Bertahun-tahun saya memimpikan berkunjung ke Kepulauan Karimunjawa. Beberapa kali saya berkunjung ke Jepara, dan seringkali saya berkunjung ke Semarang saat liburan. Kedua kota ini merupakan 2 kota titik keberangkatan wisatawan umum  apabila ingin berkunjung ke Kepulauan Karimunjawa.
Penundaan berwisata ke Kepulauan Karimunjawa dikarenakan kondisi alam yang tidak mengizinkan beroperasinya kapal-kapal air dari Jepara dan Semarang berangkat ke sana. Impian ke Karimunjawa saya ikhlaskan, karena merasa sulit mendapatkan kesempatan ke sana. Padahal seringkali saya mendengar atau membaca cerita tentang keindahan kepulauan di propinsi Jawa Tengah ini. Bangga Berwisata di Indonesia.
Hingga akhirnya salah seorang kakak   menawarkan saya untuk bergabung ke Karimunjawa saat liburan Nyepi 2019. Â
Begitu saya menerima ajakan itu, Kakak langsung membelikan tiket pesawat melalui online. Yess, kami akan ke Karimunjawa melalui New Jenderal  Ahmad Yani International Airport di Semarang. Kami berencana mencoba toll baru Trans Jawa hingga Semarang.
Kamis (07 Maret 2019) dinihari (pukul 1 malam) kami berlima berangkat dari Cimanggis dengan Honda BRV. Pyuh, walaupun berangkat pukul 1 malam kami masih harus menempuh waktu lebih dari 8 jam sampai di tujuan. Cikarang - Cikampek tetap saja merampas waktu di perjalanan! Hingga tidak sempat beristirahat dan mandi terlebih dahulu di kota Lumpia ini. Khawatir ketinggalan penerbangan. Mobil diambil di airport oleh sepupu yang tinggal di Semarang dan dibawa parkir di Hotel Raden Patah Semarang selama kami berada 3 hari 2 malam di Karimunjawa.
PENERBANGAN SEMARANG - KARIMUNJAWA Â - SEMARANG
Jarak tempuh penerbangan dari New Ahmad Yani International Airport Semarang  menuju Dewadaru Airport Kepulauan Karimun Jawa hanya  25 menit. Baru juga saya ingin menanyakan asal negara cewek bulek yang duduk di sebelah saya...eh suara Captain Adam Soeharto terdengar,"Crew, prepare for arrival..."Â
Penerbangan sangat tepat waktu, bahkan saat kembali ke Semarang, waktu penerbangan dipercepat karena jumlah penumpang yang hanya 13 orang sudah tiba di Dewadaru Airport.
Aircraft yang digunakan sebagai penerbangan WI 1915 adalah ATR 72 -- 500 dengan konfigurasi 2 - 2. Namun sepertinya aircraft keberangkatan dan kembalinya berbeda pesawat. Hal ini saya amati dari seat yang berbeda warna dan bentuknya. Selain itu saya merasa bahwa jarak seat lebih lega pada aircraft yang kami tumpangi saat kembali kd Semarang. Saat berangkat saya duduk di 12 A, bersisian dengan sayap yang berbaling-baling, saat pulang saya duduk di 18 A (Penumpang yang duduk paling belakang)....berasa naik pesawat pribadi deh...hahahaha.
Sampai di Dewadaru Airport, kami sangat "terkesan" dengan kondisi bandara tersebut. Seno sampai berkomentar,"Ini airport atau kantor Samsat sih?" ...hihihihi, saya juga sempat berkata dalam hati,"Bagage claim-nya kayak lagi antri di warung nih!" Oh ya, payung panjang yang saya bawa dari Jakarta dan peralatan menicure-pedicure yang dibawa kakak ipar harus diletakkan di bagasi dan dikenakan biaya Rp 25.000 ,- Â Tetapi sekembalinya ke Semarang kami tidak dikenakan biaya bagasi untuk payung dan nail kit tersebut karena kebaikan si Mbak groundfloor. Kedua barang sih tetap tidak boleh dibawa ke cabin!
Kami dijemput oleh mobil APV dengan sopir bernama Yanto yang sudah dipesan oleh kakak. Kami menyewa mobil untuk penjemputan dari Dewadaru Airport hingga pukul 6 sore hari yang sama. Jadi kami tidak langsung ke hotel. Karena waktu makan siang telah tiba, maka kami makan siang terlebih dahulu. Pak Yanto mengantar kami ke tempat makan di pinggir pantai, tetapi makanan yang ditawarkan tidak cocok.Â
Seafood yang disediakan tidak fresh menurut Mbak Rita, akhirnya kami justru berhenti makan di Planet Cafe dan Resto. Menu makanan disini sangat beragam, harganya juga sangat terjangkau! Makanannya sih ala anak nongkrong gitu deh...tetapi kami mendapat WIFI...hihihi....
D'SEASON HOTEL , HOTEL BERBINTANG DI KARIMUNJAWA
Seusai makan siang kami berkeliling ke beberapa lokasi wisata. Â Â Berikutnya Pak Yanto mengantar kami ke Bukit Love (Disini kami juga nggak turun dari mobil, tetapi saat akan kembali ke Semarang , saya bertiga dengan Sekar dan Ayahnya menikmati tempat wisata ini ) dan Tanjung Gelam. Di Tanjung Gelam hanya kakak dan Pak Yanto yang turun dari mobil dan berjalan ke pantainya. Hujan sudah turun, saya enggan untuk beletokan di jalan setapak menuju ke pantai.
Pukul 2an siang kami tiba di D'Season Hotel yang telah kami booking untuk 2 malam. Waaaw, hotel yang akan kami tempati diluar prediksi saya. Sebelum berangkat ke Karimunjawa saya membaca review beberapa travel blog yang semua mengatakan bahwa di Karimunjawa tidak ada listrik di siang hari dan kondisi penginapan sangat terbatas. Ternyata saya mendapatkan unit hotel yang sangat bagus! Dengan rate Rp 1.600.000 ,-/malam kami mendapatkan family suite (suite nomor 303) dengan 2 bedroom, 2 bathroom (full shower, bathub yang memiliki jendela dengan view privat pool dan lautan, lemari besar di dalam bathroom dan masing-masing bathroom memiliki conecting door ke privat pool!), ruang makan, ruang menonton tv full dengan sofa tidur -- padahal di setiap kamar sudah ada televisi juga. Suite kami menghadap ke lautan dan dikelilingi oleh privat pool. Dengan kondisi suite seperti itu, kalau di Maldives atau Bali pasti rate-nya bisa mencapai hampir Rp 5.000.000 ,-/malam! Di Karimunjawa kami hanya perlu membayar Rp 3.200.000 ,- untuk 2 malam. Dapat makan pagi untuk 4 orang! Saya hanya menambahkan  sekitar Rp 150.000 ,- untuk 2 hari breakfast karena kami menginap ber-lima.
2 hari berturut-turut kami berenang di privat pool. Benar-benar merasa di rumah sendiri loh! Asyiknya lagi kami berenang dengan pandangan hamparan laut. Indah! Hanya tamu yang menempati "Family Suite" yang boleh berenang di privat pool tersebut. Sedangkan untuk tamu hotel lainnya disediakan kolam renang besar di depan restaurant hotel tersebut.
Pantai Bobbi Mendung di Sore Hari
Hari pertama setelah check in dan bersih-bersih diri (Ingat ya, kita tadi tidak sempat mandi di Semarang...hehehe), pukul 4 sore Pak Yanto menjemput kami kembali di hotel. Kali ini Seno, keponakan saya tidak ikut, dia ingin tidur saja di hotel karena semalaman menyetir Jakarta -- Semarang dengan kondisi toll Tans Jawa yang monoton! Kami-pun sore itu berkeliling Karimunjawa, main pasir dan berfoto ria di Pantai Bobby. Kakak ipar says membeli gorengan tahu isi, waktu saya coba...wah enak loh! Gurih renyah, isinya semacam aci gitu deh. Anget-anget gitu dimakannya saat hujan rintik-rintik pula. Dari pantai Bobby, kami menuju Pelabuhan Karimunjawa dan membeli makanan Mie Goreng di Alun-Alun untuk makan malam. Yang pasti ngebungkusin makanan untuk Seno makan malam juga. Kami belum tahu ketersediaan "Room Service" untuk memesan makanan di hotel. Akhirnya sih saya tahu, ternyata bisa memesan makan hotel "Room Service" hingga pukul 9 malam saja.
Setiap malam, kami dapat tidur dengan nyaman di hotel...Nyenyak...nyaman....Benar-benar serasa kembali ke alam, namun dengan fasilitas lengkap yang memanjakan. Alhamdulillah
Secara keseluruhan kami sangat puas menginap di D'Season Hotel Karimunjawa, namun saya memiliki kritik dan saran nih demi peningkatan layanan hotel tersebut, yaitu : para karyawan hotel agar lebih cekatan/gesit dalam melayani atau membantu tamu. Mereka sudah sangat ramah dan full senyum kok. Di restaurant mereka menyambut setiap tamu yang datang dengan sapaan ramah "selamat pagi" sumringah...eh tetapi saat saya melihat makanan di meja (saat sarapan di hari ke-2 yang tamunya memang lebih ramai dari hari pertama) ternyata makanan nyaris kosong, piring kosong hanya tersedia satu. Setelah kami kebingungan beberapa waktu, barulah diantara mereka mengambil piring dan mengisi ulang tempat-tempat makanan yang nyaris kosong itu. Padahal khan sebaiknya sesegera mungkin mereka mengecek dan mengisi kembali makanan dan peralatan makan yang nyaris habis itu. Kemudian saat saya kebingungan mencari susu untuk dicampurkan ke sereal, mereka tidak ada yang berinisiatif bertanya ke saya,"Ada yang perlu saya bantu?" . Mereka hanya senyum-senyum ramah melihat saya yang kebingungan mencari susu  untuk sereal...hahaha.... SOP hospitality-nya harus ditingkatkan nih, walaupun sebenarnya bagi saya nggak terlalu mengganggu.
Kritik dan saran lagi terhadap hotel ini adalah kurang adanya unsur desain lokal di bagian hotel. Memang hotel ini modern, tetapi alangkah lebih baiknya di beberapa bagian diberi unsur ukiran atau ciri khas Jepara yang kreatifitas ukirannya sudah mendunia. Unsur lokalnya memang terdapat di sarapan pagi-nya sih, misalnya gado-gado, pecel dan jajanan khas daerah Indonesia. Sebaiknya juga tidak memajang rokok di restaurantnya. Jujur deh, gambar yang terdapat pada bungkus rokok bikin selera makan banyak orang menjadi drop!
Ada lagi kritik dan saran untuk D'Season Hotel Karimunjawa? Ada nih, kalau bisa sih ada jemuran kecil di "Family Suite" supaya kami bisa langsung menjemur pakaian renang dan handuk basah.
Selain itu? Ada therapist pijat khas Jawa dong, dengan therapist yang senior (Mbok-mbok) dan juga menyediakan jamu khas Jawa.
Bagi sebagian orang, banyak yang tidak menjadikan penginapan sebagai prioritas utama saat traveling. Hal tersebut tidak berlaku di keluarga kami karena kami juga merasa penting mendapatkan penginapan yang aman dan nyaman saat traveling. Sudah puas berwisata siang harinya, maka kami harus beristirahat, mandi, sholat dan tidur di tempat yang aman dan nyaman. Selain itu jika melakukan traveling, kami juga bertekad untuk membantu perekonomian masyarakat lokal. Dengan membayar hotel, membeli makanan, souvenir, menyewa mobil, membayar tiket/perawatan dan kebersihan, dll di tempat kita traveling khan kita bisa turut membantu perekonomian daerah yang kita kunjungi.
Bersyukur saya bisa traveling di saat yang tepat. Naik pesawat terbang dengan waktu singkat, menginap di hotel berbintang dengan listrik/wifi/air bersih dan service 24 jam akhirnya bisa saya dapatkan. Alhamdulillah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H