Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis adalah pengisi kolom info teknologi di portal Tribrata Polda Jateng http://www.tribratanewsjateng.com, narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOteve milik Jawa Pos, dan CEO Internet Service Provider Baliooo.com email: wawan@baliooo.com website: http://www.baliooo.com Kompasiana: http://www.kompasiana.com/baliooo Blog: http://baliooo.wordpress.com Arsip acara televisi Teknovasi (Teknologi dan Inovasi) bisa anda cari di http://www.youtube.com dengan keyword "teknovasi"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pendidikan, E-learning dan Berbagi Pengalaman Mengikuti Studi Online di MIT

26 Maret 2016   20:14 Diperbarui: 28 Maret 2016   16:00 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pendidikan, e-learning dan sharing pengalaman mengikuti studi online di MIT

Oleh Wawan Setiawan
email: wawan@baliooo.com
Sabtu, 26 Maret 2016

Penulis adalah pengisi tetap kolom info teknologi di portal Tribrata milik polda jateng dan juga narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOTV Surabaya.

Website kompasiana : http://www.kompasiana.com/baliooo
Blog : http://baliooo.wordpress.com

---
Dunia pendidikan memang dunia yang paling fundamental kalau kita ingin maju. Negara negara maju di dunia, pastinya juga disertai kemajuan sistem pendidikannya. Tidak mungkin ada negara maju tanpa disertai pendidikan berkuallitas. Untungnya saat ini ada lembaga yang meranking sistem pendidikan di banyak negara, lembaga tersebut dikenal dengan nama "Programme for International Student Assessment" atau biasa disebut dengan PISA. Pisa meneliti kemampuan umum seperti kemampuan kognisi, membaca, mathematika, dan sains. Sayangnya, kualitas pendidikan di Indonesia sangat buruk, karena diranking oleh PISA nomor dua dari bawah setelah Peru dalam hal math dan sains.

Dunia pendidikan saat ini di Indonesia juga tergolong eksklusive dan terkotak kotak, dulu penulis menjalani sekolah di negeri, dan campur aduk dengan murid lain yang berbeda ras, suku, maupun agama, namun zaman sekarang banyak keponakan penulis disekolahkan orang tuanya di sekolah homogen, yaitu sekolah islam.

Zaman sekarang memang banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah eksklusif, yang beragama islam menyekolahkan anaknya ke sekolah islam, yang kristen banyak yang menyekolahkan anaknya di sekolah kristen.

Buruknya kualitas pendidikan di Indonesia memang semestinya menjadi lampu merah dan sudah semestinya menjadi perhatian penting pemerintah. Namun pendidikan sebenarnya tidak hanya masalah sekolah formal saja. Pendidikan bisa kita dapatkan darimana saja, terutama Internet.

Penulis mengenal Internet dan bekerja di perusahaan penyedia akses Internet, Meganet milik Jawa Pos tahun 1995. Dengan bekerja di perusahaan Internet, maka penulis diuntungkan kecepatan Internet yang jauh lebih cepat, karena masa itu Internet hanya menggunakan dial-up modem yang paling canggih 56k dan umumnya 28.8k

Penulis memanfaatkan fasilitas kantor, terutama untuk mengakses informasi semacam NASA dan juga ikut aktif membaca dan menulis di milis apakabar atau Indonesia-L yang dibuat oleh seorang Doktor dari Harvard John Mc Dougall.

Saat ini, kecepatan internet sudah berlipat kali dibanding 20 tahun yang lalu. Anda bisa menggunakan internet untuk hiburan, pekerjaan, pendidikan atau hal lainnya.
Namun penulis memanfaatkan internet untuk kepentingan yang mirip dengan 20 tahun yang lalu, yaitu e-learning. Penulis sempat mengikuti online studi di MIT Amerika, dan mengambil bidang Computer Science dan AI selama sekitar 3 tahun. Modal utamanya adalah internet cepat.

Keuntungan online studi adalah, kita mempunyai waktu yang fleksibel untuk mengakses video para lecture, selain bisa kita ulang/rewind kalau kita belum paham betul.

Namun Penulis tidak hanya mengikuti studi online di MIT saja, tapi dengan adanya Internet, penulis sering mengakses video lecture dari tokoh besar seperti fisikawan jenius Richard Feynman, Lisa Randall dari Harvard, dan tokoh lainnya.

Selama mengikuti pendidikan online di MIT, penulis juga merasakan program yang berbeda dengan pendidikan di Indonesia. Pendidikan di MIT mengutamakan pendidikan mengolah kecerdasan secara umum atau banyak melatih logika, sedangkan computer science menjadi pendidikan khusus-nya. Dalam hal ini banyak sekali melatih kemampuan problem solving.

Dengan adanya Internet yang di Indonesia sudah cukup cepat, maka kita bisa menyusun masa depan kita sendiri, apakah melanjutkan kuliah di dalam negeri, atau ke luar negeri dengan biaya cukup mahal kecuali dengan beasiswa, atau mengikuti online studi dari universitas top dunia melalui Internet.

Kita tidak perlu berkecil hati, meski pendidikan SD sampai SMA, Indonesia diranking nomor dua dari bawah oleh PISA, namun kita tetap bisa mengikuti online course atau belajar apa saja melalui Internet.

Berikut beberapa situs e-learning:
https://www.udacity.com
https://www.coursera.org
https://www.edx.org

Pengalaman penulis tentang e-learning atau studi online bisa diikuti videonya di acara Teknovasi ( teknologi dan inovasi ) SBOTeve milik Jawa Pos
https://m.youtube.com/watch?v=LgGmpwpXmGI

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun