30 aku dan pak john sampai puncak gunung prau setelah kurang lebih berjalan tiga jam lamanya, dan tentunya berjalan santai, atau memang aku yang berjalan lambat, karena temen-temen pak john mungkin sudah sampai puncak dari tadi, dan ketika sampai di bibir puncak gunung prau aku tertegun sejenak dengan keindahan sepanjang mata memandang, hamparan luas puncak gunung dan kerlip lampu tenda menambah keindahan semesta yang sebelumnya hanya aku lihat melalui media sosial saja, ketika dalam lamunan suara pak john menggugah lamunanku tentang keindahan semesta, "ayo put jalan terus, kita cari tenda bule dan yang lain" dan sontak aku jawab "iya pak", belakangan aku baru tau nama temen pak john yang orang putih dan tinggi itu ternyata nama panggilannya bule, karena aku tidak berani berkenalan, dan hanya memanggil mereka dengan sebutan mas saja. Tidak lama berjalan akhirnya kami menemukan tenda temen-temen pak john yang sudah berdiri menghadap puncak gunung sindoro - sumbing katanya. Setelah aku dan pak john sampai kami langsung di tawari oleh temen-temen pak john jahe panas, namun pak john tetep kopi panas tanpa gula, temen-temen pak john sepertinya tau betul selera pak john, dan kalau aku lihat temen-temen pak begitu sangat menghargai beliau, karena begitu sampai dari mulai jahe panas sampai makan malam sudah di siapkan, jadi aku dan pak john ketika sampai tenda sudah di persiapkan semuanya.

Tanpa basa-basi akhirnya aku santap hidangan kornet campur mie rebus serta beberapa sosis yang di campur dengan sayur mayur yang tentu saja sangat lezat untuk ukuran makanan di atas puncak gunung, aku lihat pak john hanya ngopi dan ngerokok saja, "pak john nggak makan pak?" spontan aku nanya dengan rasa malu karena aku makan sendirian tanpa melihat beliau yang ternyata tidak makan dan dengan gaya pak john sambil bercanda menimpali "Nggak put, kamu makan aja duluan, biar kamu kenyang dan segera tidur, karena esok tuhan akan menunjukan kuasaNya pada kamu", dan aku pun mengangguk sedikit bingung dengan kata-kata pak john tentang menunjukan kuasa, maksudnya apa ya dalam hatiku bicara, tanpa banyak kata aku sikat sampai habis makanannya, dan setelah makan serta mungkin karena lelahnya mendaki tadi tubuh jadi auto Lelah dan ditandai dengan menguap yang tak terhitung jumlahnya, sontak pak john menyuruhku untuk masuk tenda dan tidur "tidur aja put duluan, sleeping bag nya dipake, udara puncak sebentar lagi akan semakin dingin" dan tanpa harus menunggu lama aku pun langsung masuk tenda serta menyiapkan sleeping bag supaya tidak kedinginan.

Pagi-pagi buta karena udara dingin yang menusuk tulang aku pun terbangun, persis di sebelahku pak john yang ternyata tidur satu tenda denganku, aku berusaha melepaskan sleeping bag ku agar bisa segera keluar dari tenda untuk menghangatkan tubuh dengan membuat jahe panas, karena suhu puncak gunung prau yang sangat dingin sekali, aku nggak tau suhunya berapa derajat namun yang pasti dinginnya sampai hampir membuat tubuh menjadi beku. Dan aku membangunkan pak john "Pak, bangun pak sudah pagi" seketika pak john bangun "iya put, masih pagi bener put, baru jam 5.30", dan kemudian aku menjawab ringan saja "Iya pak, udaranya dingin banget" meskipun hanya di jawab dengan senyuman saja oleh pak john, setelah itu aku membuka resleting tenda melihat pemandangan di laur sana. Dan benar apa yang pak john katakan semalam, bahwa esok nanti Tuhan akan menunjukan kuasaNya, seketika mataku terbelalak dengan apa yang aku lihat dan aku saksikan, semalam yang hanya samar terlihat gunung-gunung menjuntai ke langit kini terlihat dengan sangat jelas, sangat indah dan begitu mempesona, seperti lukisan alam yang pernah aku pernah lihat pada gambar-gambar animasi, dan akupun berbicara pada pada john, "benar yang bapak katakan, kuasa tuhan begitu nyata dan indah pak". Dan aku termenung di depan tenda dengan alas matras dan secangkir jahe panas yang telah aku buat, tidak lupa akupun membuatkan kopi pahit panas untuk pak john, aku lihat teman-teman pak john belum bangun dan masih tertidur pulas, mungkin karena sudah terbiasa dengan hawa pegunungan jadi seperti tidur di hotel bintang lima.

Aku dan pak john duduk bersebelahan dengan memandang kagum keindahan dan kekuasaan yang di tunjukan oleh Tuhan semesta alam, tak pernah terbesit sedikitpun sebelumnya kalau aku bakal menyaksikan dan merasakan keindahan serta menikmati hamparan surga yang Tuhan berikan untuk bangsa ini, "Terimakasih pak john, sudah mengajak aku untuk menyaksikan keindahan alam ini", dan kemudian pak john mengangguk sambil berkata bahwa.

"Bangsa kita dulu di jajah karena sumber daya alamnya yang melimpah ruah, itu sebabnya kamu harus siap menerima warisan ini kelak, jangan sampai dikemudian hari bangsa ini kembali terjajah, baik secara fisik maupun intelektualnya, dan itu sebabnya saya selalu naik gunung, karena pikiran yang sehat dihasilkan dari kemurnian udara dan tanah yang bersih serta suci, yang belum terkotori oleh asap industri dan limbah yang merusak ekosistem, maka timbulah rasa syukur dan cinta terhadap bangsa ini", Kemudian pak john melanjutkan.

"Put, generasimu hari ini adalah sebagai generasi penentu bangsa ini ke depan, maka bekerja keras dan terulah belajar, karena seringkali kebodohan memakan korban, dan jika suatu saat kamu menjadi orang dipercaya untuk memimpin bangsa ini jangan pernah keras kepada orang lain namun keraslah pada dirimu sendiri, karena hidupmu bergantung atas apa yang kamu tanam dan kemudian pertanggung jawabkan kelak, baik di dunia maupun di akhirat". Kemudian aku pun menjawab "Iya pak, tapi berat rasanya kalau harus menjadi pempin bangsa ini", kemudian pak john melanjutkan "Paling tidak kamu menjadi pemimpin untuk keluargamu, anak-anakmu serta desamu, laki-laki diciptakan untuk menjadi pemimpin tanpa tawar menawar lagi karena itu kodrat setiap lelaki", tutup pak john sambil menyeruput kopi dan menghisap sebatang rokoknya.

Aku sedikit mengerti dengan apa yang pak john sampaikan, kemudian pak john pergi berjalan menuju tugu puncak prau, aku tidak ikut hanya melihat beliau berjalan saja, aku perhatikan pak john hanya duduk sambil memandang hamparan rumput hijau yang luas, sesekali beliau menghisap rokok yang seakan tak pernah lepas dari mulutnya, pak john memang perokok berat, pak john duduk begitu lama, dan kemudian teman-teman pak john  mulai bangun dan keluar dari tenda, dua orang teman pak john terlihat sedang membereskan tempat tidurnya. Sementara bule, temennya pak john merapikan flesit tenda, dan aku sendiri masih asik menikmati jahe yang mulai dingin serta meresapi kata-kata pak john barusan, penuh arti dan makna yang dalam.

Setelah sarapan pagi dan sedikit bercanda dengan pak john dan temen-temennya, kami berlima mencari spot untuk photo dan aktivitas masing-masing, bule lanjut dengan tidurnya dan sementara satu temen pak john yang belum aku ketahui namanya jalan-jalan di seputar puncak gunung prau, dan sementara pak john kembali duduk di tempat yang sama, Cuma kali ini dengan menenteng buku bacaan yang kalau sekilas aku lihat buku tentang Ideologi Politik karya Andrew Heywood, sementara aku sendiri masih duduk mematung sambil menikmati pemandangan indah yang Tuhan hamparkan ke bumi pertiwi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun