Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Merangkai Cerita Baru di Purwakarta Istimewa

1 Oktober 2022   02:49 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:37 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di kantor Disporaparbud Purwakarta/dok pribadi

Rencana saya untuk berkereta api ke Purwakarta pekan lalu tak terlaksana karena ternyata Allah memberikan Saya hadiah untuk berwisata ke Purwakarta dengan difasilitasi oleh tuan rumah, Disporaparbud Kabupaten Purwakarta, dikordinasi oleh Warga Kota Kompasianer Purwakarta bersama Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana).

 Alhamdulillah...tepat sekali waktunya ya dapat berkunjung di Purwakarta , daerah dengan salah satu keistimewaan terletak diantara ibu kota negara Republik Indonesia  (DKI Jakarta) dan ibu kota propinsi Jawa Barat (Bandung).

Ini bukan kunjungan pertama saya ke Purwakarta. Saat saya kecil kedua orang tua sering mengajak kami road trip berkeliling Pulau Jawa dan Bali sehingga kami selalu melewati daerah ini. Kami sekeluarga juga pernah bermalam di Jatiluhur saat saya SD. 

Selain itu 2 orang sepupu kami menikah dan tinggal di Purwakarta. Ketika mereka menikah kami menghadiri acara pernikahan tersebut. Namun dahulu Purwakarta sekedar kota transit bagi kami jika sedang melakukan road trip, semenjak toll Cikampek beroperasi di Purwakarta-lah kami melakukan hal-hal seperti sholat, ke toilet, makan atau sekedar membeli makanan kecil. Itu hanya sebatas di dekat jalan toll. 

Oh ya orangtua saya beberapa kali berbelanja keramik di Plered. Namun itu semua sudah berlalu. Kedua orang tua saya kini telah tiada, oleh karenanya saya yakin selalu ada cerita baru dalam setiap perjalanan.

Purwakarta, I'm coming! Yeaaay senangnya hati, ternyata memang banyak yang baru dari Purwakarta nan istimewa.

Purwakarta, Kami disini pada akhir pekan, tepatnya Sabtu pagi (24/09/2022) di kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Purwakarta Jawa Barat, kami Traveler Kompasiana langsung disambut dengan kuliner produksi UMKM Kab.Purwakarta. DIantaranya dari  berbagai kue-kue @momdifood @Anyelircake_Purwakarta , teh tubruk dari @perpusdes_sumurugul @pastelkering_mini  @nogakacang.ciganea, minuman jamu sehat dari @herblasssusi

Alhamdulillah...

Perkenalan singkat berlangsung diantara kami sambil icip-icip dan mengambil gambar produk kuliner yang telah dibagikan . Harus diapresiasi sebaik-baiknya dan dipromosikan melalui platform yang kami tangani tentunya!

Kami Komunitas Traveler Kompasiana (KOTEKA) diterima oleh Kabid.Pariwisata Disporaparbud Kab.Purwakarta, Bpk Acep Yuli Mulya, S.Sos yang juga sempat mendampingi kami di beberapa lokasi.

Selanjutnya perjalanan kami di temani Bpk Fadlie, SE,MM - Fungsional Adyatama Pariwisata dan Ekraf  Dinas Kepemudaan Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta, beserta Crew Bidang Pariwisata Yosef Saputra , Managemen Produksi Film Indonesia (MPFI) Koordinator Wilayah Purwakarta (MITRA BID.PARIWISATA)

Di gedung tersebut juga sedang berlangsung pertandingan futsal. Ramaaai...Aktivitas telah kembali meriah setelah lebih dari 2 tahun kami merasakan kegelisahan pandemi.


Purwakarta City Tour

Setelah sebelumnya hanya sebatas mampir sejenak, makan dan berkunjung ke kondangan, maka kali ini saya berwisata mempelajari kota Purwakarta, khususnya obyek wisata terbaru di Purwakarta. Seru loh karena di damping langsung oleh Dinas Pariwisata setempat. Yang punya area euy! Hahaha...

Taman Air Mancur Sri Baduga (Dok. Istimewa)
Taman Air Mancur Sri Baduga (Dok. Istimewa)

Dari kantor Disporaparbud di Jln Purnawarman Barat Sindangkasih kami menuju ke icon baru Purwakarta, Taman Air Mancur Sri Baduga yang berlokasi tepat di Pusat Kota Purwakarta, yakni di Kelurahan Negeri Kidul. Kami di sini hanya melakukan spot foto di depan patungnya karena air mancur hanya dioperasikan saat malam hari, dan selama pandemic air mancur sementara diistirahatkan sesuai dengan prosedur Kesehatan yang berlaku. 

Namun sudah terbayang keindahannya karena air mancur ini bukan air mancur biasa , terdapat sentuhan efek cahaya hingga atraksi api di atas air. Didukung oleh teknologi canggih sinar laser yang membentuk berbagai animasi. 

Air mancur menari mengikuti alunan music. Pastinya sangat memesona dan memukau semua yang menyaksikan atraksi tersebut secara langsung. Tidak perlu heran jika air mancur ini merupakan air mancur terbesar se-Asia Tenggara dan menjadi salah satu destinasi wisata kelas dunia di Purwakarta.

Di jalan Taman Air Mancur Sri Baduga (Dok. Pribadi)
Di jalan Taman Air Mancur Sri Baduga (Dok. Pribadi)

BALE PANYAWANGAN DIORAMA NUSANTARA

Setelah melakukkan sesi foto di sekitar Taman Air Mancur Sribaduga kami bergerak menuju Bale Panyawangan Diorama Nusantara yang terletak di Jl. K.K Singawinata Kelurahan Nagri Tengah yang berlokasi di dekat Stasiun Purwakarta. 

Bisa dimasukkan ke dalam list kunjungan wisata ya jika main ke Purwakarta menggunakan moda transportasi kereta api. Kalian bisa mampir ke sini dan menyaksikan sejarah Purwakarta (dari masa kerajaan!) dengan menggunakan perpaduan arsip, seni dan teknologi digital. Tempatnya sangat nyaman, bersih dan adem. Sangat terawatt! Petugas-petugas yang menjelaskan tentang koleksi museum dan sejarahnya sangat resik, bersahaja, ramah dan sopan. 

Tentunya sangat mengasyikkan mengajak anak-anak belajar sejarah di sini. Yang harus diperhatikan jika ingin berkunjung ke sana adalah jam buka museum ini adalah hari Selasa -- Jumat pukul 09.00 -- 15.00 hari libur Nasional tutup. 

Mengapa kami Komunitas Traveler Kompasiana (KOTEKA) dapat berkunjung dan eksplor pada hari Sabtu? Karena kami tamu istimewa dong... Hatur nuhun, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Purwakarta yang menerima kami di luar jam buka museum.

Bersama petugas Bale Panyawangan Diorama Nusantara. Standard hospitality-nya keren! (Dok. Pribadi)
Bersama petugas Bale Panyawangan Diorama Nusantara. Standard hospitality-nya keren! (Dok. Pribadi)

Apa saja yang dapat dilihat di Bale Panyawangan Diorama Nusantara?

BALE PANYAWANGAN DIORAMA PURWAKARTA

Terdapat 9 segmen Diorama disini, yakni :

  • Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana (Menyajikan Sejarah Tatar Sunda)
  • Bale Prabu Niskala Wastukancana (Merupakan hall of fame yang menampilkan soso para pemimpin Purwakarta)
  • Bale Prabu Dewaniskala (Menggambarkan Purwakarta pada masa pengaruh Mataram, VOC dan Hindia Belanda dalam rentang waktu tahun 1620 -- 1799)
  • Bale Prabu Nigratwangi (Menyajikan Purwakarta pada masa Hindia Belanda tahun 1800 -- 1942)
  • Bale Prabu Jayaningrat (Menampilkan gambaran Purwakarta pada masa pergerakan nasional dan masa pendudukan Jepang)
  • Bale Prabu Ratudewata (Menyajikan keadaan Purwakarta pada masa kemerdekaan 1945 -- 1950. Dimulai dengan Peristiwa Rengasdengklok dan pada jaman Demokrasi Liberal Tahun 1950 -- 1959)
  • Bale Prabu Nilakendra (Menampilkan Purwakarta pada masa Demokrasi terpimpin 1959 -- 1967)
  • Bale Prabu Surawisesa (Menyajikan Purwakarta pada masa pemerintahan 1968 -- 1998 serta Era Reformasi 1998 hingga sekarang)
  • Bale Ki Pamanah Rasa (Memberikan gambaran Digjaya Purwakarta Istimewa 2008 -- 2018)

Sedangkan di Bale Panyawangan Diorama Nusantara kita dapat belajar sejarah Indonesia lebih asyik menarik karena menggunakan teknologi digital. Hal ini tentunya sangat penting karena menyesuaikan cara belajar kekinian, tentunya anak-anak bahkan orang dewasa dapat menyimak pelajaran sejarah tidak bosan atau jenuh. 

Secara fisik mereka bergerak, namun tidak sekedar menyaksikan film/video melalui gadget di rumah masing-masing yang selama 2 tahun mereka alami. Kami saja yang sudah belajar sejarah berulangkali sejak dahulu tetap merasa asyik berkunjung ke sini yang suasana belajarnya berbeda dengan cara kami sebelumnya.

Di Bale Panyawangan Diorama Nusantara kita dapat melihat dan belajar dari:

  • Hall Masa Prasejarah
  • Hall Masa Kerajaan
  • Hall Masa Kolonial (Seru nih! Saya suka di bagian ini karena menyajikan pengaruh kedatangan bangsa colonial ke Nusantara sampai kepada perjalanan para penjelajah seperti Marcopolo, Ibn Battuta dan Zheng He serta kiprah Daendels dan Raffless. Informasi menarik buat mereka yang bercita-cita menjadi traveler atau penjelajah dunia seperti mereka! Wohooo, saat ini profesi Traveler atau Penjelajah telah menjadi banyak impian orang loh!)
  • Hall Akulturasi Budaya (Menyajikan  pengaruh budaya barat terhadap arsitektur bangunan, social budaya, kesenian dan Pendidikan di Nusantara)
  • Hall Bahari Nusantara
  • Hall Citra Daerah
  • Hall Kekayaan Nusantara (Berbagai kekayaan budaya Indonesia yang mendapatkan piagam penghargaan dari UNESCO)
  • Hall Digjaua Purwakarta Istimewa
  • Hall Nusantara Dalam Pencaturan Dunia

Istirahat sejenak setelah belajar di museum (Dok. Istimewa)
Istirahat sejenak setelah belajar di museum (Dok. Istimewa)

Depan Bale Panyawangan Diorama Nusantara (Dok. Andri)
Depan Bale Panyawangan Diorama Nusantara (Dok. Andri)

Keren khan isi dari museum ini walaupun tidak terlalu luas namun sangat padat ilmu dan instagramable loh! Di halaman museum terdapat tonggak-tonggak bertuliskan propinsi-propinsi di Indonesa. Yuk main ke Bale Panyawangan Diorama Purwakarta!

BALE INDUNG RAHAYU

Foto Bersama di Bale Indung Rahayu (Dok. Istimewa)
Foto Bersama di Bale Indung Rahayu (Dok. Istimewa)
Bale Indung Rahayu (Dok. Istimewa)
Bale Indung Rahayu (Dok. Istimewa)

Berikutnya kami berkunjung ke Bale Indung Rahayu yang memiliki arti nama "Tempat Kemuliaan Ibu". Terletak di Jln RE Martadinata Kelurahan Nagri Tengah. Museum ini ditata juga dengan teknologi digital dan estetik (Asyyeeekkk...instagramable lagi deh! Namun harus pintar-pintar mengatur pencahayaan ya jika berfoto disini).

Saya sempat menanyakan kepada petugas kenapa bagian yang menurutnya itu adalah tempat bermain namun terkesan kurang cahaya. Ternyata itu menggambarkan anak-anak yang bermain di bawah sinar purnama, sedangkan ibu-ibu menumbuk padi serta aktivitas lain yang membahagiakan di bawah cahaya bulan! Wow, romantic sekali, saya justru jadi merindukan bermain di suasana outdoor seperti itu. 

Aneka permainan yang dipamerkan di ruang itu pernah saya mainkan saat saya kecil jika berkunjung ke rumah kakek nenek di daerah. Sedangkan permainan congklak, Alhamdulillah saya masih memiliki untuk asesoris interior di ruang tamu keluarga. Karena kunjungan ke Bale Indung Rahayu ini saya jadi terinspirasi  ingin membeli biji congklak yang terbuat dari kerrang asli deh!

Menyimak kisah Sate Maranggi (Dok. Istimewa)
Menyimak kisah Sate Maranggi (Dok. Istimewa)

Oh ya, Bale Indung Rahayu ini menyajikan pengetahuan perjalanan hidup manusia dari mulai dalam kandungan sampai akhir hayat, serta menjelaskan peran seorang ibu yang merawat anak. Semua disajikan dengan sentuhan budaya Sunda.

Sebelum memasuki museum Pak Fadlie dari DinPar Purwakarta mengatakan kepada kami bahwa jika ada anak nakal yang berkunjung dan memahami apa yang terdapat di Bale Indung Rahayu maka ia pasti akan bertobat. Masya Allah,,,,Insya Allah hal itu benar terjadi ya agar anak-anak semakin menghargai ibu-nya dan ibu-ibu lainnya di dunia ini.

ALUN ALUN PURWAKARTA

Taman Maya Datar (Dok. Pribadi)
Taman Maya Datar (Dok. Pribadi)

Mobil yang membawa kami berhenti di parkiran depan Masjid Agung Baing Yusuf. Kami dipersilakan melaksanakan sholat Dzuhur. Saya yang memiliki kegemaran berkunjung ke masjid-masjid bertanya-tanya tentang siapa Baing Yusuf yang dijadikan nama masjid. 

Teh Mira, Kompasianer Warga Kota Purwakarta hanya menjawab bahwa ini adalah nama ulama terkenal di Purwakarta. Saat sudah kembali ke Jakarta saya baru mengetahui bahwa makam Syeh Baing Yusuf terdapat di Jln Gandanegara , Kaum Desa Cipaiasan di belakang masjid tersebut.

Masjid Agung Baing Yusuf (Dok. Denik)
Masjid Agung Baing Yusuf (Dok. Denik)

Seusai shalat Dzuhur kami memasuki alun-alun di depan masjid. Saya melihat kembali keistimewaan dari Purwakarta, yakni alun-alun-nya yang tak biasa! Alun Alun Purwakarta tampak indah seperti hal-nya taman rekreasi. 

Di sana terdapat Taman Maya Datar (Memiliki filosofi  pertemuan antara warga dengan pemimpin dan maupun pemerintahan secara sejajar) dan Taman Pelangi, ada pendopo serta gazebo yang apik serta jembatan diatas kolam ikan nan cantik. Apa-apaan ini alun-alun seindah ini?! Bangunan kantor kabupaten seakan menyatu dengan alun-alun sehingga alun-alun terkesan taman bangunan kabupaten.

Berlatar Kereta Kencana (Dok. Istimewa)
Berlatar Kereta Kencana (Dok. Istimewa)

Terlihat beberapa kereta kencana di teras yang terbuka berhadapan dengan alun-alun dan bangunan pendopo. Kami-pun berfoto. Salah satu kereta kencana itu adalah replika kereta kencana Ki Jaga Raksa, kereta kencana yang di desain oleh Dedi Mulyadi yang saat mendesainnya menjabat sebagai Bupati Purwakarta. 

Desain tersebut diwujudkan di Solo Jawa Tengah dan kedatangannya disambut sangat meriah, termasuk oleh pasukan berkuda kaveleri TNI. Presiden RI Bapak Jokowi jatuh cinta terhadap Ki Jaga Raksa ini hingga akhirnya Kereta Kencana Ki Jaga Raksa milik Pemerintah Kabupaten Purwakarta digunakan untuk membawa bendera pusaka dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI.

GALERI WAYANG

Bersama si Cepot (Dok. R.Windhu)
Bersama si Cepot (Dok. R.Windhu)
Masih di area Alun-Alun Purwakarta terdapat Galeri Wayang, beralamat tepatnya Jln Gandanegara No 25 Nagri Kidul. Bagi saya pecinta wayang ini merupakan 'hidden gem'. Begitu memasuki ruangannya, terasa artistic modern namun kuat nuansa traditionalnya. Kang Topik, Kompasianer begitu antusias ingin bertemu dengan Cepot. 

Ya, Cepot merupakan salah satu tokoh wayang Jawa Barat yang tidak ditemukan di wayang Jawa Tengah atau Jawa Timur. Sejujurnya saya nyaris tidak pernah menyaksikan wayang Jawa Barat karena kemampuan Bahasa Sunda saya yang teramat sangat minim. 

Bisa malah saya yang lucu khan kalau penonton lain tertawa terpingkal-pingkal karena menyaksikan ulah atau candaan Kang Cepot dan saya hanya dapat memandang kebingunan dengan ekspresi culun? Hahahah..

Dok. @galeriwayang_purwakarta
Dok. @galeriwayang_purwakarta

Di Galeri Wayang Purwakarta terbagi menjadi 2 ruangan. Ruangan pertama menyajikan kisah dan sejarah Pewayangan Nusantara. Terdapat relief menggambarkan kisah Ramayana dan Mahabarata yang lagi-lagi instagramable! Di ruangan ke dua tersaji wayang-wayang mulai dari wayang kulit, wayang golek,  topeng untuk wayang orang, Wayang Klitik Surabaya, Wayang Betawi, Wayang Cepak Cirebon, dll.

Tidak dikenakan tiket masuk ke Galery Wayang, namun alangkah mulianya jika pengunjung berkenan membeli kreasi tangan seorang bapak yang memamerkan berbagai kreasi usaha kecil local. 

Harganya sangat terjangkau kok. Kami membeli cangkir terbuat dari bambu alami, dan bapak tersebut terlihat senang kami mengapresiasi barang yang dipasarkannya itu. Oh ya, selain itu d Galeri Wayang juga terdapat pengrajin wayang golek.

Waktu makan siang telah lewat, kami sudah harus mengisi perut, dan kami melaju menuju tempat makan Sate Maranggi yang terkenal berasal dari Purwakarta. Saya akan tuliskan di postingan berikutnya ya. Atau kalian bisa langsung ke Purwakarta mencicipi kuliner dan tempat wisata-nya. Hanya melewati Purwakarta? Itu cerita lama, maka kini kita tulis cerita baru dengan main di Purwakarta Istimewa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun