Mohon tunggu...
Balong Literasi
Balong Literasi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Balong Literasi, suatu komunitas yang bergerak di bidang literasi sejarah dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

R. Toto Sugiharto: Antara Ratu Adil, Jokowi, dan Bung Karno

22 Juni 2022   13:04 Diperbarui: 22 Juni 2022   13:08 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ratu Adil, pemimpin harapan rakyat. Ratu Adil yang disinggung Bung Karno (Ir. Soekarno) menjadi kenyataan ketika Jokowi (Joko Widodo) yang datang dari kalangan rakyat menjadi presiden RI periode 2014-2019 dan periode (2019-2024). Oleh Toto Sugiharto, Presiden Jokowi yang lahir dari rakyat biasa tersebut disimbolkan dengan "Semut Ireng anak-anak sapi."

Pewawancara: Ummi Azzura Wijana

Nara Sumber: R. Toto Sugiharto

Editor video: Sri Wintala Achmad

Produksi: Pawarta Jawa TV

TENTANG R. TOTO SUGIHARTO

R Toto Sugiharto dilahirkan di Jakarta, 4 April 1966. Alumnus Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta. Toto mengawali masa kecil di Serdang Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia sempat mengenyam pendidikan dasar di SD Mawar, Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat. 

Namun, karena ayahnya yang pegawai negeri sipil (PNS) mengajukan pindah tugas dan dipindah ke Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, selanjutnya  Toto melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Wates, Kulonprogo, DIY. Berikutnya ia melanjutkan ke SMP Negeri 1 Wates dan SMA Negeri 1 Wates.

Jejak karier Toto diawali dari selepas ia dari FIB UGM, sebulan setelah lulus, ia mendapatkan pekerjaan di PT Gatra Cipta Dwipantara sebagai penulis skenario. 

Di tengah kesibukan kerja, Toto menulis dan mengikuti kompetisi puisi yang dihelat Sanggar Minum Kopi, Bali melalui puisi "Metamorfosis Kesunyian" dan meraih nomine sebagai 10 Puisi Pilihan yang diantologikan dalam Sayong (1994).. Sementara itu, proses kerja sebagai penulis skenario mulai terganggu setelah manajemen perusahaan tidak mampu melanjutkan proses produksi.

Toto pernah bekerja sebagai reporter di Bernas dan ditugaskan di Magelang serta Sragen dan Surakarta, ketiganya di Provinsi Jawa Tengah. Kasus kerusuhan di Surakarta yang meletup pasca-Reformasi, yaitu 20 Oktober 1999 menginspirasi Toto menulis novel Dalam Bejana Jam Pasir (terbit 2004) dan dicetak ulang 10 ribu eksemplar untuk Proyek Pengadaan Buku Sastra Dirjen Dikmenum Kemendikbud.

Setelah novel debutan terbit dan cetak ulang, Toto lebih produktif. Pada tahun sama, 2004, ia menerbitkan novel remaja Asmaralaya: Chatting-Chatting Cinta. Satu tahun kemudian, pada 2005 ia menerbitkan novel Patala dan mengikuti Lomba Penulisan Fiksi Sosial serta meraih Juara Harapan melalui novel "Owel" (belum diterbitkan). 

Selanjutnya, pada 2008 ia menerbitkan novel Jamila, diikuti kemudian Semar Mesem (2011) dan Genderang Baratayudha (2012), keduanya nomine untuk Penghargaan Buku Sastra Balai Bahasa DIY. Berikutnya, juga novel,Panji Asmarabangun (2013), dan 0 Kilometer (2014). 

Kemudian, novelnya Mentaok memenangkan Lomba Penulisan Novel Balai Bahasa DIY (2016). Kemudian, untuk kali pertama menulis novel berbahasa Jawa, Sampur Pambayun membawa Toto meraih sebagai Pemenang Lomba Penulisan Novel Berbahasa Jawa Dinas Kebudayaan DIY (2018).

Kegiatan literasi yang dilakukan Toto di bidang sastra dan jurnalistik, antara lain menjadi tutor Bengkel Sastra Balai Bahasa DIY untuk penulisan cerpen bagi siswa SMA dan sederajat di wilayah DIY. Toto juga menjadi narasumber untuk Gerakan Indonesia Menulis yang dihelat Pena Writing School, antara lain di Depok, Jakarta, Yogyakarta, Blitar, Malang, Kediri, Makassar, Palu, dan Morowali. 

Toto mengikuti Temu Sastra Mitra Praja Utama XI Jawa Barat pada November 2017 dengan mengikutkan cerpennya, "Voucher" diterbitkan dalam Kota, Kubur Terbuka: Antologi Puisi dan Cerpen Sastrawan Mitra Praja Utama XI Jawa Barat.

Pada 2018 Toto mengikuti Program Sastrawan Berkarya di Wilayah 3 T dari Badan Bahasa Kemendikbud. Selama 20 hari di bulan April 2018 Toto mengikuti residensi di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara dan menghasilkan buku Kasih Tak Sampai di Tumburano : Catatan Perjalanan dari Konawe Kepulauan. Toto juga mengikuti kegiatan Pesantren Keliling Nusantara bersama Gerakan Indonesia Menulis selama 20 hari pada Mei 2018 di Lombok dan Sumbawa, NTB memberikan pelatihan menulis di pesanren dan Universitas Nahdhatul Ulama Lombok. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun