Sejarah Perjuangan Bangsa
Bangsa ini lahir ditengah kemelut perang dunia II, Lahirnya Indonesia ditandai menyerahnya jepang kepada Sekutu dengan hancurnya kota Hirosima dan Nagasaki.Â
Bangsa yang mengalami perjuangan Panjang untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme, bahkan sejarah mencatat kurang lebih selama 350 bangsa kita dijajah oleh bangsa-bangsa eropa, dan yang terakhir oleh bangsa jepang. Namun faktanya tidak demikian karena kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata jajah adalah pergi.Â
Arti lainnya dari jajah adalah kuasai daerah, namun kalau dilihat dari data-data yang ada bangsa belanda tidak sepenuhnya menguasai Indonesia secara menyeluruh karena selama 350 tahun tersebut bangsa kita terus melawan dan salah satu bentuk perlawanan rakyat di antaranya adalah ;
Perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun dari tahun 1825-1830. Perang ini, dilatarbelakangi oleh kebencian rakyat Jawa terhadap Belanda atas penindasan yang terjadi di tanah Jawa. Sesuai dengan namanya, perang ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang merupakan pangeran dari Kesultanan Yogyakarta.
Perang Aceh adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan penjajah Belanda. Perang ini berlangsung lama mulai 1873 sampai tahun 1910. Belanda menyatakan perang kepada Aceh pada 26 Maret 1873. Perang terjadi karena masyarakat Aceh tidak ingin wilayahnya dikuasai oleh penjajah.,
Juga Perang Bone Sulawesi Pada tahun 1824 serta Perang Patimura pada 1817 dan beberapa Perlawanan Rakyat diwilayah Nusantara pada masa Hindia Belanda.
Hingga kemudian pada sekitar tahun 1908an mulai terjadi pergeseran dalam perlawanan bangsa Indonesia. benih-benih perlawanan secara intelektual yang dilakukan oleh para pelajar mulai berjalan hingga Kemudian lahirlah perkumpulan Budi Utomo (dalam ejaan van Ophuijsen:Â
Boedi Oetomo) sebagai wadah pemuda yang didirikan oleh Soetomo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), termasuk juga Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini digagas oleh Wahidin Sudirohusodo. dan Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak bersifat politik.Â
Berdirinya Budi Utomo menjadi awal pergerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, walaupun pada awalnya organisasi ini hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Budi Utomo pun menjadi awal sebuah era nasionalisme indonesia yang dikenal dengan nama pergerakan nasional.
Tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pendiri Budi Utomo terdiri dari sembilan orang, yaitu Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, Raden Angka Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, Raden Mas Goembrek dan M. Soewarno. Saat masih didirikan di STOVIA.
Gerakan pemuda dalam perkumpulan Budi Utomo akhirnya menjadi triger positif di Era tahun 1900-an dan menjadi tolok ukur Gerakan-gerakan pemuda lainya di pelbagai daerah yang di inisiasi oleh pemuda-pemuda pribumi kala itu, dan salah satu diantaranya ialah Sarekat Islam yang sebelumnya adalah Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo pada Tahun 1905.
Kemudian pada Tahun 1912 HOS Cokroaminoto ditunjuk untuk menjadi ketua Sarekat Islam yang tujuan awalnya ialah melindungi pengusaha lokal hingga kemudian berkembang menjadi organ penting perjuangan bangsa dan berkembang pesat dikalangan pribumi pada waktu itu, hingga pada Tahun 1921 Sarekat Islam terpecah menjadi dua kubu, yaitu Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah.
Ideologi eropa mulai mewarnai perjuangan anak bangsa dikala ini, dan perpecahan Sarekat Islam menandakan bahwa Eskalasi perjuangan bangsa menuju ke arah yang nyata mulai dirasakan oleh seluruh rakyat. Â Sarekat Islam merah yang maknai oleh beberapa orang adalah organisasi Progresif Revolusioner ini sebetulnya mempunyai tujuan yang sama yaitu melawan serta menentang kapitalisme dengan cara yang berbeda.
Konsep perjuangan Sarekat Islam Merah yang dipimpin Semaun berkantor di Semarang di isi oleh tokoh muda kala itu diantaranya ialah Tan Malaka, Darsono serta Alimin, Seedangkang Sarekat Islam Putih dipimpin oleh HOS Cokroaminoto yang berpusat di Jogjakarta.
Kemudian Perhimpunan Indonesia, Perhimpunan Indonesia didirikan Belanda pada 1908. Awalnya organisasi ini bernama Indische Vereeniging oleh Soetan Kasajangan Soripada dan RM Noto Suroto. Semenjak tahun 1923, PI sudah aktif berjuang untuk memelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Kemudian pada 1925 namanya berganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Istilah Indonesia sendiri dipakai untuk menunjukkan identitas diri bangsa dan negara serta menggantikan kata Hindia Belanda.
Ketika pemuda-pemuda Indonesia sudah mulai sadar tentang pentingnya arti sebuah kemerdekaan dan perlawanan secara intelektual dirasa pemerintah semakin membahayakan posisi belanda dalam menguasai Bangsa ini hingga kemudian pihak pemerintah belanda mengasingkan Tokoh-tokoh Pemuda pergerakan yang mempelopori tindakan kontra pemerintah, di antaranya Semaun Tokoh SI Merah, salah satu tokoh sentral dalam perjuangan anak bangsa di masa itu.
Kemampuannya dalam meng-organisir Pemuda dan Kaum Buruh serta Petani saat itu cukup merepotkan Pemerintah Belanda dalam menjalankan roda kepemerintahan-nya pun dengan melahirkan pelbagai macam Gerakan-gerakan yang kontra terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah belanda diakala itu.
Bahkan Gerakan pemuda dan buruh  yang diarsiteki oleh Tokoh-tokoh Pemuda seringkali merugikan pemerintahan belanda yang diantara-nya Mogok Massal buruh buruh Kereta Api pada Mei 1923, dan di bulan serta tahun yang sama pun telah terjadi aksi mogok massal di beberapa wilayah.
Sejarah mencatat beberapa persitiwa yang melatar belakangi perlawanan buruh dimasa ialah Hindia Belanda muncul ketika ada kenaikan harga barang pada tahun 1910 sampai 1912 di daerah tersebut. Sebab, naiknya harga barang ini tidak diimbangi oleh kenaikan upah buruh. Dikutip dari surat kabar De Locomotief edisi 18 Maret 1913, harga kebutuhan pokok yang naik adalah beras sebesar 30 persen, kentang 25 persen, gula 9 persen dan bumbu dapur naik 90 persen.
Hal tersebut diperparah lagi dengan masuknya Perang Dunia I tahun 1914. Tentu perekonomian kaum buruh Hindia Belanda semakin merosot. Sehingga memicu kaum buruh melakukan aksi mogok untuk menuntut kenaikan upah mereka.
Berakhirnya Perang Dunia I tahun 1918, kondisi rakyat Hindia Belanda tak kunjung membaik, mereka hidup dengan pendapatan yang sangat sedikit. Dikutip dari Tan Malaka dalam Aksi Massa, ia menerangkan upah buruh dari keterangan Mr. Yeekes dalam De Opbouw tahun 1923 bahwa pendapatan rata-rata buruh pertahun, sebesar f. 196 (196 Gulden) atau dibawah standard kebutuhan hidup pada zaman itu.
Tokoh-Tokoh Pemuda di Asingkan
Dari beberapa rentetan peristiwa perlawanan bangsa Indonesia terhadapa kesewenang-wenangan belanda terhadap bangsa pribumi mengakibatkan beberapa Tokoh Pemuda yang dicap oleh belanda sebagai Provokator kemudian di buang atau di asingkan ke luar Hindia Belanda (Indonesia) dengan maksud untuk meredam gejolak masyarakat dikalangan buruh dan petani serta membungkam suara-suara sumbang yang ditujukan untuk pemeritah belanda.
Pada masa itu hampir setiap tokoh pergerakan diburu oleh pemerintah, orang-orang yang dianggap menggangu stabilitas politik, ekonomi dihabisi baik secara jiwa maupun pikiran.
Namun Tindakan pemerintah belanda ini tidak berlaku bagi Tan Malaka, dalam pengasingan-nya justru melahirkan Karya yang sangat Fenomenal yaitu Buku naar de republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) ini yang ditulis oleh Tan Malaka di Katon, Cina, pada 1925.
Tiga tahun sebelum deklarasi sumpah pemuda. Ketika para pejuang yang lain baru berpikir tentang persatuan, atau paling jauh tentang kemerdekaan Indonesia, dan mereka sudah jauh berpikir tentang republik Indonesia, sebagai bentuk negara yang akan lahir pasca Hindia Belanda.
Karena buku inilah Muhammad Yamin menyebut Tan Malaka sebagai "Bapak Republik Indonesia", yang disetarakan dengan George Washington yang merancang republik Amerika sebelum negara itu merdeka.Â
Buku ini menjadi semangat baru yang kemudian pikiran-pikiran Tan Malaka banyak di adopsi dan masih relevan dari generasi ke generasi. Dan seringkali dijadikan bahan diskusi dari kempus ke kampus, dan dari desa ke desa yang semuanya itu dilakukan dengan tujuan berharap bangsa ini jauh lebih baik lagi.
Karena kalau kita lihat beberapa uraian diatas, dan panjangan-nya perjuangan bangsa kita dalam mencapai kemerdekaan yang hari ini kita nikmati, tidak diperoleh dengan  mudah.Â
Ada penderitaan, ada banyak darah dan air mata yang tumpah ditanah pertiwi ini, yang sudah sepatutnya kita harus menjaga dan menjamin bangsa kita agar tidak mengalami penderitaan yang sama seperti para pendahulul kita lewati.
Sudah seharusnya apa yang para pendahulu kita alami menjadi spririt dalam bernegara untuk mencapai kesejahteraan, cukup sudah segala bentuk penderitaan, darah dan air mata para pendahulu kita dalam memperjuangkan bangsa ini sebagai penebus.
Pelbagai peristiwa kelam masa lalu tidak semua dicatat dan dijadikan cerita untuk generasi saat ini, tapi yakinlah bahwa proses lahirnya bangsa ini ditengah kemelut perang dunia II Â dan Proses Perjuangan Panjang Pada Perang dunia I adalah satu jawaban bahwa disaat bangsa-bangsa lain hancur lebur oleh keserakahan ambisi kekuasaan dalam perang.
Ditengah himpitan bangsa-bangsa adidaya yang bisa kapanpun kembali menjajah bangsa  ini, dan disaat itu kita berani membusungkan dada serta menyatakan bahwa kita sudah MERDEKA !. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H