Apa yang Anda rasakan menyaksikan adegan pembunuhan mahasiswa di Makassar yang terekam camera CTTV, ditayangkan berulang-ulang di televisi? Apa reaksi istri Anda? Anak Anda? Kira-kira apa dampaknya terhadap anak Anda melihat tayangan itu?
Pesta kebebasan pers memang sudah pada tahap memabukkan. Media massa sudah tidak sadar apa yang dia ucapkan dan dia lakukan.Contoh terakhir, kasus penganiayaan anggota TNI AU terhadap wartawan.Disamping dikecam juga disayangkan dilakukan di depan beberapa anak sekolah. Untuk memperkuat argumennya, dihadirkan pendapat aktivis anak Kak Seto. Cuma jadi aneh. Media menayangkan berulang-ulang adegan penganiyaan itu yang pasti ditonton berjuta-juta anak. Bandingkan dengan kejadian aselinya yang hanya dilihat oleh beberapa anak.
Kekerasan juga dikritisi oleh media, dengan judul yang bombastis . Tapi... adegan kekerasannya ditayangkan juga secara berlebihan. Kita masih ingat siaran langsung penangkapan (baca: pembunuhan) teroris yang dilakukan oleh sejumlah pasukan aparat. Saya tidak yakin apakah di negeri lain ada siaran langsung seperti ini. Dan hampir setiap hari media menayangkan adegan kekerasansecara detail dan diulang-ulang, termasuk adegan pembunuhan mahasiswa di Makasar itu.
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia ) sebagaimana biasa anteng di belakang meja menunggu laporan masyarakat. Kalau masyarakat senang dengan adegan kekerasan, nampaknya KPI jiuga tidak keberatan. Pengaduan masayarakat kepada KPI nampaknya hanya seputar SARA dan pornografi, jadi soal itulah yang sering mendapat teguran dari KPI.
18 Okt. 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H