Mohon tunggu...
Balqiz Malka Sabela
Balqiz Malka Sabela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Presiden Indonesia Membiarkan Ekonomi yang Menyumbangkan Pemanasan Global?

16 Juni 2024   20:05 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia menarik perhatian global dalam beberapa terakhir dekade sebagai negara dengan perekonomian yang sangat sukses dan mengalami industrialisasi yang pesat. Menurut laporan World Economic Outlook (WEO), pertumbuhan perekonomian Indonesia mencapai rata-rata 5% pada tahun 2023. Menurut kemlu.co.id, Indonesia merupakan anggota dari G-20 dengan ekonomi terbesar ke-16 berdasarkan PDB nominal (Produk Domestik Bruto).

Pesatnya transformasi perekonomian Indonesia ini mendorong peningkatan jumlah penduduk dan laju urbanisasi. Pertumbuhan populasi terutama di pusat kota seperti Kota Jakarta saat ini padat penduduknya yang berasal dari berbagai daerah, karena banyak perusahaan besar dan industri yang berkembang sehingga menciptakan lebih banyak kesempatan kerja. 

Kepadatan populasi yang tinggi ini, Jakarta menjadi salah satu wilayah dengan polusi yang tinggi disebabkan oleh kemacetan lalu lintas, pembakaran sampah terbuka, polusi industri hingga aktivitas pembangkit listrik tenaga batu bara. Proses meningkatnya populasi ini dapat berkontribusi terhadap pemanasan global.

Pemanasan global saat ini menjadi bahan perbincangan yang sangat serius.  Pemanasan luar biasa di atmosfer yang secara utama disebabkan oleh aktivitas manusia diantaranya seperti  penggunaan pupuk yang berlebihan, penggunaan transportasi dengan mesin berbahan bakar, eksploitasi hutan, aktivitas konversi lahan untuk kepentingan industri, pembakaran bahan bakar fossil (minyak bumi, batu bara dan gas) memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.

Ketergantungan Indonesia terhadap penggunaan bahan bakar fossil, terutama dalam kebijakan saat ini yaitu memperbesar penggunaan batu bara. Berdasarkan data dari greenpeace, penggunaan batu bara sebagai energi utama untuk pembangkit listrik yang awalnya 45 GW (Gigawatt) menjadi 63 GW sebelum berada pada titik tertinggi tahun 2028. 

Indonesia merupakan pengekspor batu bara terbesar di dunia karena kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, namun ketergantungan pada batu bara  dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, memperparah isu-isu yang berkaitan dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Presiden harus tanggap dalam mengawasi secara ketat dan memberi sanksi pada industri-industri yang melanggar hukum.

Saya mengangkat persoalan mengenai "mengapa presiden Indonesia membiarkan ekonomi yang menyumbangkan pemanasan global?" karena tantangan yang sedang dihadapi negara saat ini yaitu krisis pemanasan global, untuk mengatasi tantangan tersebut membutuhkan kepemimpinan Presiden yang ditandai dengan tindakan nyata dalam mengendalikan pemanasan global untuk melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Presiden memiliki kekuasaan untuk menciptakan kebijakan nasional mengenai pemanfaatan sumber daya alam, perlindungan habitat dan pengendalian emisi gas rumah kaca. Menurut saya, perlunya kepemimpinan seorang presiden yang bijak untuk menghadapi tantangan transisi menuju masa depan energi berkelanjutan  yaitu pendekatan yang seimbang dengan mempertimbangkan  Long-Term Strategy untuk menggapai Indonesia emas 2045 dan juga presiden telah menandatangani Paris Agreement segera dapat mewujudkan komitmen Indonesia mencapai emisi nol karbon sebelum tahun 2060. Presiden harus bergerak untuk membantu negara mencapai target iklim internasional.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup, tetapi pertumbuhan ini tidak boleh mengorbankan kelestarian lingkungan. Dengan mengangkat persoalan ini, masyarakat dapat mendorong perubahan positif, menuntut kepemimpinan yang bertanggung jawab, dan bekerja sama melindungi planet kita untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun