Belakangan, Novel  membantah, dia bukan mengatakan pinta, tapi cinta. Walaupun kata pinta  "lebih kurang ajar" daripada cinta, tetap saja tidak bisa menghilangkan  substansinya.
Apalagi rekaman audionya terdengar lebih mirip pinta. Mungkin ada yang bertanya, seperti halnya FA, kenapa kubu Prabowo tidak menegur Novel?
Begini membacanya. Novel Bamukmin selama ini  dikenal sangat kebal terhadap segala macam jenis cacian, makian yang  dialamatkan pada dirinya. Boleh dibilang dia super cuek. Jika sekarang  mendadak dia meralat, lebih tepatnya membela diri, maka kemungkinan  besar di internal baik di PA 212, atau dari timses Prabowo dia kena  teguran keras. Dan timses Prabowo-Sandi sudah bikin pernyataan menolak  ucapan Novel.
Entahlah, apakah Novel termasuk timses  Prabowo-Sandi atau tidak. Tapi yang pasti, Novel adalah dari PA 212 dari  unsur FPI. Jauh hari sebelumnya Novel sudah diberhentikan sebagai  pengurus FPI karena sering berkomentar ngaco di luar. Dan sering  kegiatannya tanpa koordinasi dengan pengurus teras FPI. Lebih  lengkapnya, silakan baca : news.detik.com
Novel memang bukan hanya bikin repot FPI, tapi juga PA 212. Maka tidak  heran, untuk "menyudutkan" PA 212 dan FPI,  televisi senang mengundang  Novel.
Pernah dalam satu acara talkshow, Novel mengutip ayat Al-Qur'an  tapi kurang lengkap, dan dikoreksi bacaannya oleh tokoh Islam Liberal,  Gus Mis. Tentu saja hal itu sangat memalukan. Tapi karena Novel memang  super cuek, bagi dia biasa saja. Maka sejak itulah, Novel sangat jarang  wajahnya nongol di televisi.
Soal pecat memecat kan harus sesuai  dengan kebutuhan organisasi. Misalnya, Fahri Hamzah dipecat PKS karena  terlalu vocal pada pemerintah pada saat PKS sedang pedekate dengan  pemerintah. Entahlah kalau ada alasan lain. Partai Demokrat memberi  dispensasi kadernya yang berbeda pilihan capres demi kebutuhan kesolidan  dan suara di parlemen kelak. PAN mengancam akan memecat kadernya yang  telah ikutan berdeklarasi mendukung Jokowi, demi kesolidan partai.
FPI sejak lama memberhentikan Novel sebagai pengurus FPI dan memberi  kesempatan sebagai anggota biasa tentu saja dengan alasan tertentu.Â
Novel ini tipe aktivis lapangan. Bagi organisasi yang sering bergerak di  jalanan dan di lapangan, Novel sangat dibutuhkan. Alasan lainnya  barangkali, lebih baik memeperbaiki orang yang sudah berada di jalan  yang lurus, daripada mengembalikannya ke jalan yang bercabang. Itu  tanggung jawab moralnya.
Apa pun ceritanya, sekarang Farhat sudah  agak merasa lega. "Kunci surga" yang panas yang selama ini dipegangnya  sudah berkurang panasnya. Itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H