Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagai Cerita Dari Secangkir Kopi

7 Juni 2015   02:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan keluarga adalah pecinta kopi. Jika kami belum minum kopi dalam 1 hari maka energi kami seakan berkurang, hingga kopi seolah menjadi “doping” alias minuman berenergi bagi kami – bukan multivitamin kimiawi. Asal mula menjadi coffee addict tidak pernah saya ketahui. Memang ketika saya tinggal di luar negeri (Belanda dan Selandia Baru) setiap hari saya minum kopi, apalagi memasuki musim gugur dan dingin, tetapi kebiasaan minum kopi setiap hari sudah ada sejak saya masih duduk di sekolah menengah.

Masih banyak orang berpikir bahwa kopi tidak baik bagi kesehatan, padahal kadar nikotin kopi justru lebih rendah dari minuman bersoda yang terkenal itu. Bahkan sebenarnya minuman kopi lebih baik bagi pencernaan dibandingkan minuman teh yang biasa disajikan pada umumnya di rumah tangga Indonesia. Informasi ini saya dapatkan dari salah satu istri menteri masa pemerintahan Presiden ke-2 HM Soeharto, beliau di usia-nya yang ke 80-an masih terlihat bugar karena sangat memperhatikan asupan makanan dan minuman ke dalam tubuhnya.

Ada banyak manfaat dari minum kopi untuk kesehatan dengan takaran yang wajar (Apapun yang berlebihan tentunya tidak baik bukan?), diantaranya :


  • Dapat mencegah timbulnya penyakit jantung dan stroke. Hasil penelitian dari 83.000 wanita usia 24 tahun memiliki resiko 18% lebih rendah dibanding dengan yang tidak rutin konsumsi kopi 2-3 cangkir dalam sehari. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh team dari University of Houston yang dilakukan oleh warga Irlandia yang suka minum kopi dicampur sedikit wisky, ternyata menurunkan hingga 80% serangan stroke.

  • Mencegah penyakit kanker dan diabetes.Kanker hati, payudara dan kanker usus besar dapat dicegah dengan rutin mengkonsumsi kopi. Dapat mengurangi tingkat gula darah pasien diabetes karena kandungan yang ada pada kopi dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh, selain itu kopi juga dapat mengurangi resiko batu empedu, jantung sirosis hati dan batu empedu. Yang perlu diingat : Jangan menambah minuman kopi dengan gula putih biasa, sebaiknya ganti gula dengan gula aren organik. Senyawa pada kopi juga dapat mengurangi resiko kanker mulut, membatasi sel kanker karena kopi memiliki sifat anti bakteri dan anti perekat yang baik untuk kesehatan mulut.


  • Pembangkit stamina/energi ekstra dan mengatasi perubahan suasana hati dan depresi. Mekanisme kerja zat kafein tubuh bersaing dengan fungsi adenosis dalam tubuh kita. Adenosin merupakan senyawa yang terdapat dalam sel otak berfungsi membuat orang cepat tertidur. Sedangkan kafein bisa memperlambat gerak sel-sel tubuh sehingga tubuh tidak gampang capek dan mengantuk sehingga muncul perasaan segar, mata terbuka, tekanan darah naik dan detak jantung bergerak lebih cepat. Kafein kopi juga berfungsi sangat baik sebagai stimulan pada tubuh, merangsang indera dan meningkatkan laju metabolisme sehingga meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, mengatasi perubahan suasana hati dan depresi. Sementara kandungan antioksidan pada kopi dapat menangkal kerusakan sel otak dan membantu jaringan saraf untuk bekerja lebih baik.

  • Mengurangi sakit kepala. Seimur Damond,M.D dari Chichago’s Diamond Hadche Clinic menyatakan kandungan kafein kopi bisa mengurangi sakit kepala. Migrain ringan dapat berkurang jika kita menikmati kopi yang pekat.


  • Mengurangi resiko kanker endometrium pada wanita. Peneliti di Hardvard University menganalisa data 67.470 wanita berusia 34 dan 59 tahun yang setiap hari minum kopi, mereka memiliki resiko 25% lebih rendah terserang kanker endometrium. Edward Giovannucci, MD merupakan professor gizi dan epidemiologi di Harvard School of Public Health memimpin penelitian ini yang hasilnya diterbitkan dalam jurnalCancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention.

Menikmati secangkir kopi didampingi buku bacaan di hari yang basah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Rasa bahagia dapat timbul pula ketika kita menyajikan kopi kepada orang yang kita sayangi. Kebahagiaan yang sederhana, dan tak ternilai. Apabila kita melihat manfaat kopi yang diantaranya telah saya paparkan diatas maka semakin bersyukur bahwa kopi dapat membantu saya dalam menjaga kesehatan. Saya bersyukur pula bahwa Indonesia has the most expensive coffee in the world!

Pada tahun 2011 saya mendapatkan tugas melakukan penelitian lapangan dari marketing riset yang menjadi bagian dari MarkPlus Inc pimpinan Bapak Hermawan Kertajaya, pakar marketing kondang itu. Saya ditugaskan melakukan Indepth Interview dan Venusight alias pengamatan 2 hari (1 hari weekday dan 1 hari weekend) ke 3 kategori peminum kopi.

Ketiga kategori peminum kopi tersebut adalah :


  • Kategori ke-1 Coffee Connoisseur : Hardcore peminum kopi, tiada hari tanpa minum kopi. Kebiasaan mereka minum kopi dilakukan mengalahkan kebiasaan mereka minum obat alias 3 hari sekali – yakni pagi, siang dan sore/malam. Pada kategori ini mereka bukan sekedar menikmati kopi kemasan instant. Menurut mereka minum kopi instant adalah layaknya minum air putih biasa. Mereka memiliki mesin penggiling kopi, dan di dekat meja makan atau ruang tengah mereka terdapat beberapa toples kaca transparant yang berisikan berbagai jenis kopi. Inilah seni menikmati kopi! Itu yang mereka katakan kepada saya.


  • Kategori ke-2 Heavy Coffee Drinkers : Penggemar kopi yang setiap hari minum kopi, baik di rumah maupun di caffee, tapi tidak harus memiliki coffee maker.

  • Kategori ke-3  Social Coffee Drinkers : Nah ini yang memasukkan lifestyle minum kopi sebagai sarana pergaulan. Mereka biasanya minum kopi di kafe-kafe. Di rumah juga terkadang minum kopi tetapi kopi instant ringan juga bagi mereka tidak mempermasalahkan. Kategori ini gemar memodifikasi kopi yang mereka buat. Terkadang mencampurkan minuman kopi dengan minuman beralkhohol. Seperti orang Irlandia saat menikmati kopi barangkali.
    1432478633646723459
    1432478633646723459

Jika saya amati maka saya masuk kategori ke-2, yakni : Heavy Coffee Drinkers. Saya ingin menceritakan salah satu pengalaman ketika saya menikmati kopi di kedai kopi ala Indonesia – di ITC Kuningan. Ketika itu saya dan Mas Rudi, salah satu rekanan kerja saya menanti seseorang dan kami akan membahas mengenai dunia perkopi-an di Indonesia. Setelah kami bertemu, ternyata gayanya merupakan eksekutif muda yang bekerja di dunia modern. Pupus-lah streotipe “abang-abang” penggemar kopi berat yang biasa nongkrong di warung kopi dan pedesaan. Dengan “executive modern style” dia menjelaskan bahwa dirinya pernah bercita-cita menjadi BARISTA yang mengangkat kekayaan hasil perkebunan kopi Indonesia ke mancanegara. Tetapi yang berhasil sukses menggapai cita-cita tersebut justru adiknya yang saat ini bekerja sebagai Barista di negeri Belanda. Waw! Saya-pun segera memintanya untuk merekomendasikan kopi yang ada di kedai kopi tempat kami berdiskusi saat itu.

Ice Caramel Machiatto, inilah menu yang saya pesan. Sedangkan Mas Rudi memesan Vanilla Coffee. Ketika saya meminum pesanan tersebut, saya merasakan caramel sebagai modifikasi kopi tersebut tidak berlebihan dan serbuk kopi berada setelah cream yang di taburi caramel. Dilain hari berikutnya saya berkeliling dari satu kedai kopi ke kedai kopi lainnya di seputaran Jakarta. Menikmati keberagaman menu kopi yang menjadi unggulan masing-masing kedai kopi.

Walaupun penggemar berat kopi saya tidak terlalu menikmati kedai kopi dari luar negeri yang gerai-nya bertebaran di hampir setiap mall atau perkantoran mewah di Jakarta. Bahkan untuk bersosialisasi-pun saya tidak merasa nyaman di kedai kopi tersebut. Saya merasa lebih baik minum kopi instant di rumah daripada harus mengeluarkan uang untuk menikmati kopi di sana. Jikalau “terpaksa” harus menikmati kopi di kedai kopi tersebut, maka itu karena saya “dipaksa” menggunakan voucher yang beberapa kali saya peroleh dari teman atau hadiah memenangkan kuis di radio...hahaha...

[caption id="attachment_385304" align="aligncenter" width="300" caption="Kopi Set Hotel"]

1432478458395585878
1432478458395585878
[/caption]

Saya teringat film “Coffee and Allah” – film asal Selandia Baru yang meraih beberapa penghargaan International. Tentang seorang Muslimah Ethiopia yang tinggal di Mt.Albert Auckland. Dalam ringkasan film tersebut tertulis ,”When a cup of coffee is gift from Allah..”. Dari kesederhanaan secangkir kopi di tahun 2008 film ini meraih penghargaan, antara lain : 64th Venice Film Festival, 52nd Valladolid International Film Festival. 28th Louis Vuitton Hawaii International Film Festival dan 51st San Fransisco International Film Festival.

Di Auckland Selandia Baru pula saya memiliki kebiasaan menikmati secangkir kopi di kedai kopi yang ada di setiap toko buku di kota tersebut. Menikmati "me time" ditemani secangkir kopi sambil membaca beraneka buku di dinginnya suhu musim dingin. Terkadang kerinduan terhadap suasana itu hadir, dan kini sudah ada beberapa toko buku yang memiliki kedai kopi di dalamnya, seperti Gramedia Matraman Jakarta Timur dan Gramedia Grand Indonesia Jakarta Pusat.

Memang saya telah membuat beberapa film dokumenter saat penelitian ketiga kategori peminum kopi yang saya sebutkan di awal tulisan saya. Tetapi film tersebut hanya dapat dimiliki oleh client kami, produsen kopi asal Bengkulu. Saya berniat akan membuat kembali film dengan thema minuman favorit keluarga ini, tentunya akan saya perkenalkan kepada dunia bahwa betapa kaya rayanya tanah airku, Indonesia. Diantara kekayaan negeri Indonesia adalah hasil bumi bernama : KOPI.

Sudah bukan rahasia bahwa Indonesia masuk dalam jajaran PENGHASIL KOPI TERBESAR DI DUNIA bersama dengan negara Brazil, Hawaii, Ethiopia, India, Costa Rica, Guatemela. Berbagai kopi nusantara beragam ada di negeri tercinta kita, diantara daerah nusantara yang terkenal akan ke eksotisan kopinya adalah : Kopi Gayo, Kopi Pringan, Kopi Mandailing, Kopi Sidikalang, Kopi Liwa Lampung, Kopi Lintong, Kopi Toraja, Kopi Kintamani, Kopi Wamena, Kopi Luwak.

Terlalu panjang jika saya harus menuliskan tentang pengalaman saya menikmati kopi dari berbagai daerah – sekalipun hanya kopi dari Indonesia. Setiap kopi yang saya minum maka saya merasakan sensasi berpetualang ke daerah penghasil kopi tersebut, secara tidak langsung membantu perekonomian para petani perkebunan kopi tersebut. Tidak itu saja, saya juga menambah wawasan dan petualang gaya minum dan penyajiannya. DIBALIK SECANGKIR KOPI bukan sekedar menyeruput minuman hitam pekat...

Baiklah, pada akhir tulisan saya ini akan menuliskan tentang pengalaman satu proses penyajian kopi yang saya nikmati dengan keunikan tersendiri.

PENGALAMAN MINUM KOPI KALOSI DI KEDAI KOPI NUSANTARA

[caption id="attachment_385239" align="aligncenter" width="300" caption="Kopi Sulawesi"]

14324623951276597818
14324623951276597818
[/caption]

Waiter membawa alat yang disebut : Sypon. Alat ini berasal dari Jepang, dengan harga berkisar Rp 1,2 juta perunit-nya(TAHUN 2011). Walaupun berasal dari Jepang namun alat ini bukan berarti populer di Jepang.

Sypon tersusun dari sepasang labu kaca berukuran kecil yang dapat disusun atas bawah pada sebuah penyangga dari baja stainless. Labu yang berada di bagian atas disebut dengan 'upper', sedangkan bagian bawah disebut dengan 'lower'. Dibawah 'lower' terdapat semacam kompor kecil berbahan bakar spiritus yang mudah terbakar, apinya berwarna biru. Alat semacam kompor tersebut berfungsi untuk memanaskan air yang dituangkan di labu 'lower'.

Bubuk Kopi Toraja yang disajikan kepada kami (saya dan teman-teman) dituang di labu 'upper'. Bagi yang ingin kental dipilih takaran reguler, sedangkan yang ingin sedikit lebih kental dipilih medium strong. Saat itu kami memilih medium strong.

Setelah air yang terdapat di labu 'lower' panas, maka air terserap ke atas menuju labu 'upper' hingga melarutkan bubuk kopi Toraja biji Tunggal tersebut. Pemanas air atau kompor disingkirkan ketika air di labu 'lower' habis terserap, lalu dengan sendirinya larutan kopi dan air di labu 'upper' turun ke labu 'lower' sebagai larutan yang telah tersaring. Dan itulah saripati dari Kopi Toraja yang memiliki manfaat bagi vitalitas , khususnya bagi pria. Untuk menyajikan kopi tersebut ke dalam cangkir memiliki teknik tersendiri pula, yakni larutan kopi di labu dituang ke dalam cangkir berukuran 50ml dengan memberi jarak yang cukup jauh antara kedua wadah saat penuangan. Hal tersebut berguna supaya aroma kopi Toraja yang khas tersebut bisa keluar dan menyebar keharuman aromanya. Kemudian kami menaburkan brown sugar dan creamer ke cangkir yang telah dituangkan kopi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun