Wahai tuan yang sangat bijaksana..Â
Kemana aku tinggal..Â
Dimana aku terlelap sejenak untuk melepas segala letih ku.
Engkau kejar aku bagai maling..Â
Engkau penjarakan aku bagai penjahat, padahal aku hanya bicara hak.
Bukan kah kita sama tuan?Â
Bukan kah kita manusia?Â
Bukan kah ini Indonesia yang katanya dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi?
Yang katanya negeri yang kaya dan makmur, tapi kesenjangan seperti di pelupuk mata.
Kesejahteraan seperti dongeng semata, atau hanya kaum Borjuis yang mampu meraih segala gelimang kebahagiaan?
Kami kaum marjinal tidak pernah merasakan yang namanya bahagia, duka dan lara serta ketimpangan seperti sandang baju yang melekat pada diri kami.
Harus kemana lagi kami melanjutkan hidup?
Di negara sendiri kami di anggap sampah yang tidak guna.Â
Rumah kami di gusur, dan kami terusir di tanah kami sendiri dan kami di anggap binatang jalang.
Engkau perkosa hak hak kami..Â
Engkau rampas harga diri kami..Â
Engkau bunuh saudara-saudara kami dgn sistem yang kami tidak pahami.
Ibu pertiwi tolong lah kami..Â
Diam mu membuat kami luka..Â
Diam mu membuat kami semakin tidak mengerti tentang arah bangsa ini Â
Indonesia sedang terluka..Â
Indonesia sedang merintih..Â
Keringat Darah kita adalah harga diri !!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H