Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jelang Pelantikan Presiden, Rakyat Ada di Mana?

7 Oktober 2019   10:17 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang pelantikan Presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober mendatang diwarnai oleh sejumlah pertistiwa kekerasan. Memang nggak ada hubungannya dengan pelantikan. Tapi tetap saja bikin dag dig dug yang mau dilantik.

Padahal menang pilpres sudah sah kata KPU, ke MK sudah menang, rival utama sudah berhasil dirangkul sambil makan sate. Kurang apa lagi? Kan mestinya tinggal kipas-kipas sambil menyiapkan pidato pelantikan. Kurang apa lagi?

TNI sudah mengancam kelompok mana saja yang akan menggagalkan pelantikan presiden dan wakil  akan berhadapan dengan TNI. Polisi jangan tanya. Jangankan yang akan menggagalkan pelantikan, yang baru berniat dalam hati saja sudah terendus oleh polisi. Kurang apa lagi?

Tapi bagi Jokowi kayanya belum cukup. Dia masih membutuhkan relawan yang akan mengawal pelantikan. Padahal saat Jokowi bertemu dengan Prabowo, Jokowi dengan suara yang dipaksa ditegas-tegaskan menyatakan, " Mulai hari ini tidak ada lagi yang namanya Cebong dan Kampret! 

Tidak ada lagi yang namanya kosong satu dan kosong dua, yang ada adalah nomor tiga, persatuan Indonesia !  " Prabowo setuju dengan Jokowi. Dia telah membubarkan relawannya. Tapi Jokowi kayanya masih berat meninggalkan  pasukan kosong satunya.

Entah sudah berapa kali Jokowi bertemu dengan relawannya. Para relawan ini juga bebas wara-wiri di istana hingga kita sulit membedakan mana yang pejabat mana yang relawan. Para relawan rupanya nggak sabaran. Kepada pers  layaknya pejabat istana, mereka bikin pernyataan kalau kemungkinan pelantikan akan dimajukan. 

Pernyataan yang bisa saja dibaca sebagai rasa ketakutan pelantikan bakal gagal. Tentu saja pernyataan itu bikin heboh. Bikin sibuk pejabat istana hingga perlu klarifikasi kalau itu bukan kemauan presiden tapi kemauan relawan.

Persiapan lain. Sejumlah musisi mendatangi istana  kepresidenan Bogor. Mereka bertemu Jokowi. Minta restu  akan bikin konser " Musik Untuk Republik." Urusahn apa Presiden dengan perizinan konser musik? Itu pertanyaan wajar. Tapi kalau mau meniliti lebih dalam. Coba perhatikan tanggal konsernya. 

Mulai tanggal 18 sampai 20 Oktober 2019. Paham kan? Tanggal 20 Oktober itu kan hari pelantikan Jokowi. Jadi, kemungkinan besar puncak acara konser itu bisa jadi acara panggung gembira menyambut pelantikan presiden baru tapi wajah lama. Supaya nggak terlalu kentara, judul acaranya bisa apa saja. Bisa Musik NKRI Sampai Mati, atau Musik Untuk Republik, yang pasti nggak mungkinlah berterus terang dengan judul Musik Untuk Jokowi.

Dari kesibukan nggak puguh lagu itu, pertanyaannya, rakyat ada dimana? Kan mestinya rakyat yang ikut sibuk, ikut bergembira menyambut datangnya presiden baru. Tapi kok kenapa kesannya rakyat malah seperti menjadi ancaman yang akan menggagalkan pelantikan? Menang tapi kok ketakutan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun