Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sensasi Makanan Menusuk & Sepedas Ucapan Mantan di Jakarta Street Food Festival 2016

20 November 2016   14:28 Diperbarui: 20 November 2016   22:26 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta Street Food Festival hadir lagi di La Piazza! Yess, salah satu pesta kuliner termeriah di Jakarta kembali meramaikan area Kelapa Gading yang merupakan salah satu  ikon pusat kuliner di ibu kota Indonesia. Tentunya lagi-lagi saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk berpetualang kuliner di setiap acara yang di selenggarakan Sentra Kelapa Gading ini. 

Karena lokasi yang berjarak hanya 3 kilometer dari tempat tinggal maka daerah ini sudah sangat akrab bagi saya. Sejak dahulu keluarga kami kalau plesiran makan seringkali ke area ini. Sentra Kelapa Gading mencakup Summarecon Mal Kelapa Gading (MKG), La Piazza dan Gading Food City. Tahun 2016 La Piazza mempersembahkan Jakarta Street Food Festival untuk ke-4 kalinya

Berbagai jajanan berkonsep makanan kaki lima atau biasa disebut  street food dari berbagai negara di  belahan dunia ditawarkan kepada pengunjung. Lebih meriah lagi JSFF 2016 mengadakan pasar malam di area tersebut, apalagi konsep karnaval penuh warna sangat kental. Diadakan tanggal 11 – 27 November 2016 dengan total 73 tenants yang berpartisipasi terdiri dari 48 booth, 22 gerobak dan 3 food truck.

Minggu, 13 December 2016 KPK alias Kompasianer  Penggila Kuliner mengadakan Gerebek 28 di Jakarta Street Food Festival 2016. Tentunya saya tidak melewatkan kesempatan ini...hehehe, hari itu pula keluarga mengajak makan siang bersama di area Summarecon Kelapa Gading terpaksa saya tolak karena saya “membelot” ke La Piazza untuk bergabung bersama rekan-rekan KPK. 

Saya bertekad untuk merasakan makanan-makanan yang belum pernah saya coba sebelumnya, atau makanan unik yang jarang saya temukan sehari-hari. Sudah saya niatkan untuk mencoba Sate Taichan, yakni sate yang tengah terkenal di Jakarta – khususnya di kawasan Senayan. Setelah Mbak Indri memberikan kartu pembayaran JSFF saya langsung mencari stand Sate Taichan “BABE”. 

Sate Taichan Babe
Sate Taichan Babe
Eaaallaaah, sampai di stand sate tersebut beberapa rekan KPK sedang antri disana. Hahaha, ternyata mereka juga memesan Sate Taichan tersebut. Sambil menanti pesanan ,rekan KPK mewawancarai penjual Sate Taichan tersebut, menurutnya Sate Taichan sesungguhnya berasal dari Jepang. Bagi saya yang memang penggemar pedas, pada awal mencicipi sate ini tidak merasa terlalu pedas. Pedas yang terdapat pada daging ayam tersebut terasa bukan pedas dari cabai biasa, melainkan pedas dari cabe bubuk dan beberapa rempah (diantaranya lada). 

Sensasinya berbeda dengan kepedasan sambal yang terdapat pada makanan khas Indonesia pada umumnya. Saya suka dengan pedas daging ayam pada Sate Taichan, nagih banget. Seperti umumnya sate, maka daging ayam diiris kecil-kecil dan ditusuk-tusukkan pada batang kayu atau bambu, kemudian di bakar. Namun Sate Taichan tetap berwarna putih walaupun sudah matang, tingkat kematangannya pas, tidak terlihat ada bekas bakaran dan bumbunya begitu meresap pada daging ayamnya. Sama lezatnya dengan sate ayam langganan tetapi masing-masing memiliki kekhas-an sehingga tidak dapat dibandingkan. Bumbu atau “saos” Sate Taichan bukan terbuat dari kacang dan kecap seperti sate yang ada di Indonesia, melainkan terbuat dari cabai merah, jeruk nipis dan aneka rempah hingga terasa asin, asam serta pedas. Sate ini terkenalnya justru sebagai street food di daerah Senayan.

Bagi yang tidak bisa makan dengan sesuatu yang pedas maka jangan coba-coba langsung mencampur tusukan sate tersebut dengan bumbu sambalnya, karena pasti kalian akan terasa tertusuk dan pedasnya (mungkin) mengalahkan ucapan mantan! Saya yang suka pedas saja merasa pipi  ada yang menampar begitu saya makan satu tusuk sate yang sudah dioleskan ke sambal berwarna oranye tersebut. Mata berair kepedasan, beberapa anggota tubuh berasa sedang karnaval – bercampur warna. 

Pedas teramat sangat, menusuk pipi, hidung dan mata, tetapi bikin saya ketagihan sehingga membeli lagi untuk dibawa pulang. Harga 1 porsi Sate Taichan “Babe” di JSFF 2016 @ Rp 22,000 dan harga lontong @ Rp 5,000 . Terjangkau bangetlah yaaa... Oh ya, di stand ini juga saya membawa pulang Ceker Rica-Rica yang pedasnya juga menusuk dan nyaris membuat saya menangis. Tetapi tetap saja bikin pengen beli lagi. Gitu kali yach pedesnya ucapan mantan? Udah dibikin nangis berkali-kali tetapi tetap bikin pengen balik lagi :p

Sate Taichan
Sate Taichan
Ceker Rica Rica
Ceker Rica Rica
Masih kurang puas merasakan ditusuk dan di tampar oleh kepedasan Sate Taichan, maka berikutnya saya membeli Seblak Seafood di stand Seblak “Aa”. Kembali saya meminta kepada Aa’ yang memasak seblak tersebut agar membuat seblak pesanan saya pedas-nya maksimal (Cabe harganya mahal, Neng! :p) .

Walaupun sudah meminta pedas dengan level maksimal namun saya tidak merasa terlalu pedas dengan seblak yang saya makan. Barangkali sudah merasa di-tusuk oleh Sate Taichan yach? Hahaha...Seblak merupakan jajanan jalanan atau street food khas Bandung. Saya memesan tanpa sosis! Secara logika mah yang namanya seafood khan nggak pakek sosis , tetapi akhirnya Aa’ penjualnya menjelaskan dasar-dasar yang ada pada makanan seblak yang di jualnya. 

Menurutnya semua menu ada sosisnya, tetapi saya bersikeras nggak mau menggunakan sosis. Akhirnya dibuatlah seblak seafood untuk saya sesuai pesanan. Yang dimaksud dengan seblak adalah kerupuk mentah yang di rendam air panas. Aslinya seblak khas Bandung adalah seblak yang terbuat dari kerupuk mentah yang telah direndam air panas dan diberi telor. Selain ditambah seafood, seblak yang saya pesan di JSFF 2016 menambah resepnya dengan macaroni. Hhhmmm, yummy....apalagi saya menikmati seblak itu saat hujan mengguyur area Kelapa Gading. Tetap ada sensasi biarpun tidak sepedas ucapan mantan (apa sih nih? :p)

Seblak Aa
Seblak Aa
Masih ada makanan yang menusuk dan pedas yang saya nikmati di JSFF 2016, yaitu di stand Shifu Shao Kao. Huaa, apaan nih?! Bisa bikin sakau orang yang memakannyakah?!  Saya belum pernah makan ini sebelumnya. Ternyata  Shao Kao adalah  sate barbeque asal China Utara merupakan jajanan kaki lima malam hari yang sangat populer di Tiongkok. 

Konon Shao Kao menggunakan resep rahasia terdiri dari 28 rempah-rempah dari daratan China yang telah diwariskan secara turun temurun selama 30 tahun. Mengolah kuliner ini wajib berempah dan pedas! Bumbu dasarnya dengan bumbu ngohion, yakni pekak, cengkeh, adas, merica  sichuan dan kayu manis ditambahkan dengan taburan jinten. Berbagai daging serta jeroannya biasanya menjadi bahan untuk membuat Shao Kao, tetapi di JSFF 2016 Shifu Shao Kao menyediakan bahan yang halal saja! Mantep nih, jadinya saya khan bisa dengan nyaman mencicipi jajanan jalanan malam Tiongkok disini. 

Saya membeli 5 tusukan dan mendapat gratis 1 tusukan. Yang saya makan adalah jamur shimeji, tahu ikan keju (yang kata penjualnya jadi favorit para pelanggan), cheese bomb dan 3 bakso seafood. Ya, saya memilih yang berbahan seafood semua (selain jamur shimeji). Lagi-lagi saya tidak merasa kepedasan walaupun kekhasan makanan ini adalah berempah dan pedas. Saya mendapati rasa bumbu barbeque yang kuat di bahan-bahan yang telah ditusuk-tusuk, dipanggang dan dirempahi tersebut. Saya menambahkan dengan taburan cabe merah bubuk. 

Penjualnya menawarkan  saos sambal botolan, namun saya tolak karena itu akan merusak cita rasa asli rempah masakan . Dalam sekejab saya menghabiskan sate ala Tiongkok dengan mantap. Kalau makan di negeri asalnya barangkali saya masih ada kekwatiran  untuk kehalalannya. Menurut info makan Shao Kao di negara asalnya biasa dinikmati dengan minum  bir, tetapi karena saya dilarang minum bir dan sedang berada di JSFF 2016 maka apapun makanannya maka minumannya Teh Botol Sosro :D

Sate Shao Kao
Sate Shao Kao
Mumpung masih ada waktu, mari yang gemar dunia kuliner silakan berpetualang kuliner di Jakarta Street Food Festival 2016! Jajan makanan khas jalanan di lingkungan dan makanan bersihnya terjaga bagi saya bukanlah kesempatan yang ada setiap harinya. Apalagi tahun ini lengkap dengan hiburan pasar malam. 

Pastinya banyak street food dari negera lain yang bisa kita nikmati di sini. Tanggal 26 November 2016 saya berniat datang ke Talkshow by Whittakers di Wine & Cheese Expo yang diadakan berbarengan dengan JSFF 2016. Kenapa saya berminat hadir datang ke talkshow ini? Karena “sang mantan” ketika mudik dari New Zealand selalu membawakan saya coklat Whittakers yang sangat terkenal di New Zealand. Kali ini nggak menusuk dan pedas, tetapi justru manis loh! :)

Shao Kao Tiongkok
Shao Kao Tiongkok
Churros Spanyol
Churros Spanyol
Katisod Thailand
Katisod Thailand
Lebih lanjut tentang JSFF 2016, silakan berkunjung ke :
  • Facebook            : Mal Kelapa Gading
  • Twitter/IG           : @MKGLaPiazza
  • YouTube              : Sentra Kelapa Gading

Dok.KPK
Dok.KPK
Logo KPK
Logo KPK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun