Mpok Zuleha bangga betul dengan kumis suaminya.Kumis itulah yang bikin dia lengket terus sejak pacaran dulu sampai sudah punya anak perjaka.Dia tidak bisa tidur sebelum mengelus elus kumis bang Somad Kumis,suaminya.
Malam ini Bang Somad Kumis nampaknya tidak bisa tidur.Mpok Zuleha,istrinya seperti biasa,rebahan di samping suaminya sambil mengelus-elus kumis suaminya.
Mata Bang Somad menatap langit-langit.” Bang Somad Klimis akan dipromosikan menjadi pengurus partai tingkat kecamatan,” kata Bang Somad Kumis kepada istrinya,tapi nada suaranya sepertinya dia bicara dengan dirinya sendiri.” Gue mau nyalonin jadi ketua partai tingkat kelurahan.Lu doain aje,gue sih yakin banget insya Allah berhasil.Siapa coba yang berhasil memenangkan Bang Foke di kelurahan ini.Kalau nggak ada gue mana bisa menang.Iya,kan?”
Bang Somad melirik istrinya.” Yaah..lu tidur.” Istrinya nampak pulas,tangannya masih menempel di kumis Bang Somad Kumis.
Di kampung di kelurahan itu ada dua Somad.Somad Klimis,ketua partai pengusung Foke tingkat kelurahan.Disebut Klimis karena dia tidak bekumis,untuk membedakan Bang Somad yang berkumis.
Bang Somad Kumis walaupun dia tidak memegang jabatan struktural di lembaga apapun,tapi dia cukup punya pengaruh kuat.Buktinya sewaktu Pilkada DKI putaran pertama,Bang Somad berhasil memenangkan Foke di kelurahannya.Sebagai pengusaha tambak ikan,Bang Somad Kumis tidak segan mengeluarkan uang buat memenangkan jagoan berkumisnya itu.
Tentu saja bukan uang yang dicari Bang Somad Kumis.Dia mengincar jabatan ketua partai tingkat kelurahan.Dia bercita-cita menjadi anggota DPR atau minimal DPRD.
Tapi Bang Somad Kumis belum berpengalaman di dunia politik tingkat desa sekalipun.Politik penuh intrik.Seorang yang berjasa belum tentu bisa otomatis menduduki jabatan struktural.Bagai disambar geledek di siang bolong ketika dia medapatkan kenyataan,yang menjadi pengurus parta tingkat kelurahan ternyata Bapak Hamdani,SH.
Karuan saja Bang Somad uing-uringan.Di kamarnya dia seperti layangan singit.Berputar tidak karuan.Mpok Zuleha yang sudah ngebet ingin memegang kumis suaminya,ikut uring-uringan.
“Bang,ngomelnya sambil tiduran,tangan aye sudah gatel nih.” Mpok Zuleha merajuk
“Diem,lu.Nggak tahu gue lagi puyeng tujuh keliling,lu masih mikirin ngelus kumis.Ikut prihatin dong..”
“ Bang Hamdani kan punya titel,abang kan cuma tamatan SMA,Sudah deh,kita bersyukur saja apa yang kita dapat sekarang.Ayo, tidur..”
“Enteng benget mulut lu ya? Titel nggak bisa menjamin kerjanya bagus.Sewaktu pilkada putaran pertama,apa kerjanya dia? Cuma ngomong sama manggut-manggut aja,gue yang berkeringat,dan nguras kantong.”
Singkat cerita,Bang Somad patah arang dengan partai yang sekarang dia menjadi aktifisnya.
Tim pemenangan Jokowi melihat peluang emas ini.Dia menadatangi Bang Somad Kumis.Dengan baju kotak-kotaknya mereka tersenyum ramah.
“Begini Bang..” kata juru bicara tim sukses Jokowi.”Pokoknya kalau Bang Somad Kumis berhasil menangin Jokowi di kampung ini,Abang pasti jadi ketua partai pengusung Jokowi, tingkat kelurahan .Dan emang itu sudah sepantasnya.Kita menghargai setiap keringat yang menetes.” Kembali tim sukes itu tersenyum ramah,senyum khas tim sukses.
“ Cuma, maf nih Bang.Ini maaf seribu maaf Bang.Supaya oaring-orang percaya sekarang Abang beralih ke Jokowi,ini maaf lho Bang.Saya usul,Abang mencukur kumis…” Juru bicara Tim sukses Jokowi menghentikan bicaranya,dia menungu reaksi Bang Somad kumis dengan tegang
“Setuju!” Bang Somad mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga nampak ototnya tegang.Tim sukes bernafas lega.Nampak pada wajah Bang Somad kumis ada rasa dendam yang tertahan.Juga ada keinginan kuat atas harapan ke masa depan yang terbuka lebar,menjadi anggota parlemen.”Tenang saja,saya yakin berhasil memenangkan Jokowi,saya kalau bekerja tidak tanggung-tanggung.Lihat saja nanti.”
Dan janji Bang Somad Kumis dibayar kontan.Dia bukan hanya mulai memakai baju kotak-kotak,tapi juga mencukur kumisnya! Tentu saja malapetaka bagi istrinya.
Mpok Zuleha seperti kemasukan setan gagu melihat wajah suaminya.Mulutnya menganga.Matanya melotot.Tangannya menunjuk ke wajah suaminya.Rojali,anak perjakanya juga ikutan bengong.Bang Somad yang sudah tidak berkumis lagi itu angkat bicara.
“Coba kalian mengerti,ini politik.Gue mau nujukin,titel nggak bisa menjamin orang sukses di kemasyarakatan.Lihat saja nanti,orang yang dulu milih Bang Kumis,sekarang gue bikin milih Jokowi semuanya.Gue cukur kumis sebagai tanda gue sudah putus hubungan dengan Bang Kumis.”
“Aye nggak perduli abang mau milih siapa.” Mpok Zuleha yang sudah pulih dari bengongnya mulai menimpali.”Tapi soal abang nyukur kumis itu berarti abang emang sudah pengen putus hubungan dengan aye,Bang..” Mpok Zuleha mulia mewek.
“Kumis ini habis pilkada juga tumbuh lagi.Ini cuma sebentar kok…Sabar saja..”
“Nggak.Sedetikpun aye nggak mau ngelihat muka abang kelimis gitu.Pulangin aye ke rumah orang tua aye,Bang…”
Bang Somad jadi keder tujuh keliling,pertengkaran itu tentu saja tidak menguntungkan bagi misi memenangkan jagonya yang orang Solo itu.Ditambah ancaman Rojali,anaknya yang mengancam akan golput jika babe dan enyaknya betengkar terus.
Ya, ini cuma dongeng.Dongeng politik.
Dongeng? Aku kok ragu ya….
29 Agustus 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H