Menurut saya, anak-anak yang berbakat dan/atau rajin belajar tidak terlalu signifikan untuk dibantu karena mereka sudah memiliki modal yang lumayan apabila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak berbakat dan malas belajar. Mereka memiliki modal inteligensia yang lebih tinggi dan memiliki semangat belajar yang lebih tinggi dari anak-anak pada umumnya. Anak-anak 'baik' ini meskipun tidak dibantu dengan beasiswa atau disekolahkan di sekolah yang unggul, mereka tetap memiliki kans besar untuk tumbuh menjadi orang yang berhasil, karena mereka pada umumnya adalah anak-anak yang cerdas sehingga pada akhirnya mereka cenderung dapat mencari jalan keluar bagi diri mereka sendiri. Akan tetapi coba bandingkan dengan anak yang tidak berbakat dan malas belajar, jika mereka tidak dibantu maka jangankan membicarakan kans mereka untuk menjadi orang yang berhasil, jika mereka tidak tumbuh menjadi seorang kriminil saja mungkin kita sudah harus bersyukur!
Oleh karena itu, anak-anak yang tidak berbakat dan malas belajar seharusnya menjadi prioritas utama untuk mendapatkan beasiswa dan/atau bersekolah di sekolah gratis dengan asrama dan sarana kualitas nomor 1 semacam sekolah milik kami. Perubahan yang dihasilkan, menurut saya, akan lebih besar karena kemungkinan besar nasib mereka akan menjadi sangat jauh berbeda! Anak-anak yang berbakat dan/atau rajin belajar biasanya, meskipun miskin, datang dari keluarga yang relatif 'baik'. Berbeda dengan anak-anak yang tidak berbakat dan malas belajar, mereka umumnya berasal dari keluarga yang cenderung 'berantakan'. Oleh karena itu, jika anak-anak yang 'baik' itu tidak mendapatkan dukungan dari kita mereka masih akan mendapatkan dukungan dari keluarga atau pun orang-orang yang ada di sekitarnya. Berbeda dengan anak-anak yang 'nakal', jika bukan kita memberikan dukungan kepada mereka, lalu siapa?
Terkait dengan hal ini, meskipun sampai saat ini belum bisa saya realisasikan, namun sudah beberapa waktu ini saya merencanakan untuk  dapat mendirikan suatu sekolah gratis dengan asrama, sarana, dan tenaga pengajar kualitas nomor 1. Yah, kalau mau dilihat dari contoh sekolah yang ada, saya ingin mendirikan sekolah seperti sekolah internasional Jakarta International School lah (untuk yang tidak tahu seperti apa sekolah yang saya maksud, bisa dilihat disini http://www.jisedu.or.id/).
Orang-orang di dekat saya sudah sering sekali mendengarkan 'igauan' saya ini, dan selanjutnya tertawa sambil mengatakan mereka tidak sabar untuk melihat sekolah saya itu. Tapi karena rekan-rekan di Kompasiana belum dengar, maka saya mau mengigau lagi sedikit disini.
Di sekolah saya itu nantinya saya akan sangat meminimalisir kegiatan akademik bagi para siswanya, dan akan sangat mengedepankan dan memaksimalkan aktivitas ekstrakurrikuler. Jadi anak-anak 'nakal' yang malas belajar itu tidak perlu takut atau bosan, karena saya tidak akan memaksa mereka belajar (saya sendiri termasuk orang yang malas sekali belajar, kecuali mempelajari hal-hal yang saya suka), tapi mereka akan diajarkan untuk menemukan potensi dan minatnya masing-masing dan diarahkan untuk menguasai minat mereka dengan baik, sambil terus didorong untuk berprestasi dan menjadi orang yang berhasil di bidangnya itu. Sekolah ini khusus untuk anak-anak 'nakal' dan anak-anak yang tidak memiliki siapa-siapa (atau yang tidak memiliki 'rumah').
Pada awalnya sekolahnya akan di mulai dari tingkat terendah kelas 1 SD dan akan lulus pada kelas 3 SMA, namun kedepannya sekolah ini harus bisa mencetak alumni sampai D3 atau S1.
Untuk membiaya sekolah ini, sudah tentu awalnya saya harus menggunakan uang saya sendiri. Akan tetapi, setelah alumni dari sekolah saya ini mulai bekerja dan mendapatkan penghasilan, setiap alumni diwajibkan untuk selalu menyisihkan penghasilan mereka untuk membiayai operasional sekolah dan aktivitas adik-adik mereka, sehingga di suatu saat, sekolah dapat beroperasi hanya dengan donasi dari para alumninya. Setiap alumni juga wajib datang ke sekolah untuk memberikan motivasi maupun membagi ilmu mereka kepada adik-adiknya setiap mereka dibutuhkan.
Terdengar tidak mungkin atau terlalu mengada-ada? Tidak juga, karena meskipun saya belum tahu kapan sekolah ini bisa mulai  menerima siswa, yang mungkin bisa 10 atau bahkan 20 tahun lagi, tapi saya yakin suatu saat nanti saya akan punya kemampuan yang cukup untuk menjadikan igauan saya ini menjadi kenyataan. Just wait and see, aut viam inveniam aut vaciam - I'll either find a way or make one!
Oke, kembali ke topik utama! Saat ini saya hanya bisa mendoakan kepada anak-anak yang tidak berbakat, malas belajar, dan miskin, serta kepada anak-anak yang sangat tidak beruntung karena tidak memiliki 'rumah' yang bisa memberikan dukungan dan perlindungan kepadanya, agar mereka bisa bersabar sampai igauan saya menjadi kenyataan. Yah, sambil sesekali berbagi dari apa yang saya punya saat ini, baik ilmu maupun makanan. (mudah-mudahan kedepan saya bisa berbuat lebih banyak lagi untuk kalian!) Mudah-mudahan juga ada rekan-rekan Kompasioner yang terinspirasi setelah membaca tulisan saya ini dan memiliki perspektif baru tentang beasiswa, atau mungkin ada rekan Kompasioner yang mengelola dana beasiswa dan setelah ini mau  menyisihkan beasiswa mereka untuk anak-anak yang tidak berbakat dan/atau malas belajar.
Tapi di atas semua itu, sebenarnya sih saya sangat berharap agar orang-orang yang suka beramal seperti boss saya atau orang-orang yang suka membagi-bagikan uangnya sambil menonton orang-orang berebut dan beradu badan itu bisa membaca tulisan saya ini dan mudah-mudahan setelahnya mau membantu anak-anak yang sudah tidak beruntung tapi masih malas pula itu. (tapi anak-anak itu jangan disuruh rebutan atau mengantri panjang atau beradu badan satu sama lain ya, kasihan mereka!)
Atau syukur-syukur para dermawan itu mau memberikan beasiswa atau membuat sekolah yang bagus untuk mereka, yang seperti igauan saya tadi, agar mereka tidak perlu menunggu saya sampai 10 atau 20 tahun.