Menjadi menteri zaman now kalau kurang siap mental bisa makan hati.  Salah ngomong sedikit, habis dibully di medsos. Satu-satunya jalan,tutup  mulut,  tutup mata , matikan medsos. Aman? Belum tentu. Bisa mendadak  muncul dalam syair lagu. Misalnya syair lagu ganti presiden.
Cabe mahal, nanem sendiri
Beras mahal, ditawar saja
 Menkumham beda lagi. Dia punya cara jitu buat melawan serangan media.  Dia malah memanfaatkan media buat membelokkan isu. Dan berhasil!  Menkumham pasti tahulah kelemahan media yang rata-rata partisan.Â
 KPK meng-OTT Kalapas Sukamiskin yang selanjutnya menjadi tersangka  kasus suap untuk memberikan fasilitas kamar tahanan terpidana korupsi.  Menurut KPK, Kalapas seperti tidak menyesali perbuatannya. Dalam  pemeriksaan, Kalapas lebih banyak tertawa ketimbang gemetar. Entah siapa  yang dtertawakan. Satu hal yang pasti, ada desakkan agar Menkumham  mundur. Pendek cerita, Menkumham dibully habis di media sosial.
 Nampaknya tidak ada jalan keluar buat Menkumham bersembunyi dari bully.  Menkumham bergerak cepat sidak ke sejumlah LP. Mengambil tindakan ini  itu. Tapi tetap saja, hujan nyinyiran tidak juga reda.
 Adalah  Najwa Shihab tuan rumah Mata Najwa yang dapat menyelamatkan muka  Menkumham. Dia undang Menkumham ke acara Mata Najwa. Diperlihatkan  tayangan sidak Najwa Shihab ke LP Sukamiskin. Tentu saja atas seizin  Menkumham.Â
 Dalam tayangan nampak kamar sel LHI yang nampak super  mewah, nampak juga sel Setnov dan Nazarudin yang biasa-biasa saja. Juga  tak lupa sel OC Kalilgis. Bukan cuma Najwa, penonton juga nggak percaya  kalau yang disidak itu beneran kamar Setnov dan Nazarudin. Najwa  mempertanyakan ketidak yakinannya itu pada Menkumham.
 Awalnya  Menkumham seolah sulit menjawab. Setelah jeda iklan, Menkumham dengan  tegas mengatakan bahwa memang betul itu bukan sel Setnov dan Nazarudin.  Sampai disini, Najwa tidak mengejar tanggung jawab Menkumham, kenapa  bisa begitu? Malah dalam acara itu terkesan Menkumham menjadi "  pahlawan" sebagai menteri yang jujur, membuka kebobrokan LP Sukamiskin  untuk dipertontonkan pada khlayak. Cukup sampai disitu.
 Akibat  dari tayangan itu, isu bergeser. Media tidak lagi membicarakan kinerja  Menkumham dan jajarannya. Media lebih tertarik membicarakan sel mewah  LHI. Tidak peduli kelanjutan atau akibat apa yang ditanggung petugas  lapas karena sengaja menipu pemirsa dengan memindahkan Setnov dan  Nazarudin di sel yang bukan selnya.
 LHI menjadi bulan-bulanan  media. Seolah-olah sel mewah itu kerjaan jin ifrit yang menyulap kamar  selnya menjadi "apartemen" mewah.  Media tidak mengejar, dengan cara  menyuap siapa LHI bisa medapatkan fasilitas mewah. Dari tayangan dan  penampilan Menkumham di Mata Najwa nampaknya Menkumham sudah tahu kalau  LHI punya kamar mewah. Dia tidak nampak terkejut.
 Semua itu tidak  penting lagi. Mau tidur dimana kek Nazarudin dan Setnov. Mau nyuap  siapa kek.  Pokoknya yang penting, LHI politisi PKS yang jadi terpidana  korupsi punya sel mewah, dan fakta itu lebih penting ketimbang  membongkar praktik suap di LP Sukamiskin.
 Membully terpidana apa  gunanya? Toh namanya sudah hancur cur cur cur. Dan itu resiko yang harus  dia tanggung akibat perbuatannya.  Gunanya, varian beritanya. LHI  mantan petinggi PKS. Suka atau tidak suka, PKS harus merasakan getahnya.  Dan hal itu hal yang lumrah saja. Membully PKS, suka atau tidak suka  berakibat pada gerakan ganti presiden yang pertama disuarakan PKS.  Ditambah lagi, karena LHI bergelar ustadz, gelar itu juga jadi sasaran  bully. Begitulah.
 Sekarang tidak ada lagi suara yang nyinyir pada  Kemenhumkam, seolah-olah kebobrokan lapas Sukamiskin harus ditanggung  LHI seorang.Â
 Untung saya tidak jadi Menhumkam, saya cuma petugas  medsos. Kalau saya jadi Menhumkam, setelah mempertontonkan sel LP Sukamiskin, saya akan minta Najwa Shihab mempertontonkan sel Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H