Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebelanga Hikmah dari Surat Cinta untuk Kartini

22 April 2016   18:36 Diperbarui: 22 April 2016   23:31 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kartini-pun mati muda di usia 25 tahun, dan usia pernikahannya juga belum sampai 1 tahun. Andaikan Kartini tidak menerima lamaran bupati Rembang belum tentu perjuangannya berlanjut, belum tentu akhirnya berdiri beberapa sekolah wanita pribumi di berbagai kota di Jawa dibawah naungan namanya yang di kembangkan oleh sahabat-sahabat dari Eropa. Kebayang kalau Kartini menerima lamaran Sawardi dan meninggal dunia 4 hari setelah melahirkan? Apa malah nggak tambah nelongso hidup Sarwadi mengasuh 2 anak? Ningrum-pun dapat dipastikan akan merawat bapak dan mengasuh adiknya – tidak melanjutkan perjuangan Kartini mendidik dan mengajar anak-anak pribumi di sekitarnya seperti yang tergambar di akhir film.

Sawardi memang tokoh fiksi di Surat Cinta Untuk Kartini, tetapi tukang pos pengantar surat-surat untuk Kartini di dunia nyata pastilah bukan fiksi. Mereka memang ada, hingga saat ini. Perkembangan teknologi menggerus surat-surat kertas dan kini beralih ke surat elektronik. Bahkan jika internet masa itu sudah ada, pastilah RA Kartini pada masa pingitannya akan melanjutkan pendidikan dari lembaga pendidikan di Eropa melalui program e-learning. Film Surat Cinta Untuk Kartini dapat dijadikan media belajar sejarah dan hikmah bagi generasi muda kekinian agar mereka benar-benar memanfaatkan teknologi dan dunia literasi dengan maksimal. 

Alangkah baiknya jika film Surat Cinta Untuk Kartini menjadi tontonan yang sangat dianjurkan pagi pelajar di Indonesia, khususnya setiap bulan April. Seperti film G 30 S PKI masa orde baru yang merupakan tontonan wajib bagi pelajar dan stasiun televisi untuk menayangkannya setiap tanggal 30 September. Film Surat Cinta Untuk Kartini juga seakan mengukuhkan 2 Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, yakni Kartini sebagai guru dan Sarwadi sebagai Tukang Pos

Bukankah jasa Tukang Pos di masa lalu begitu besar? Menyambung tali silaturahim melalui surat-surat yang diantarnya dengan mengayuh sepeda di bawah terik matahari menyengat mengantarkan berbagai berita dari beragam belahan dunia.

Hanya 1 hal yang kurang “menendang” saya temui di film Surat Cinta Untuk Kartini, yakni nuansa Jawa-nya tidak terlalu kental. Atau barangkali memang ingin semakin mengukuhkan bahwa RA Kartini adalah milik seluruh wanita Indonesia, dan bukan milik wanita Jawa saja? Satu hal lagi yang mengganggu saya pada film ini, yakni adegan awal terlalu “jualan bedak dan parfum” milik seorang guru TK wanita-nya.

[caption caption="Kompasianers Peserta Screening Surat Cinta Untuk Kartini/Dok.Arum"]

[/caption]

Pengamatan  terhadap tokoh film Surat Cinta Untuk Kartini :

Rania Putrisari sebagai Kartini : Beraktingnya sangat natural. Bisa mendapatkan chemestry RA Kartini dengan baik, tanpa over acting atau sok kejawa-jawa-an.

Chicco Jerikho sebagai Sarwadi : Keren acting lo,Bro! Bulan lalu saya menyaksikan actingnya di film Garin Nugroho yang mengambil lokasi di Solo. Di film tersebut actingnya top juga, dan di SCUK Chicco actingnya sama kerennya namun bisa “memisahkan” antara dirinya sebagai tokoh sebelumnya dan tokoh Sawardi. Tapi tokoh Sawardi ini kok kurang dekil yach? Hahaha...

Christabelle Marbun sebagai Ningrum : Top banget deh nih anak! Usia aslinya 12 tahun dan memerankan sebagai anak usia 7 tahun. Kedewasaan sebagai anak yang juga “mengasuh” Ayah-nya juga nampak natural dan aktingnya luwes. Hebat, bisa mengimbangi acting Chicco Jerikho dengan teramat baik. Body language-nya juga mantap,eh ternyata dia memang balerina bersertifikat Royal Academy of Dance. Pernah duet dengan diva senior Ruth Sahanaya pula. Duuuh, kalau ada adegan ia nembang lagu anak-anak Jawa di SCUK pasti lebih mantap lagi nih!

Enche Bagus sebagai Mujur : Oke-oke...tambah menyegarkan film ini! Walaupun latar film ini lebih dari seratus tahun lalu, karena kehadiran tokoh Mujur jadi tidak terlihat kusam sejarahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun