Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana mengharapkan kerja sama riset strategis tentang pengembangan dan produksi surfaktan EOR antara Badan Litbang ESDM dengan PT Petrokimia Gresik dan SBRC IPB dapat segera dilakukan.Â
"Tim teknis ketiga pigak diharapkan dapat segera membahasnya secara detil", kata Dadan.
Hal ini disampaikan saat menerima kunjungan perwakilan PT Petrokimia Gresik, Surfactan and Bioenergy Research Center - Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB) dan Komunitas Migas Indonesia di Jakarta (9/7) 2020.
Koordinator Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Eksploitasi PPPTMGB "LEMIGAS", Usman Pasarai menjelaskan PPPTMGB "LEMIGAS" telah lama mengembangkan surfaktan untuk enhanced oil recovery (EOR), dalam rangka peningkatkan produksi lapangan minyak.Â
Metode ini berfungsi menurunkan tegangan antar muka air-minyak. Minyak yang terperangkap di batuan dapat terlepas setelah didorong oleh larutan surfaktan yang memenuhi kriteria EOR. Ketika terlepas dari batuan dan membentuk mikroemulsi, minyak akan mudah diproduksi dan dipisahkan dari air saat di permukaan.
Usman menjelaskan PPPTMGB "LEMIGAS" saat ini melakukan riset injeksi kemikal EOR untuk Lapangan Jirak milik Pertamina EP. Para peneliti KP3 Teknologi Eksploitasi terus melakukan uji kinerja kemikal EOR dalam peningkatan produksi minyak skala laboratorium, untuk memastikan implementasi EOR di lapangan berjalan baik. Di samping fasilitas sintesa surfaktan dan fasilitas uji EOR, PPPTMGB "LEMIGAS" juga memiliki labortaorium pendukung penelitian untuk keperluan analisa batuan, minyak, dan air formasi lapangan target.
Berdasarkan Indonesia's Oil Proven Data (2015), cadangan minyak Indonesia yang potensial diambil menggunakan EOR mencapai 4,6 miliar STB (stock tank barrel). Oleh karena itu Usman optimis, implementasi metode EOR akan menambah cadangan dan produksi minyak nasional.
Salah satu kisah sukses keberhasilan metode EOR steamflood di lapangan minyak Duri, Provinsi Riau. Lapangan yang mulai beroperasi sejak 1954 ini pernah mengalami puncak produksi 65 MBOPD pada tahun 1964 dan setelah itu turun secara signifikan.
Setelah persiapan 18 tahun, Duri Steam Flood Project (DSF) sukses mengimplementasikan metode EOR untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sejak tahun 1985, produksinya meningkat cukup tajam dan mencapai puncak produksi 296 juta barel pada tahun 1995. Produksinya kemudian terus turun dan saat ini kurang dari 100 MBOPD.
"Kerja sama ini dalam upaya diversifikasi produk dan peningkatan utilisasi unit asam sulfat", sambung Rusnaya.