Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Panasnya Kunci Surga

17 Oktober 2018   09:07 Diperbarui: 17 Oktober 2018   10:41 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membahas soal surga dan neraka, kata para ustadz, tidak  pantaslah sorang muslim merasa 'ujub ( Takjub, sombong dengan  membanggakan diri dengan amal sholihnya) dan dia merasa sudah pasti akan  masuk surga.

Pak ustadz mengutip hadist riwayat muslim, "Tidak  ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan  menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat  dari Allah."

Tapi bukan berarti manusia untuk mencapai surga itu  berpangku tangan menunggu rahmat Allah. Allah sudah memberikan juklak  pada manusia untuk mendapatkan rahmatNya.
"Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal sholih kalian dahulu di dunia" (QS. Az-Zukhruf : 72)

Tugas manusia beramal sholih sesuai petunjuk Allah dan Rasulnya.  Selebihnya, diserahkan pada Allah sebagai otoritas pemberi rahmat dan  Rasul yang telah Allah berikan hak syafaat. 

 Pembicaraan manusia  soal surga dan neraka adalah terbatas pada persoalan amal sholih. Jika  engkau beramal sholih maka insya Allah akan masuk surga, jika tidak  engkau akan masuk neraka. Begitu cara membacanya. Jadi, jika ada manusia  yang dituduh sebagai pemegang kunci surga, sama saja dengan menyamakan  manusia dengan Allah. Tuduhan itu sudah di luar konteks pembicaraan amal  sholih.

Tapi dalam konteks pembicaraan sehari-hari di luar  konteks pembicaraan agama, pemegang kunci surga merupakan majas  hiperbola.

Dalam konteks politik kekinian, tuduhan pemegang kunci surga  adalah bahasa politik untuk menyudutkan satu kelompok. Karena hanya  Allah satu-satunya "pemegang kunci surga," maka tidak ada satu manusia  atau kelompok pun merasa nyaman dengan tuduhan itu. Dengan kata lain,  kunci surga adalah barang panas.

Awalnya, kubu Prabowo  bertahun-tahun dituduh sebagai para pemegang kunci surga. Sampai  akhirnya akhirnya barang panas itu diambil oleh Farhat Abbas, timses  Jokowi-KHMA. Posisinya jadi berbalik arah. Giliran kubu Jokowi yang  dituduh pemegang kunci surga. Dan itu cukup membuat tuduhan kepada kubu  Prabowo seperti hilang ditiup angin putting beliung.

Makanya nggak heran  kalau FA dipecat dari timses. Tapi tidak menolong banyak, karena FA  tetap sebagai caleg PKB. Dalam pemilu serantak, caleg otomatis jurkam  capres yang dipilihnya. 

Setelah itu ada juga pernyataan Cak Imin  yang kurang lebih mengatakan, untuk masuk surga, walaupun ibadahnya  kurang, yang penting pilih PKB dan Jokowi. Tapi entah kenapa, ucapan Cak  Imin tidak mampu menggeser posisi FA sebagai pemegang kunci surga.

FA tidak tahu bagaimana caranya melepaskan barang panas itu. Hingga  akhirnya datanglah "penolongnya,"  Novel Bamukmin. Di hadapan emak-emak,  Novel mengatakan jika ingin masuk surga mintalah ( pinta )  kepada  Allah, kepada Rasul, dan kepada Prabowo.

Belakangan, Novel  membantah, dia bukan mengatakan pinta, tapi cinta. Walaupun kata pinta  "lebih kurang ajar" daripada cinta, tetap saja tidak bisa menghilangkan  substansinya.

Apalagi rekaman audionya terdengar lebih mirip pinta. Mungkin ada yang bertanya, seperti halnya FA, kenapa kubu Prabowo tidak menegur Novel?

Begini membacanya. Novel Bamukmin selama ini  dikenal sangat kebal terhadap segala macam jenis cacian, makian yang  dialamatkan pada dirinya. Boleh dibilang dia super cuek. Jika sekarang  mendadak dia meralat, lebih tepatnya membela diri, maka kemungkinan  besar di internal baik di PA 212, atau dari timses Prabowo dia kena  teguran keras. Dan timses Prabowo-Sandi sudah bikin pernyataan menolak  ucapan Novel.

Entahlah, apakah Novel termasuk timses  Prabowo-Sandi atau tidak. Tapi yang pasti, Novel adalah dari PA 212 dari  unsur FPI. Jauh hari sebelumnya Novel sudah diberhentikan sebagai  pengurus FPI karena sering berkomentar ngaco di luar. Dan sering  kegiatannya tanpa koordinasi dengan pengurus teras FPI. Lebih  lengkapnya, silakan baca : news.detik.com

Novel memang bukan hanya bikin repot FPI, tapi juga PA 212. Maka tidak  heran, untuk "menyudutkan" PA 212 dan FPI,  televisi senang mengundang  Novel.

Pernah dalam satu acara talkshow, Novel mengutip ayat Al-Qur'an  tapi kurang lengkap, dan dikoreksi bacaannya oleh tokoh Islam Liberal,  Gus Mis. Tentu saja hal itu sangat memalukan. Tapi karena Novel memang  super cuek, bagi dia biasa saja. Maka sejak itulah, Novel sangat jarang  wajahnya nongol di televisi.

Soal pecat memecat kan harus sesuai  dengan kebutuhan organisasi. Misalnya, Fahri Hamzah dipecat PKS karena  terlalu vocal pada pemerintah pada saat PKS sedang pedekate dengan  pemerintah. Entahlah kalau ada alasan lain. Partai Demokrat memberi  dispensasi kadernya yang berbeda pilihan capres demi kebutuhan kesolidan  dan suara di parlemen kelak. PAN mengancam akan memecat kadernya yang  telah ikutan berdeklarasi mendukung Jokowi, demi kesolidan partai.

FPI sejak lama memberhentikan Novel sebagai pengurus FPI dan memberi  kesempatan sebagai anggota biasa tentu saja dengan alasan tertentu. 

Novel ini tipe aktivis lapangan. Bagi organisasi yang sering bergerak di  jalanan dan di lapangan, Novel sangat dibutuhkan. Alasan lainnya  barangkali, lebih baik memeperbaiki orang yang sudah berada di jalan  yang lurus, daripada mengembalikannya ke jalan yang bercabang. Itu  tanggung jawab moralnya.

Apa pun ceritanya, sekarang Farhat sudah  agak merasa lega. "Kunci surga" yang panas yang selama ini dipegangnya  sudah berkurang panasnya. Itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun