Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pajak Pembunuhan

17 Februari 2014   06:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mau pakai logika sederhana untuk memahami peringatan " Rokok Membunuhmu ! "Peringatan itu mengejek saya sebagai porokok berat. Saya anggap peringatan itu sebagai ejekan bukan ancaman. Walaupun peringatan lengkap dengan tanda seru itu kedengarannya cukup serius, tapi mengingat pemerintah masih menikmati pajak rokok, maka saya anggap peringatan itu formalitas saja. Kalau peringatan lengkap dengan tanda seru itu diyakini akan ada pembunuhan disebabkan oleh rokok, berarti pemerintah menikmati pajak pembunuhan. Ya, sesederhana itu logikanya.

Katanya ada sekian ribu orang mati gara-gara rokok, tapi selama ini cuma angka yang sulit dicari bukti akuratnya. Bukti akurat malah ada di sekeliling kita, kakek yang sejak muda merokok, masih dikaruniai umur panjang. Saya akan berhenti merokok jika dijelaskan fakta ini secara jujur, apakah kakek punya ilmu kebal asap, atau apa?

Saya menghormati Muhammadiyah dengan fatwa haram rokoknya. Cuma saya belum bisa diyakinkanoleh dua dalil diantara sekian dalil yang dipakai pijakan fatwa itu. Pertama dalil soal mubazir. Apa makna mubazir? Menghamburkan uang atau barang tanpa manfaat atau tanpa digunakan. Bagi yang tidak merokok memang bisa jadi berpandangan seperti itu. Bagi perokok tentu uang yang dibelikan rokok dimanfaatkan untuk kebutuhan menghisap rokok dimanfaatkan untuk menghilangkan mulut “gatal” sesudah makan, atau menghilangkan stress, dan lain sebaginya. Kedua, dalil bunuh diri. Apa makna bunuh diri? Fakta bahwa ada kakek perokok berat yang masih diberi umur panjag dibanding (maaf) mantan menteri kesehatan, mematahkan dalil itu.

Walaupun yang anti rokok dengan segala cara mengejek perokok, saya tetap menghomati orang yang tidak merokok. Saya tidak merokok di tempat yang terdapat larangan merokok. Bahkan di rumah saya tidak merokok dalam kamar, jika ada Ibu membawa bayi di rumah saya, rokok saya matikan. Ya, semacam itulah.

Silakan ejek para perokok sepuasmu, saya tidak marah. Inilah kredo saya, " Aku merokok maka aku ada! "

Pebr.2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun