Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Editor - Yang penting menulis. Dah gitu aja

Yang penting menulis. Dah gitu aja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menafsir Nabi Menggunakan Kendaraan Terbaik untuk Perang

22 Desember 2022   08:47 Diperbarui: 22 Desember 2022   08:57 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Willy Aditya, politisi Nasdem yang jadi juru promosi Bacapres Anies Baswedan punya latar belakang budaya minang yang gemar bikin majas atawa perumpamaan-perumpamaan. Misalnya menjawab hasil survey SMRC yang menyebut Nasdem bakal jeblok, dia bikin perumpamaan survey SMRC itu ibarat menimbang anting-anting emas dengan timbangan beras. Maksudnya nggak presisi banget.

Begini penjelasannya. Timbangan emas itu beda dengan timbangan beras. Timbangan beras biasanya timbangan analog, timbangan emas bisa analog bisa juga digital. Tapi mau analog atau digital ya tetap saja timbangan emas memang khusus untuk emas agar hasilnya akurat. Menimbang emas dengan timbangan beras pasti timbangannya bakal keder tujuh keliling.

Menanggapi kritik perihal Anies naik Jet Pribadi punya Nasdem, Uda Willy bikin perumpamaan, Nabi menggunakan kendaraan terbaik untuk Perang. Tanpa penjelasan lebih rinci. Tentu saja warga kolam yang memang otaknya pas-pasan nggak nyanggup mencerna. Bahkan mengunyahnya pun setengah mati. Mereka menganggap Willy menyamakan Anies dengan Nabi. Tafsir yang kejauahan tentu saja.

Begini penjelasannya. Unta Nabi bernama Al-Qashwa. Unta milik sahabat Abu Bakar RA yang dibeli oleh Nabi. Abu Bakar RA membeli unta itu seharga 800 dirham, harga yang lumayan mahal. Tentu saja Nabi membelinya di bawah harga itu. Al-Qashwa unta yang setia menemani Nabi mulai dari hjirah, memimpin peperangan, sampai futuh kota Mekah. Konon kabarnya ketika Nabi wafat, Qashwa mogok makan. Seleranya makannya hilang.

Nabi nggak menjual kemiskinan atau kesederhanaan. Nabi itu proporsional. Jadi nggak ada niat mengganti Qashwa dengan unta yang sakit-sakitan atau ingusan supaya dibilang sederhana. Proporsional saja. Sesuai kebutuhan.

Menjual kemiskinan itu misalnya gini. Dulu ada pasangan Capres dan Cawapres yang mendaftar ke KPU pakai bajay supaya dibilang merakyat. Padahal tentu saja keduanya punya kendaraan yang bagus punya. Minimal esemka.

Tapi ketika masa kampanye, capres sebut saja namanya Jokowi menggunakan jet pribadi milik Nasdem yang pesawatnya ditulis namanya gede-gede dan jargon kampanye yang bisa dibaca dari jarak ratusan meter.

fotomerdeka
fotomerdeka

Jadi, makna Nabi menggunakan kendaraan terbaik untuk perang maksudnya proporsional. Sesuai kebutuhan, bukan banyak gaya jualan kemiskinan. Anies pakai jet pribadi untuk kebutuhan kecepatan, pindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai jadwal. Hingga massa pendukungnya yang menunggu di berbagai daerah, kaki mereka nggak pegal-pegal atau baju mereka bau keringat karena kelamaan nunggu Anies.

Para ulama pesohor juga memakai mobil terbaik untuk dakwah. Itu pun dinyinyirin. Padahal itu sesuai kebutuhan. Bayangkan gini. Ulama yang harus dawah dari satu daerah ke daerah lain, bahkan sehari bisa 3 atau 4 tempat karena jadwalnya sangat padat demi memenuhi undangan jamaah, tentu perlu kendaraan yang baik agar selalu segar saat perpindahan dari satu daerah ke daerah lain. Bayangkan kalau supaya dibilang sederhana memakai kendaraan yang tubuhnya terguncang-guncang sampai mabuk darat, gimana bisa fokus ceramahnya?

Ada juga ulama yang gemar naik motor untuk menghadiri ceramah, tapi tentu saja tidak ke luar kota. Bisa banyak alasan. Supaya bisa lebih cepat karena bisa lebih cepat lolos dari kemacetan, atau sebab lain.

Ada pesepak bola kelas internasional takut ketinggian. Dennis Bergkamp misalnya. Kalau dipaksa naik pesawat, bisa dipastikan sampai di lapangan, pasti lapangan itu seperti berputar kaya komidi putar. Dia memilih jalan darat atau jika terpaksa jalan laut. Bukan karena supaya dibilang pesepakbola yang kaya tapi hidupnya sederhana, tapi karena takut ketinggian. Proporsional. Itu kata kuncinya.

Masih belum paham juga, Bong?

Pegangan lumut.

-Balyanur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun