Di era digital sekarang ini di Indonesia pastilah kalangan menengah memiliki handphone. Apalagi buat kita yang melek digital , pastilah handphone kita merupakan smartphone. Handphone berkamera dengan berbagai aplikasi yang keren. Bagi Kompasianer semua pasti smartphone dengan kapasitas memories yang tinggi sangat diperlukan.Â
Bagaimana tidak jika untuk keperluan tulisan kami setidaknya kami memerlukan puluhan jepretan foto untuk mendapatkan hasil terbaik? Yaaa, paling-paling yang di-posting di media social atau tulisan blog tidak sampai 10 foto. Dibalik tulisan dan foto terbaik di media social, terdapat ratusan foto yang masih tersimpan di smartphone...hahaha...Foto yang tidak terpakai masih belum saya hapus karena seringkali foto atau video tersebut bermanfaat di lain waktu untuk postingan lainnya.
Beberapa kali terlintas di pikiran untuk membeli gadget harga belasan juta, yang pastinya memiliki memories yang luar biasa besar dan meringankan bawaan apabila sedang beraktifitas dengan mobilitas yang tinggi. Untuk liputan acara yang berlangsung 2 jam saja setidaknya saya memerlukan 30 -- 50 foto untuk mendapatkan hasil terbaik dan seringkali foto tersebut untuk keperluan semacam live twit/instastories ,live di media social atau youtube.Â
Kebayang kesalnya, saat memotret tiba-tiba smartphone kita hang atau tidak bekerja baik karena kepenuhan memories. Pernah suatu kali saat minta tolong ke seorang teman untuk memotret saya dengan seorang menteri tiba-tiba smartphone saya tidak bekerja (hang), padahal yang ingin berfoto dengan sang mentri sudah antri mengular.
 Haduuuh, kepaksa deh antri dari awal agar tidak mengganggu antrian dan dalam antrian tersebut saya memilih beberapa foto untuk dihapus agar memories di smartphone cukup untuk membuat foto baru. Bersyukur masih sempat berfoto ria kembali dengan sang mentri karena begitu selesai foto dengan saya, Sang Menteri harus buru-buru meninggalkan lokasi karena ada tugas negara lainnya. Berat banget yach hidup ini untuk mendapatkan hasil foto terbaik? Hahahaha...
Saat berpikir ulang untuk membeli gadget harga belasan juta tersebut demi meringankan hidup saya sebagai bagian masyarakat digital, tiba-tiba saya membaca mengenai acara Kompasiana Nangkring yang rutin saya ikuti. Kali itu bertempat di Sentral Al Jazeerah Jalan Pramuka Jakarta, hari Rabu 30 Mei 2018 diadakan Kompasiana Nangkring bersama SanDisk. Saya kosongkan acara lainnya, saya pilih untuk hadir di Kompasiana Nangkring karena saya merasa sangat memerlukan Dual Drive yang akan dibahas dalam Kompasiana Nangkring kali ini.Â
Selain itu pembicara-nya keren dan lokasi acara berjarak relatif dekat dengan rumah saya. Masih ada 1 hal lagi, yakni resto tempat berlangsungnya acara sebenarnya sangat Instagramable -- namun sayangnya ketika Kompasiana Nangkring berlangsung bersamaan dengan banyaknya tamu yang sedang melakukan buka puasa bersama sehingga kesan Instagramble di resto tersebut tidak begitu terlihat. Ya masyarakat digital zaman digital ya begini ini, tempat makan atau nangkring yang instagramable juga diburu...hehehe...
Sebenarnya hal tersebut sudah banyak kami praktekkan. Kali ini Arbain Rambey membagikan pengalamannya dalam penyimpanan foto-foto yang praktis. Produk yang digunakannya selama ini adalah produk dari SanDisk yang sudah terkenal dari zaman DSLR berjaya.
Idris Effendi, Country Manager -- Indonesia menjelaskan kepada kami tentang SanDisk yang setiap zaman selalu menampilkan inovasi-inovasi terbaru sebagai produk solusi penyimpanan konten digital yang andal di setiap zaman. Dari tahun 1956 bermula dari invented first hard drive IBM hingga SunDisk tahun 1988 diperkenalkan flash sebagai storage medium dan tahun 2017 diperkenalkan MAMR teknologi. Akhirnya kini tercipta SanDisk Ultra Dual USB Drive (Micro USB & Type C) yang menjadi The simplest way to transfer content between Android device to PC and MAC computers.