3. Kampung Batik Cibuluh
Saya tidak memiliki bayangan dimana letak Kampung Batik Cibuluh , ternyata jalan raya memasuki Kampung Batik Cibuluh ini dahulu sering saya lewati. Â Kampung Batik Cibuluh berlokasi di Kampung Neglasari 1 Kecamatan Bogor Utara. Diresmikan pada tanggal 24 Agustus 2019 oleh Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, Rektor IPB dan Ketua Baznas RI.
Kami berkunjung ke beberapa rumah yang dijadikan sebagai workshop sekaligus gallery batik. Disambut oleh para pemilik rumah sekaligus pemilik workshop/gallery batik tersebut. Kampung Batik Cibuluh ini benar-benar mengangkat potensi wisata serta ekonomi kreatif kampung tersebut. Motif-motif yang dibuat dan dipasarkan rata-rata bermotif kontemporer ciri khas tentang kota Hujan, misalkan motif buah pala, kujang, rusa serta dihias dengan rintik-rintik hujan yang melambangkan bahwa kota Bogor identik dengan julukan Kota Hujan.
Di kampung ini tembok-temboknya juga banyak dihias dengan mural-mural atau lukisan batik serta gambar-gambar ciri khas budaya Jawa Barat seperti wayang golek, dll.
4. Pulo Geulis
Dari Kampung Batik Cibuluh kami melanjutkan perjalanan dengan uncal menuju Pulo Geulis. Mengapa disebut dengan Pulo Geulis? Karena kampung ini berbentuk pulau. Dikelilingi oleh Sungai Ciliwung.
Luas Kampung Pulo Geulis adalah 3,5 hektar dan dihuni oleh penduduk yang padat. Penduduknya dari berbagai macam etnik yang hidup dengan rukun dan damai dengan keberagamannya. Mayoritas berasal dari suku Sunda dan Tionghoa. Kami berkunjung ke kelenteng tertua di kota Bogor Bernama Pan Kho Bio atau disebut juga dengan Vihara Maha Brahma.
Kelenteng ini ditemukan pada tahun 1703. Di dalam kelenteng terdapat Patung Dewa Pan Kho serta megalitum lainnya. Kami disambut dengan sangat baik oleh pengurus klenteng tersebut, diantaranya oleh Pak Hamzah, seorang muslim yang beristrikan dari suku Tionghoa. Sebelum memasuki klenteng kami juga disambut oleh tarian Barongsai.Â
Wah begitu melihat Barongsai yang menari saya jadi teringat bahwa saya tidak membawa amplop untuk dimasukkan ke dalam mulut Barongsai. Hahaha...karena itulah kebiasaan saya jika melihat Barongsai di daerah Kelapa Gading Jakarta Utara. Ternyata Barongsai di sini tidak menyodorkan mulutnya untuk diberikan amplop berisikan uang. Mereka tulus menyambut kami yang terdiri dari berbagai suku bangsa serta berlainan kepercayaan.