Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis adalah pengisi kolom info teknologi di portal Tribrata Polda Jateng http://www.tribratanewsjateng.com, narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOteve milik Jawa Pos, dan CEO Internet Service Provider Baliooo.com email: wawan@baliooo.com website: http://www.baliooo.com Kompasiana: http://www.kompasiana.com/baliooo Blog: http://baliooo.wordpress.com Arsip acara televisi Teknovasi (Teknologi dan Inovasi) bisa anda cari di http://www.youtube.com dengan keyword "teknovasi"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Materialisme Abad 19 dan Quantum Mechanic

29 Mei 2016   16:23 Diperbarui: 29 Mei 2016   16:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Materialisme abad 19 dan quantum mechanic

Oleh Wawan Setiawan

29 Mei 2016

-----

Mengikuti adu filsafat antara philosopher eropa memang menarik. Masing masing berkarya sesuai pengetahuannya saat itu. Immanuel Kant, filsuf dari Konninberg misalnya mempercayai ilmu tanpa proses empiris atau proses inderawi. Sedangkan Rene Descartes masih mempercayai "hantu" yang mengendalikan mesin biologis.

Monism Materialism sendiri mempunyai kepercayaan bahwa benda bermassa adalah yang subtance, dan effect dari benda bermassa, bisa berupa gravitasi, adalah efek turunannya. Namun abad 20 adalah abad mekanika quantum. Dalam mekanika quantum ini, semuanya menjadi kacau, tidak ada yang bisa disebut subtance lagi, karena ternyata antara energi, partikel, wave, gravitasi itu satu, dan masing masing seperti hal yang subtance. Dalam quantum mekanika tidak ada hal yang disebut paling subtance, dualisme gelombang juga memberikan kita pencerahan bahwa antara partikel dan gelombang itu satu thing/benda namun 2 wujud.

Namun bagaimanapun kita patut berterima kasih kepada para philosopher monism materialism, karena membuka jendela pengetahuan berikutnya. Monism Materialism sendiri berbasis Newtonian Mechanic, masih dalam tahap classical mechanic. Newtonian Mechanic ini direvisi oleh sang genius Albert Einstein yang lebih detail menjelaskan tentang gravitasi.

Namun dengan hilangnya definisi subtance dalam monism materialism, bukan berarti monism materialism itu salah, hanya saja pemahaman kita semakin mendalam dan memahami bahwa di level sub-atomic, yang kita sebut subtance sudah berganti.

Monism Materialism dalam hal ini banyak membantu kita atas pemahaman nature dan manusia di abad 19. Di abad 19 kita menjadi tahu bahwa fungsi mind adalah hasil proses interaksi brain, dan tidak ada hantu lain yang berada di otak kita kecuali neuron dan neural berinteraksi yang mengakibatkan mind kita terus muncul dan bekerja.

Hal ini juga dibahas di bukunya Vladimir Lenin, bapak pendiri Komunisme Russia, dalam judulnya "Materialisme dan Empirio-Kritisme" dengan sub judul "Does Man Think With The Help of the Brain" dimana Vladimir Lenin menjelaskan adanya mind karena ada brain, brain sebagai yang subtance.

Namun seperti yang telah kita bahas, bahwa di level quantum sudah hilang batas batas substance dan efeknya, monism materialism menjadi monism fisikalisme

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun