Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis adalah pengisi kolom info teknologi di portal Tribrata Polda Jateng http://www.tribratanewsjateng.com, narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOteve milik Jawa Pos, dan CEO Internet Service Provider Baliooo.com email: wawan@baliooo.com website: http://www.baliooo.com Kompasiana: http://www.kompasiana.com/baliooo Blog: http://baliooo.wordpress.com Arsip acara televisi Teknovasi (Teknologi dan Inovasi) bisa anda cari di http://www.youtube.com dengan keyword "teknovasi"

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sosialisme Gaya Baru

3 Mei 2016   15:23 Diperbarui: 3 Mei 2016   15:44 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Oleh Wawan Setiawan

3 Mei 2016

----

Meski saat ini sudah abad 21 dimana economical view sosialisme dan kapitalisme sama sama sudah membuktikan bisa berjalan dan juga mengalami crash, namun hal ini saya kira adalah kewajaran. Kapitalisme, pernah mengalami crash yang disebut dengan era Great Depression 1 yang akhirnya memicu perang dunia kedua. Namun kapitalisme juga pernah mengalami kejayaannya di sekitar tahun 1980-1990 dimana ekonomi Amerika Serikat sedang mengalami kejayaan. Namun pada oktober 2008, kapitalisme Amerika Serikat mengalami crash lagi, dan menyeret kepada krisis global sampai saat ini dan belum ada tanda tanda akan membaik.

Di sisi lain, Komunisme USSR juga pernah berjaya dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika, dan terbesar di Eropa, Kejayaan ini terjadi di masa Joseph Stalin dan Nikita Khrushchev. Komunisme USSR juga banyak memberi bantuan kepada negara terbelakang, termasuk ke Indonesia, dan kemudian menghapuskan hutangnya dinegeri seperti Afghanistan - $12 billion, Iraq - $11.9 billion, Mongolia - $11 billion, North Korea - $11 billion, Syria - $9.8 billion, Ethiopia - $4.8 billion, Libya - $4.5 billion, Algeria - $4.3 billion, Nicaragua - $4.3 billion, Angola - $3.5 billion.

Berbeda dengan Komunisme Russia yang memonopoli seluruh alat produksi dan menjadikan warga negara menjadi kelas pekerja saja, di negara di Nordik dan Skandinavia juga mempraktekan sistem ekonomi campuran, namun ruh-nya tetap sosialisme atau pemerataan distribusi.

Negara Nordik,Skandinavia rata rata mempunyai badan usaha milik negara di sektor vital, seperti BUMN oil Neste di Finlandia. Selain dengan BUMN, pemerintah juga mendapatkan income pajak progresif, di negara Eropa atau Nordik dan Skandinavia, pajak progresive bisa mencapai 30% lebih. Pemasukan negara baik dari sektor BUMN dan pajak tentu digunakan untuk membangun infrastruktur umum, baik infrastruktur tangible, misal MRT atau kereta cepat, jembatan dan jalan, juga dibuat untuk membangun infrastruktur non-tangible seperti pendidikan.

Namun demikian banyak yang mengecam bahwa sosialisme telah gagal, misal di Amerika Latin seperti Venezuela. Marxisme di Amerika latin dipelopori oleh gereja dan mereka popular disebut dengan theologi pembebasan, sebuah ideologi hasil inovasi dari perkawinan Marxisme dan agama nasrani.

Kegagalan di Venezuela tak lain adalah pemerintah sangat mengandalkan pemasukan dari oil saja, atau ekonomi-nya ketergantungan dengan oil, dan dananya dibuat untuk pelayanan umum baik kesehatan dan pendidikan. Ketika harga oil jatuh, maka pendapatan negara juga jatuh. Hal ini juga menimpa Arab Saudi dan negara anggota OPEC lainnya termasuk Russia yang memang masih mengandalkan oil dan gas.

Sosialisme tidaklah buruk, seperti di Korea Utara, namun saat ini yang paling ideal adalah negara Nordik dan Skandinavia, negara dengan pelayanan publik terbaik dan negara dengan indeks kesenjangan ekonomi yang tidak terlalu tinggi. Di negara Nordik dan Skandinavia, meski ekonomi negara juga melibatkan Badan Usaha milik negara, entreprenuership-nya juga dibangun secara bagus. Negara negara Nordik dan Skandinavia juga mempunyai Human Development Index yang tinggi, diatas rata rata negara lainnya di dunia.

Membangun sosialisme tidaklah mudah, diperlukan kepemimpinan yang jujur dan transparant, dan terutama anti-korupsi, karena sosialisme mengandalkan BUMN sebagai pilar ekonomi, dan biasanya BUMN menjadi sarang korupsi. Namun ini yang salah bukan Sosialisme-nya, tapi bagaimana mental pemimpinnya.

Kuba, negara yang dekat dengan Amerika juga boleh menjadi contoh sosialisme yang moderat, karena layanan kesehatan dan kualitas pendidikan di Kuba tergolong baik. Kuba menganggarkan pendidikan 10% di APBN-nya, sedangkan Inggris hanya sekitar 4% dan Amerika Serikat hanya berkisar 2%. Pendidikan di Kuba terutama pendidikan untuk menjadi medical. Meski demikian, sosialisme juga tidak bisa memuaskan seluruh keinginan penduduk, tapi setidaknya sosialisme adalah sistem ekonomi yang dibangun secara ethikal dan untuk bersama. Dalai Lama 14, atau Tenzin Gyatso pernah menyatakan bahwa dirinya "half buddhis, half marxist" ketika membaca Das Kapital karya Karl Marx, meski sebelumnya Dalai Lama pernah dimanfaatkan oleh Amerika untuk memusuhi China Komunis,

---

Kini angka kemiskinan Indonesia sekitar 11%, namun ada dua standar perhitungan, yaitu definisi miskin dengan income kurang dari usd 1 per hari atau usd 2 per hari, standar internasional memberlakukan definisi kemiskinan dengan standar pendapatan kurang dari usd 2 per hari. Bila Indonesia dihitung dengan standar internasional, jumlah kemiskinannya mungkin bisa lebih dari 11%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski melambat akan tetapi masih tergolong baik, hanya saja memang pertumbuhan ini sebaiknya dibangun diatas kekuatan ekonomi domestik daripada modal asing yang sifatnya short term atau tidak membangun infrastruktur, tapi hanya mampir sebentar di stock exchange.

BUMN agar profesional sebaiknya sahamnya dilepas di stock exchange dan pemerintah hanya memiliki 50.1% saja, seperti konsep di Russia dimana Gazprom, Rosneft, Sberbank, dimana 3 perusahaan ini pilar ekonomi Russia, pemerintah yang memiliki saham mayoritas dengan penguasaan rata rata di sekitar 50.1%

China sendiri, meski ekonominya sudah tidak komunis lagi, tapi peran BUMN di China sangat besar, mengambil peran vital dalam ekonomi. Banyak BUMN China yang juga melempar sahamnya di stock exchange. Selain itu pemerintah China sangat meregulasi dan sering mengintervensi ekonomi negara, dimana ketika krisis global, pemerintah China memutuskan mendevaluasi Yuan agar yang penting produk produk China tetap terserap dan China terus mampu berproduksi bahan jadi dan expor.

Sosialisme tidak anti entrepreneurship atau borjuis kecil, namun justru memerlukan masyarakat entrepreneur, hanya saja aset vital dan ekonomi makro tetap harus dipegang dan diregulasi oleh negara, dan digunakan untuk distribusi kesejahteraan rakyat. Atau singkatnya entrepreneurship adalah penggerak ekonomi kedua setelah Badan Usaha Milik Negara yang menjadi penggerak utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun