Dulu banyak yang minta pada pemerintah agar memberlakukan lockdown. Pemerintah kasih PSBB. Setelah PSBB bisa diterima, pemerintah nggak sanggup kasih makan warga yang kena PHK dan kehilangan pekerjaan. Walaupun sudah pada ngamen, istilah kerennya konser untuk membantu pemerintah membiayai penanganan covid 19. Ada juga yang tanpa ngamen nyumbang bahkan jumlahnya lebih banyak, tetap saja tidak cukup.
Di daerah saya misalnya, sampai sekarang bantuan itu nggak nongol juga. Padahal dari daftar warga yang kena PHK dan kehilangan pekerjaan sudah disortir lagi hanya untuk lansia, janda dan orang sakit. Tetap saja bantuan itu nggak nongol juga. Bukannya Pemda pelit. Tapi karna memang duitnya terbatas.
Maka satu-satunya jalan adalah membuka kembali jalan agar roda ekonomi kembali berputar normal. Agar yang tidak bekerja bisa kembali bekerja, yang dagang bisa dagang lagi, yang ngojek bisa ngojek lagi dan seterusnya dengan tetap memberlakukan protocol kesehatan ala covid 19. Bahkan lebih ketat lagi.
Kalau PSBB masih banyak yang melanggar misalnya pelanggaran nggak pakai masker. Saat penerapan new normal nanti suka tidak suka, karyawan atau pegawai, wajib pakai masker dan sarung tangan. Kan biasanya kita lebih takut pada boss kita ketimbang pemerintah. Ditambah lagi, perusahaan diwajibkan memberikan asupan vitamin wabilkhusus vitamin C pada karyawannya. Dan sebagainya dan sebagainya.
Orang Indonesia bukan nggak ada  takutnya. Ya takut juga lah sama corona. Kalau kita melihat pemandangan jelang lebaran kemarin banyak yang berjubel di pasar, bukan karena nggak takut pada corona, tapi kan lebih takut kalau keluarganya nggak bisa makan kalau nggak jualan.
Jadi sebenarnya new normal itu adalah PSBB plus minus. Normal baru sebagian sudah diterapkan pada masa PSBB. Mislanya bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan lainnya. Cuma kita kan terbiasa rada kepo dengan istilah baru. New normal yang awalnya adalah istilah bisnis diadapatasi jadi istilah sosial.
Okelah itu persoalan besar yang rumit, kepala saya nggak bisa nampung. Biarlah pemerintah pusat dan pemda yang digaji dari uang  rakyat yang bekerja keras memikirkan. Bagi saya sih, sudah capek nunggu kapan bisa sholat jumat lagi. Nggak ada yang bisa menjawab pertanyaan, kapan kita bisa sholat jum'at lagi?  Nah, new normal ini yang akan jadi pintu masuk kita akan kembali bisa sholat jumat lagi. Hal yang tidak bisa dilakukan saat penerapan PSBB.
Kaya apa sholat jum'at dengan normal baru? Apakah kiblatnya bukan ke arah matahari terbenam? Ya  nggak lah.
Saya mau kasih illustrasi begini. Seseorang yang tersesat di hutan yang sangat luas, pada hari pertama dan seterusnya akan ketakutan dan nggak bisa memakan makanan yang dia tidak kenal. Setelah sebulan atau dua bulan lebih dia akhirnya bisa adaptasi dengan hutan. Dia punya solusi agar tetap bertahan hidup. Dia menjelma menjadi Tarzan versi new normal. Bahkan mungkin dia merasa masa bodo, mau dapat jalan keluar hutan kek, nggak kek.
Dulu, ketika pasien Corona masih pakai nomor. Pasien nomor satu, nomor dua dan seterusnya tiba pada angka pasein nomor seratus sekian, kita terbelalak. Tigaratus sekian, tambah terbelalak. Setelah angka ribuan, kita sudah terbiasa. Nggak kagetan lagi.
Saat masih ratusan itulah keluar fatwa agar tidak sholat jum'at , mengganti dengan sholat zuhur. Saya sami'na wa atho'na. Kalau ada yang bilang, jangan takut pada corona, takutlah kepada Allah SWT, saya anggap itu new jabariah.