Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkelana di Otaru Jepang di Tahun Baru Lalu

24 Mei 2023   20:55 Diperbarui: 24 Mei 2023   21:12 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko di Sakaimachi Street - Dok. Pribadi 

Bersyukurlah  di tahun ini kita telah boleh berkeliling dunia kembali...

Dua tahun 2021-2022 saat tahun baru kita terasa terbelenggu saat melalui malam pergantian tahun dan melalui hari baru di tahun itu. Seperti diketahui bersama warga dunia, di bulan Maret 2020 kita harus menjalankan kehidupan "di rumah aja" yang seakan membelenggu kehidupan kita. Hari-hari perayaan apapun juga, tanpa memandang suku atau agama semua terasa syahdu kala itu. Traveler seolah harus berjibaku dengan belenggu, bahkan anak sekolah saja hanya tergugu menatap sang guru dari layar gadget.

Alhamdulillah, saya bersyukur di awal 2020 saya masih bisa menjejakkan kaki di 3 negara (Jepang, Taiwan dan Indonesia), bahkan saya melewati malam tahun baru 2019 - 2020 di Hokkaido Jepang. Sehingga di hari pertama 2020 saya beserta 5 anggota keluarga lainnya menikmati hari di Otaru yang terletak di Hokkaido Utara. Boleh dikatakan buat saya, ini adalah dream come true, impian yang tak pernah saya kejar. Impian yang terwujud dengan karunia Allah yang barangkali merupakan "deposit" dari Allah karena kita akan mendapatkan ujian keterbatasan ruang saat pandemi berlangsung.

Canal Otaru - Dok. Pribadi 
Canal Otaru - Dok. Pribadi 

Otaru di Tahun Baru 2020
Matahari masih terkesan malu-malu menampakkan sinar cerahnya di siang hari pertama tahun 2020 di pulau Hokkaido. Padahal julukan negeri ini adalah negeri Matahari Terbit. Eh nggak berkaitan ya jika saya menghubungkan hal ini? Hahaha

Pergantian tahun Masehi bertepatan dengan musim ingin atau winter di Jepang. Hokkaido merupakan daerah yang dingin dan terkenal akan salju yang melimpah di negeri Sakura.

Saya bersama 5 anggota keluarga lainnya tiba di Otaru siang hari. Kami berangkat dari Sapporo City. Awalnya kami berniat berangkat pagi hari, namun karena jalanan depan hotel banjir salju dan hujan salju masih terus menerus turun maka kami menunggu gundukan salju agak surut. Khawatir kepeleset juga kalau nekat keluar. Suhu minus 5 - 6 derajat celcius. Lebih dingin dari es euy! Tapi toh "show must go on under the snow" . Jam 12 siang housekeeper hotel akan membersihkan kamar. Nggak asyik jika mereka membersihkan kamar dan kami hanya leyeh-leyeh di kamar tersebut. Jam 11an kami keluar hotel dan berjalan kaki menuju Sapporo Station. Dengan moda transportasi train dari Sapporo Station menuju Otaru Station menempuh waktu  45 menit.

Sesampainya di Otaru Station hujan salju masih terus turun dan menutupi jalanan kota. Mbak-mbak petugas tourist information mengatakan bahwa hari ini public bus tidak beroperasi karena kalender tanggal merah Tahun Baru Masehi.

Kepalang tanggung tiba di Otaru, dengan penuh derita (haha drama banget!) kami meminjam payung yang tersedia di station dan tourist information, kemudian berjalan kaki menuju Otaru Canal sambil menikmati kota. Kota Otaru ( Otaru-shi) adalah kota dan pelabuhan di Subprefektur Shiribeshi, Hokkaido, Jepang, di bagian barat laut Sapporo. Kota ini menghadap Teluk Ishikari dan Laut Jepang, dan telah lama menjadi pelabuhan utama dari teluk tersebut.

Saya menyusuri jalan di Otaru sambil update komunikasi dengan keluarga di Jakarta yang diantaranya terkena dampak banjir, masih banyak rasa syukur di hati karena negara kita dikaruniakan oleh Allah suhu yang begitu hangat. Banjir-pun hanya terjadi "tahunan", sementara di Hokkaido, setiap tahun dalam beberapa bulan warganya harus menahan gigil dan berjalan/menyetir kendaraan harus extra pelan agar tak tergelincir. Begitu saja mereka hadapi dengan tenang karena "edukasi keamanan dan kenyamanan" begitu mereka kuasai.  

Denuki Koji - Dok. Pribadi 
Denuki Koji - Dok. Pribadi 

Bukan tidak berkesadaran penuh, saat menyusuri kota Otaru ingatan saya melayang ke beberapa kota di South Island New Zealand. Saya seakan sedang berjalan di kota yang terdapat di South Island dengan gaya bangunan Eropa klasik. Setelah saya dapatkan informasinya, ternyata Otaru memang "kota kembar" dari Dunedin New Zealand!

Otaru memang masih merangkul kejayaan masa lalu-nya dengan bangunan-bangunan berusia ratusan tahun.

Dok. Pribadi 
Dok. Pribadi 

Kondisi Otaru saat itu juga terasa sunyi damai. Ya selain tanggal merah yang public fasilities-nya banyak tidak beroperasi, juga saat winter seperti ini penduduk lokal lebih asyik menikmati hari di dalam rumah. Padahal saya ingin loh berjumpa dengan penduduk suku asli Jepang, Ainu yang kabarnya banyak tinggal di daerah ini.

Toko di Sakaimachi Street - Dok. Pribadi 
Toko di Sakaimachi Street - Dok. Pribadi 

Di salah 1 toko souvenir di Sakaimachi Street saya membeli dan mengirimkan postcard bergambar kota ini. Di toko souvenir ini juga terdapat tempat payung-payung, kita dapat mengembalikan payung yang kita pinjam dari stasiun atau menukarnya dengan payung yang tersedia. Bisa saja payung yang kita letakkan saat masuk ke toko souvenir ini digunakan oleh orang lain. Bukan masalah, asalkan kita mengembalikan kembali payung yang kita pinjam itu pada tempat-tempat yang memang disediakan.

Makan Siang Yang Tertunda
Menjelang jam 3 siang kami belum makan siang. Di dekat canal terdapat Otaru Denuki-koji, area atau spot restaurant dan kedai makanan. Namun banyak yang tidak buka. Restaurant yang buka tampak antri pengunjung, dan itu pun belum tentu halal. Dengan perut lapar kami mencari tempat makan yang buka dan menyediakan makanan halal. Jika sudah "kepepet" seperti ini biasanya di Jepang kami membeli makanan di Family Mart atau Circle K. Akhirnya kami menemukan KFC, kedai ayam goreng asal America itu. 

Late Lunch - Dok. Pribadi 
Late Lunch - Dok. Pribadi 

Halah, jauh-jauh maen di Otaru kok makannya malah kedai yang di Indonesia saja banyak ditemukan!? Hahaha... Namun untuk membedakan, kami memesan makanan khas Jepang-nya, yakni Ebi Furai. Ebi Furai versi KFC Jepang sungguh cocok dengan cita rasa saya! Hampir mirip dengan Ebi Furai Hoka Hoka Bento yang tidak ada cabangnya di Jepang.

Sebelum matahari meredup di peraduan bersama gelap, kami kembali ke kota Sapporo dengan menggunakan train lagi. Selama di Hokkaido kami bermalamnya di salah 1 hotel di tengah kota Sapporo.

Insya Allah saya akan kembali ke Hokkaido dengan petualangan yang berbeda serta menikmati seafood khas Hokkaido. Tentunya harus mendapatkan info kehalalannya. Ternyata saya juga baru mendapatkan informasi bahwa di Otaru terdapat masjid bernama Masjid Al-Noor Otaru, yang resmi terdaftar sebagai lembaga agama Islam di pemerintah Jepang pada tanggal 1 Oktober 2013.
Insya Allah saya mampir deh saat kembali ke Otaru nanti. Siapa tahu ya?

Source : FB Japan Muslim Friendly
Source : FB Japan Muslim Friendly

Bagaimana Menuju Otaru?
Karena kunjungan ke Otaru lalu saya berangkat dari Honsu (Tokyo) menginap di Sapporo, maka kami berangkat dengan train langsung dari Sapporo menuju Otaru.  Kami meninggalkan Jepang melalui kota Sendai (Honsu Island). Saya sempat melihat Bandar Udara Chitose Baru ( Shin-Chitose Kk) dari balik jendela train. Insya Allah jika kembali ke Hokkaido saya akan mencoba melalui Bandar Udara Chitose Baru ( Shin-Chitose Kk) dan bermalam di Hakodate atau kota selain Sapporo.

Di awal 2023 saya menyimak cerita-cerita leaders bisnis network marketing yang saya bergabung bersamanya. Berbagai petualangan dan pengalaman baru di alami mereka. Hanya di Otaru yang agak berbeda, mereka menikmati seafood di sana.

Apalagi yang akan saya nikmati di Otaru? Tentunya belajar mendekorasi kotak musik di Musium Kotak Musik Otaru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun