Adapun bahan Manuk Nom adalah tape ketan, gula, telur, vanilla, susu berikut daun pandan.
Gusti Aning menyampaikan bahwa filosofi penamaan dan bentuk makanan Manuk Nom merupakan sugesti para raja agar kuat dalam berhubungan suami istri. Agar para raja kuat dan mendapatkan terbaik keturunan untuk meneruskan kedudukannya sebagai raja.
Patehan - Minum Teh
Selain rangkaian makan siang tersebut, kami juga mencicipi dan menyaksikan demo kuliner minum teh yang disebut Patehan yang dahulu dilakukan di Gedhong Patehan. Nama Patehan sendiri berasal dari kata "teh", salah satu jenis minuman seduh. Dahulu Patehan termasuk bagian dari dapur istana. Pada masa silam, Patehan bertugas menyiapkan kebutuhan minuman yang sifatnya tidak terjadwal.
Saat kebiasaan minum teh masih dilakukan di Gedhong Patehan, air yang digunakan berasal dari Sumur Nyai Jalatunda di sisi barat digunakan untuk minum teh para raja dan sumur Kiai Jalatunda di sisi timur digunakan untuk mencuci perkakas pembuatan minuman teh tersebut. Â
Tradisi Patehan yang rutin dilakukan dari jam 6 hingga pukul 11 pagi oleh para Sultan mengalami perubahan di masa Sultan Hamengku Buwono IX. Hal ini dikarenakan beliau menjabat juga sebagai pejabat nasional sehingga banyak kegiatan dilakukan di Jakarta.
Di nDalem Benawan juga telah tersedia teh produk UMKM yang organik, artisan berkwalitas tinggi yang dapat dibeli oleh pengunjung.
Wisata kuliner Keraton Jogjakarta ini segera dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Seperti yang telah disampaikan Gusti Aning, paket eduwisata sejarah dan budaya nDalem Benawan secara lengkap akan bisa di-booking melalui platform Faircle.com yang rencana akan launching bulan September 2023. Ini adalah bagian dari upaya Faircle melestarikan budaya Mataram Islam se-otentik mungkin. Maka saat kami kunjungan ke nDalem Benawan Gusti Aning juga menjelaskan mengenai filosofi dari surjan yang kental dengan nilai-nilai Islam.
Secara lengkap, rombongan akan dibawa "time travel" di tahun 1900an awal. Dapat menggunakan busana Jawa khas keraton, disambut para prajurit, menyaksikan atraksi seni, dijamu dengan kuliner khas Keraton sambil belajar sejarah Mataram Islam, filosofi hingga 'manner' khas Jawa.
Semua itu dengan harapan pula agar dapat membantu masyarakat Jogjakarta khususnya dalam hal ekonomi, dengan melibatkan UMKM dalam kegiatan tersebut, termasuk kegiatan minum teh ala raja yang kami lakukan saat Koteka Trip 8 Jogjakarta .