Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bunyi yang Sunyi

18 Maret 2023   21:32 Diperbarui: 18 Maret 2023   21:35 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang resah, kemudian bibir mengatup menahan tangis. Kisah hidupnya lebih menarik daripada pikiran-pikirannya. Aku semakin mengerti kenapa bapak selalu termenung di teras rumah dalam waktu yang lama, tanpa kata dan suara. 

Ku lihat matanya menengadah jauh ke atas langit sana, sunyi dalam keheningan. Tentang tanggung jawab dan konsekuensi, memang harus di jalani. Seperti api yang sepi meninggalkan bara ditengah kegelapan, rintik hujan dan air mata tersamarkan, namun dua-duanya adalah kekuasaan Tuhan, membuat genangan dan mengingat kenangan. Hidup bagaikan uap yang nampak sejenak lalu hilang dan lakukanlah yang terbaik untuk hari ini karena esok kita tidak tau apa yang akan terjadi. 

Nak, tidak ada perhiasan mahal yang tersemat untuk memper-elok lekuk tubuhmu selain rasa rendah hati dan cinta kasih kepada siapapun.

Baca juga: Kampus yang Sunyi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Gelap yang Sunyi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun