Ekosistem pelagis yang jika diartikan dari bahasa asalnya sebagai laut terbuka (Yunani kuno: pélagos), merupakan lingkungan laut yang terbentang sangat luas di luar wilayah pesisir dan kaya akan biodiversitas. Ekosistem pelagis atau ekosistem laut lepas ini terbagi menjadi berbagai zona tergantung kedalaman, parameter fisika-kimia, serta bermacam organisme yang menempati perairan tersebut. Ekosistem pelagis yang luas memiliki kondisi yang dinamis, kedalaman yang beragam serta masih terdapatnya pertukaran arus hangat dan arus dingin, menyebabkan organisme yang menempati kolom air berbagai zona pelagis harus dapat beradaptasi dengan tingkat salinitas, total oksigen terlarut, tekanan air, serta suhu dan intensitas cahaya yang dapat berubah. Organisme laut yang menempati ekosistem pelagis pada bagian laut-dalam, seperti ikan nektonik umumnya memiliki bentuk tubuh streamline untuk meningkatkan kecepatan dan kemampuan renang, misalnya hadal snailfish. Namun selain nekton, organisme seperti siput Phylliroe bucephalum ternyata juga dapat ditemukan dalam zona pelagis-laut dalam.
Lantas, bagaimana siput laut bertahan hidup dalam ekosistem pelagis?
Phylliroe bucephalum adalah spesies nudibranch hermaprodit dari filum moluska dan kelas gastropoda. Gastropoda sering kali diklasifikasikan sebagai penghuni zona laut bentos, tetapi seiring dengan terjadinya proses evolusi, beberapa garis keturunan gastropoda seperti Pteropoda, Heteropoda, dan nudibranch Phyllioridae bertransisi menjadi penghuni zona pelagis seutuhnya. Genus Phylliroe adalah holoplankton dari famili nudibranch pelagis Phyllioridae dengan struktur morfologi yang sangat berbeda dari kelompok nudibranch lainnya. Berawal dari hidup menempel pada substrat dasar laut, nudibranch berukuran 5 cm ini melakukan modifikasi berupa bentuk tubuh yang mirip dengan ikan, yaitu memipih secara lateral dan memanjang, sehingga pergerakan maju atau undulasi yang dilakukan cepat (± 15 cm/s) seperti ikan-ikan nektonik lainnya, serta pola renang left-right. Adaptasi ini selain bertujuan untuk penyesuaian habitat hidup berupa wilayah laut lepas yang luas, tetapi juga untuk mempermudah Phylliroe dalam mencari mangsa. Selain bentuk tubuh seperti ikan, untuk mempertahankan kemampuan mengapung akibat tekanan air yang tinggi di laut dalam, Phylliroe bucephalum memiliki jaringan otot dan jaringan ikat yang tereduksi pada bagian notum, serta rendahnya kutikula pada bagian perut.
Spesies Phylliroe bucephalum merupakan siput parasit, spesies ini menggunakan sepasang rhinophores yang berbentuk seperti tanduk untuk menentukan lokasi mangsa berupa ubur-ubur, kemudian menyangkutkan kaki semu yang terdapat di bagian mulut pada ubur-ubur, dan menyerap nutrisi ubur-ubur dari bagian kanal radial atau manubrium. Phylliroe bucephalum adalah parasit spesifik bagi hydromedusa Zanclea costata pada tahap juvenile. Sejak tahap efira biasanya Phylliroe akan menempel pada ubur-ubur dan melahap sisa tubuh Zanclea costata saat tahap medusa berukuran ± 10 mm. Makanan yang masuk akan diproses menggunakan kelenjar pencernaan berwarna putih berbentuk zig-zag. Sistem pencernaan ini merupakan salah satu karakteristik kunci dalam identifikasi Phylliroe bucephalum yang memiliki tubuh transparan. Selain itu, karena merupakan parasite spesifik, untuk keperluan identifikasi biasanya spesies ini ditemukan tidak jauh atau sedang menempel dengan ubur-ubur Zanclea costata.
Keunikan lain spesies Phylliroe bucephalum dari spesies gastropoda pelagis lainnya adalah kemampuan untuk berpendar. Kemampuan berpendar merupakan karakteristik yang memang biasanya dimiliki oleh organisme zona pelagis, tetapi tidak umum dimiliki oleh gastropoda. Struktur bioluminescence ini terdapat di sepanjang bagian ventral dan dorsal tubuh siput, kombinasi karakteristik ini dengan tubuh transparan membuat Phylliroe bucephalum dapat mengelabui predator dengan mudah. Secara keseluruhan Phylliroe bucephalum merupakan spesies dengan morfologi unik dan menarik untuk diteliti lebih lanjut, terlebih lagi terkait kemampuan serta mekanisme transisi spesies bentos-pelagis yang masih sulit dipahami.Keberadaannya membuktikan bahwa konvergensi fungsional dengan mengembangkan tipe tubuh yang menggabungkan dua karakteristik hewan berbeda (siput dan ikan) serta adanya eksaptasi perilaku karena adaptasi terhadap lingkungan sangat amat mungkin terjadi pada hewan laut.
 Â
Informasi visual bisa diakses melalui video berikut:
Daftar Acuan
Johnsen, S., Widder, E. A., & Mobley, C. D. 2004. Propagation and perception of bioluminescence: factors affecting counterillumination as a cryptic strategy. The Biological Bulletin, 207(1): 1–16.
Goodheart, J. A., & H. Wägele. 2020. Phylogenomic analysis and morphological data suggest left-right swimming behavior evolved prior to the origin of the pelagic Phylliroidae (Gastropoda: Nudibranchia). Organisms Diversity & Evolution, 20: 657–667
Lalli, C.M. & Gilmer, R.W. 1989. Pelagic Snails. The biology of holoplanktonic gastropod mollusks. Palo Alto: Stanford University Press
Lansdell, M., & Young, J. 2007. Pelagic cephalopods from eastern Australia: species composition, horizontal and vertical distribution determined from the diets of pelagic fishes. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 17(2-3): 125–138.
Martin, R., & Brinckmann, A. 1963. Zum Brutparasitismus van Phyllirrhoe bucephala Per. and Les. (Gastropoda, Nudibranchia) auf der Meduse Zanclea costata (Hydrozoa, Anthomedusa). Pubblicazioni della Stazione Zoologica di Napoli, 33: 206–223.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H