Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tilik, Kekuatan Kejujuran dalam Berkarya

20 Agustus 2020   16:30 Diperbarui: 20 Agustus 2020   16:21 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot Akun Ernest

Karena tokoh yang digosipkan sepanjang perjalanan bernama Dian, maka tentu penonton penasaran seperti apa Dian itu. Bagi sutradara mainstream ala sinetron pasti awal pemunculan tokoh Dian akan dikasih penekanan khusus. Entah dengan slowmotion, entah dengan zoom in zooim inan ala jeng jeng jeng. 

Tapi hebatnya, sutradara film ini  menampilkan Dian begitu saja. Di rumah sakit, ibu-ibu turun dari truk , Dian menghampiri memberi kabar kalau Bu Lurah ada di ICU, tidak boleh diganggu. Putra Bu Lurah yang digosipkan ada main dengan Dian juga muncul begitu saja membenarkan ucapan Dian. Dan Ibu-ibu kembali naik truk begitu saja.

Walaupun gossip tentang tokoh Dian menyebabkan sedikit keributan di atas truk, tapi sutradaranya tidak menjadikan Dian tokoh penting, karena pesan yang ingin disampaikan film ini adalah budaya medsos sudah merasuki ibu-ibu desa. Ibu-ibu Desa yang pergi ke rumah sakit ke kota naik truk pasir, budaya yang tidak tergilas oleh waktu.

Justru yang bikin heran adalah keheranan Ernest pada kualitas suara dalam film ini. Memang kualitas suara film ini tidak kalah, malah dalam poin tertentu lebih bagus dari sinetron  dengan peralatan yang relatif lebih  mahal.

Ernest barangkali sudah berada di lingkungan produski berbiaya mahal. Padahal anak-anak muda yang gemar bikin film, menghasilkan suara seperti itu bukan perkara sulit-sulit amat. Sekarang banyak peralatan yang relatif murah tapi di tangan orang yang paham bisa bersaing dengan peralatan mahal.

Tapi sayangnya, kemudahan itulah yang bikin calon sineas keberatan gagasan hingga kedodoran. Karena terlalu sibuk masalah teknis. Dengan DSLR menengah saja sudah bisa bikin film untuk Youtube dengan kualiatas gambar yang bagus, didukung oleh software editing sederhana semisal Adobe Premire yang kelas pemula, bahkan lebih sederhana lagi menggunakan Filmora.

Film ini mengajarkan kepada para calon sineas muda bagaimana cara membuat film yang baik. Kejujuran dalam berkarya. Itulah kuncinya. Ide sederhana  karena ketertarikan sutradaranya melihat ibu-ibu di desa berangkat ke kota menggunakan truk pasir menghasilkan film pendek yang bagus. Itu!

-Balyanur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun