Tentulah alhamdulillah, tapi apa hendak dikata bila sokong
Ternyata kosong, bila larat tak dapat diralat, jika mahar jadi
Hamar, bila ramah dinyatakan marah, atau lebah menjadi
Belah, rekat jadi kerat, raba jadi bara, bawah jadi wabah,
Sahut jadi hasut, gosok jadi sogok, hingga semua hajat dan
Hajat semua tertukar tempat menjadi jahat maha jahat,
Segalanya lagi gila, dan ini semua bukan salah ketik atau
Salah ketuk, hingga biar gratis pun ternyata sungguh tragis
Muaranya, maka tak putus-putus astagfirullah kuketukketuk
Ke segala remuk dalam diri nisbi ini, duhai diriku
Tangis segala tangis!
 ------------------------
Jika engkau menjadi wakil rakyat atau kepala daerah atau pemerintahan yang lebih tinggi. Coba ingat kembali, berapa banyak kebohongan yang kau sebar pada rakyat. Saat kau berjanji, padahal kau sendiri tidak yakin janji itu bisa kau penuhi.
Misalnya, kau ingin berkata setuju impor dalam batas-batas terrtntu, tapi yang keluar dari bibirmu adalah menolak impor apa pun alasannya. Ketika tiba masanya kau berkuasa dan ternyata impor itu terpaksa kau lakukan, apakah kau pernah minta maaf pada rakyatmu karena telah mengumbar janji palsu?
 Saat kau berjanji dengan mengatakan ramah, padahal hatimu berkata marah. Saat kau berjanji akan memenuhi hajat orang banyak, padahal hatimu berkata menjahati orang banyak. Dan seterusnya, dan seterusnya.
 Sekaranglah saatnya kau berterus terang dan minta maaf. Kalau kau malu minta maaf, kau boleh ngarang apa saja. Cari alasan yang paling masuk akal kenapa kau tiba-tiba minta maaf. Kalau mau alasan yang tidak masuk akal pun boleh asalkan dalam bentu ghaib. MIsalnya, kau dibisikan oleh malaikat saat kau merasa terbang ke sidratul muntaha.
 Pokoknya yang penting kau minta maaf. Terserah bagaimana caranya. Kalau kau sudah siap untuk minta maaf, aku tunggu di pengkolan.
 04102018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H