Kabupaten Kudus bukan merupakan daerah yang asing bagi saya beserta keluarga. Saat kecil saya sering melalui dan terkadang mampir ke kabupaten yang memiliki jarak sekitar 50 km dari ibukota Jawa Tengah, Semarang.
Kabupaten Kudus adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah , letaknya di antara 4 Kabupaten yakni : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Pati, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Jepara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pati.
Alhamdulillah, KOTEKA (Komunitas Traveler Kompasiana) mendapatkan undangan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Kabupaten Kudus untuk mengenal lebih dalam potensi wisata Kudus. Acara trip bertajuk "Kudus on The Spot 2023". Tentunya saya tidak mau melewatkan kesempatan ini. Pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2023 kami berkunjung ke 2 museum yang bercerita tentang kejayaan Kudus. Kedua museum ini merupakan museum pertama di Indonesia, bahkan boleh dikatakan bahwa Museum Jenang Kudus adalah museum Jenang pertama di dunia.
Yuk kita simak tentang perjalanan kami ke 2 museum di Kudus. Kami berangkat setelah sarapan pagi dan check out dari Hom Hotel Kudus by Horison dengan menggunakan transportasi 2 bis pariwisata. Kami Kompasianer berada di bis 1 , dipandu oleh seorang pemandu wisata asal Kudus berpenampilan ustadz namun sering bersenda gurau mencairkan suasana. Dengan jelas, selama perjalanan ia memandu kami. Saya tetap menyimaknya dengan indra pendengaran, walaupun indra penglihatan menyusuri jalan-jalan agar tetap terekam semua dalam ingatan tentang kabupaten ini, bukan sekedar melewati.
Museum Kretek , Museum Kretek Pertama di Indonesia
Dengan melakukan wisata edukasi di museum ini Kita dapat menyaksikan sejarah kretek. Masuk dalam Museum Kretek, kami dijelaskan oleh pemandu wanita, seorang Ibu muda nan ayu yang fasih bercerita tentang Nitisemito pendiri Pabrik Kretek Bal Tiga.
Berawal dari kisah asal muasal Kretek di Kudus, tahun 1880-an seorang penduduk Kudus bernama Haji Djamhari sering  mengalami sakit dada hingga sesak nafas . Ia menggunakan minyak cengkeh yang digunakan untuk menggosok dada dan punggungnya hingga ia merasakan kesehatannya lebih baik, walaupun belum pulih benar. Hingga akhirnya ia mencoba mengunyah cengkeh tersebut, hasilnya jauh lebih baik. Akhirnya ia berpikir menjadikan cengkeh sebagai obat. Haji Djamhari merajang halus-halus cengkeh kemudian dicampurkan pada tembakau dan dilinting menggunakan kulit jagung (klobot) dan diikat benang. Hasilnya sangat terasa, ternyata sakit dadanya menjadi sembuh. Berita ini tersebar di sekitar daerah tempat tinggalnya hingga banyak masyarakat yang memesan kretek buatannya.
Nama "Kretek" digunakan lantaran suara campuran tembakau dan cengkeh yang menimbulkan bunyi "kretek-kretek-kretek" saat dibakar dan dihisap.
Peserta Kudus on The Spot 2023 mengikuti tour guide masuk ke ruangan Nitisemito. Ruangan ini berisikan dokumentasi Nitisemito saat mendirikan serta membangun bisnis Pabrik Rokok Bal Tiga. Beliau adalah seorang pribumi yang sukses tidak saja di Kudus, namun jaringannya sangat luas hingga penjuru dunia .Â
Salah satu buktinya adalah dokumentasi berupa buku administasi akuntansi Bal Tiga yang ditemukan di negeri Belanda. Ternyata Nitisemito menggunakan jasa seorang Belanda untuk mengurus administasi keuangan Bal Tiga. Betapa hebatnya Nitisemito, seorang pribumi Jawa yang dapat mempekerjakan orang Belanda di masa penjajahan!