Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Degradasi Moral

13 Desember 2022   23:18 Diperbarui: 13 Desember 2022   23:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah krisis moral yang tengah marak dan hampir masuk disegala sektor kepemerintahaan secara terstruktur dan massif hingga ke struktur terendah kepemerintahan suatu negara, eskalasi politik hari ini justru terkesan jauh dari harapan dan cita-cita bangsa Indonesia setelah merdeka dari para penjajah, pertarungan politik anak bangsa kian tidak menunjukan kesamaan tujuan untuk membawa bangsa ini kea rah semakin lebih baik lagi dari masa ke masa, degradasi moral para pejabat justru semakin marak dipertontonkan serta diberitakan oleh corong-corong media sebagai bentuk satu prestasi penegakan hukum, namun disisi lain negara juga menyatakan diri bahwa birokrasi dari masa ke masa makin rancuh dan makin tak jelas arahnya kecuali untuk mengeruk keuntungan secara kolektif oleh para penjilat bangsa yang punya kekuasaan, perilaku korup para pemimpin semakin membawa bangsa ini menuju kemelaratan dan ketimpangan ekonomi secara menyeluruh, jerit tangis dan penderitaan rakyat di pelosok negeri seakan menjadi bagian dari orkestrasi suatu bangsa yang cenderung enggan beranjak dari kedegilan dan terus menari bersama kemunduran demokrasi yang dibangun dengan darah dan air mata anak bangsa, progress suatu negara yang semakin hari semakin tidak menunjukan kedewasaan dalam bernegara, permusuhan dan pertengkaran seperti luka menganga yang tak kunjung sembuh. 

Cita-cita para founding fathers tentang dunia yang indah serta mimpi bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang berdaulat nampaknya menjadi isapan jempol serta dongeng pengantar tidur semata.

Tan Malaka menulis dalam bukunya jika satu kelas atas satu bangsa yang tidak mampu melemparkan peraturan-peraturan kolot serta perbudakan dengan perantaraan revolusi, niscaya musnah atau ditakdirkan menjadi budak buat selama-lamanya. kata-kata tersebut seperti sebuah kutukan terhadap satu bangsa yang tunduk pada kekuasaan yang sudah dikuasai oleh oligarki, seakan uang menjadi satu-satunya alat politik yang efesien untuk merusak moralitas anak bangsa, serta budak-budak politik kekuasaan kian merajalela dalam menghisap bangsanya sendiri, tidak perduli rakyat sedang susah ataupun kondisi negara sedang payah, terus menghisap dan memperkaya diri serta kelompoknya.

Kemudian Tan Malaka berkata, Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali. relevansi dengan kondisi hari ini ialah adab yang semaki tergerus oleh kesombongan karena suatu jabatan hingga rasa hormat terhadap bangsanya sendiri tidak begitu menjadi penting, baik dalam kehidupan kemasyarakatan maupun dalam kehidupan bangsa dan bernegara, dan jika diterjemahkan dalam konsep bernegara seharusnya pemimpin atau para stakeholder yang notabene digaji oleh uang rakyat harus lebih dekat dengan rakyatnya dan mendengarkan suara-suara rakyat, bukan lantas acuh terhadap lumpur yang kotor para petani atau desa yang kumuh para kaum proletar yang termarjinalkan, serta acuh terhadap suatu penderitaan hidup bangsa Indonesia, perilaku seperti ini biasanya ketika diberi kekuasaan akan menindas, ketika tersudut akan menjilat. perilaku korup dan penghianat.

Sistem yang dibangun oleh bangsa sudah sangat baik, UUD dan rentetan aturan lainnya harusnya menjadi petunjuk dalam bernegara, Negara sudah sedemikian detail dalam merumuskan konstitusinya dan tentu dengan harapan membawa bangsa ini semakin lebih baik serta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya, Pejabat-pejabat yang korup justru akan membawa bangsa ini menuju kehancuran yang pasti. dan sudah saatnya negara ini tidak lagi berkompromi dengan para koruptor yang akan membunuh bangsa ini secara perlahan. negara harus punya keberanian lebih dalam memberangus pengacau serta penjilat yang semakin merongrong bangsa ini dari dalam. musuh sebenarnya ialah koruptor dan terus saja tumbuh subur di negara ini.

Dalam kondisi seperti ini, sudah saatnya intelektual-intelektual muda ambil alih kekuasaan dengan cara yang konstitusional dan beradab, kita tidak mungkin diam saja ketika bangsa ini menuju ke jurang kehancuran, intelektual bebas yang independent serta tulus dalam bernegara sangat diharapkan mampu mengisi ruang-ruang yang telah lama dikuasai oleh manusia-manusia hipokrit. dewasa ini kita butuh konsepsi, suatu gagasan besar yang mengesampingkan ego serta meletakan segenap jiwa raga untuk bangsa dan negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun